Setelah ratusan tahun mendedikasikan hidup hanya untuk berkultivasi, Li Xuan akhirnya berhasil mencapai ranah Immortal meskipun bakat kultivasinya sangatlah buruk. Masa itu adalah masa paling membahagiakan dalam hidupnya, namun kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama.
Li Xuan terpaksa terlibat dengan sekte Raja Naga, salah satu sekte besar dari aliran Putih, demi bisa menyelamatkan anak yatim piatu. Dia mengira masalah tidak akan menjadi besar, tetapi ternyata pemikiran naif itu salah besar. Tiga Immortal dari sekte Raja Naga datang dan membuatnya sekarat, pencapaiannya menjadi Immortal tidak dapat dibanggakan di hadapan lawan yang lebih kuat.
Li Xuan yang nyaris terbunuh memecahkan kristal teleportasi pemberian Gurunya, dan berakhir di sebuah tempat yang asing. Seorang gadis cantik yang mengaku sebagai Rubah Ekor Sembilan, menawarkan kekuatan untuk balas dendam.
Li Xuan tentu menerimanya. Ini adalah kisah tentang seorang Immortal yang ingin balas dendam, akankah dia berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XERA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembicaraan Dengan Meng Hua
Li Xuan, Rong Baihu, Meng Hua dan berserta rombongannya muncul di sebuah padang rumput tak berujung. Mereka tetap tenang, kemudian Meng Hua menjentikkan jarinya kembali.
Li Xuan, Rong Baihu dan Meng Hua langsung ditutupi formasi yang dapat menyembunyikan suara serta gerak bibir mereka. Meng Hua yang punya penampilan menawan dengan rambut hitam sepanjang punggung serta kedua pupil mata gelap tersenyum pada Li Xuan.
"Dosa masa lalu, dosa masa sekarang dan juga dosa besarku. Sungguh tiga pertanyaan yang absurd." Meng Hua berkomentar, dan menatap tajam Li Xuan, "Namamu Li Xuan, bukan?"
"Benar."
Li Xuan mengangguk pelan saat menjawab, dan Meng Hua melangkah sampai berada tepat di hadapannya.
"Bukankah pertanyaanmu tidak jelas? Jika dosa di masa lalu adalah dosa terbesarku, bagaimana cara untuk menjawabnya?" Meng Hua bertanya, membuat Li Xuan tersentak kaget, "Huh... Dari reaksimu aku bisa menebak bahwa kau juga baru menyadarinya."
Li Xuan langsung tertawa canggung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Lalu, bagaimana aku harus menanyakan sesuatu semacam itu lebih jelas?"
Meng Hua menggeleng pelan kepalanya sambil menghela napas panjang melalui mulutnya, memang benar orang kuat tak menjamin kepintarannya.
"Mempertanyakan dosa besarnya yang tidak termaafkan seharusnya sudah cukup, dan kau seharusnya bisa menilai jahat atau tidaknya seseorang dari hal itu." Meng Hua menjawab, "Apalagi, kau bersama gadis pintar yang punya penilaian lebih tepat darimu."
Li Xuan hanya diam mendengar itu, kemudian menghela napasnya dan berkata, "Kau benar. Kalau begitu, jawab atas pertanyaan itu."
Meng Hua terkekeh pelan, lalu melipat kedua tangannya di depan perut , "Tapi, sebelum aku menjawab. Berikan alasan mengapa kau mau repot-repot melakukan hal bodoh ini."
"Bukankah sudah pernah kuberitahu?" Li Xuan memiringkan kepalanya, dan Meng Hua hanya mengangkat pundaknya seolah tidak mengerti, "Setelah Ketidakadilan yang kuterima dari sekte besar dan juga ketidakmampuan diriku untuk menyelamatkan orang lain membuatku jadi termotivasi, aku ingin menghilangkan individu sampah yang berada di dalam sebuah kelompok besar."
"Lalu, apa kau sudah berhasil balas dendam? Kau tidak segan melawan Immortal dari sekte-sekte besar, aku cukup yakin kau telah melakukannya." Meng Hua bertanya, senyum tipis di wajahnya terukir dan jari telunjuknya mulai mengangkat dagu pemuda itu, "Namun, entah mengapa aku merasa dirimu masih belum melakukannya."
"Kalau sudah mengetahui jawabannya, kenapa masih bertanya?" Li Xuan berkata, menangkap pergelangan tangan perempuan cantik itu sambil memasang ekspresi serius, "Selain alasan tadi, aku juga menjadikan kalian sebagai media untuk meningkatkan pengalaman bertarungku."
"Media?" Meng Hua dibuat terkejut, "Di luar dugaan, kau bukan hanya orang gila, tetapi juga idiot yang berani menggali lubang kubur sendiri."
"Hentikan basa-basinya, aku sudah menjawab pertanyaanmu. Sekarang giliranmu." Li Xuan berkata, bersikap tenang namun masih tetap waspada.
Meng Hua menghela napasnya, lalu berkata, "Dosa terbesarku yang tidak akan pernah bisa dimaafkan adalah... Mengkhianati pria yang kucintai demi kekuasaan sementara."
"Apa itu bisa disebut dosa besar?" Li Xuan menyipitkan matanya, merasa aneh.
"Pria yang kukhianati itu, dia sakit hati karena telah kutinggalkan secara sepihak dan mulai membunuh orang-orang tak bersalah untuk melampiaskan amarahnya. Dia menghancurkan ratusan desa, dan diperkirakan puluhan ribu nyawa telah direnggut olehnya hanya karena kehilangan cintanya." ucap Meng Hua panjang lebar, dan sorot matanya sekilas mengandung kesedihan yang mendalam, "Sejak saat itu, aku menganggapnya sebagai dosa besarku. Aku hampir mengingatnya setiap hari, dan juga ini menjadi alasan mengapa sekte yang kupimpin tertutup dari dunia luar."
Li Xuan untuk sesaat membisu, ia diberitahu oleh Rong Baihu bahwa perkataan Meng Hua tidak ada kebohongan sedikitpun. Namun, yang menjadi permasalahannya adalah apakah memberikan balasan pada dosanya itu tepat untuk dilakukan? Mengingat yang menghabisi orang-orang yang tak bersalah bukanlah dia melainkan orang lain, meskipun hal itu disebabkan olehnya.
"Kurasa bukan menjadi dosamu..." Li Xuan berkata, membuat Meng Hua tersentak pelan, "Kau sebenarnya juga berpikir begitu, bukan?"
"Tidak bisa kupungkiri, terkadang aku juga menyangkal hal itu." Meng Hua membalas, senyum pahit terlihat di wajahnya, "Namun, mau bagaimanapun faktanya bukan begitu. Aku juga ikut andil dalam pembantaian itu walau tidak secara langsung."
"Mari lupakan saja." Li Xuan berkata, "Kau bukan termasuk 'Sampah' yang kumaksud."
"Aku sudah menebaknya dari awal." Meng Hua berkata, menjentikkan jarinya sekali lagi dan menghilangkan formasi, "Jadi, apakah kau akan mendatangi setiap sekte besar dan melakukan hal serupa pada para Immortal yang ada di sana?"
"Benar." Li Xuan mengangguk, "Apa kau mau membantu?"
"Aku tidak gila sepertimu, dan aku juga punya orang-orang yang harus kulindungi." Meng Hua menjawab malas, "Karena kau mendatangi aku dan sekte Serigala Darah, tersisa lima kekuatan besar lagi. Tiga sekte dan dua klan. Tindakanmu sebelumnya sama saja seperti menyatakan perang pada mereka, apa kau punya rencana jika mereka beraliansi hanya untuk melawanmu?"
"Aku hanya perlu melawan mereka." Li Xuan menjawab, membuat Meng Hua kesal, "Mau seberapa banyak pun jumlah mereka, aku tidak akan kalah."
"Kepercayaan diri itu bisa saja membunuhmu suatu hari nanti." Meng Hua menggeleng, lalu berbalik, "Karena urusan kita sudah berakhir, aku pergi. Semakin banyak aku mengobrol denganmu, rasanya umurku semakin pendek."
Li Xuan mengangkat alisnya tanpa menanggapi itu, ia melihat punggung Meng Hua bersama rombongannya pergi dari sana dengan berlari.
"Akhirnya selesai juga." Li Xuan meregangkan badannya, lalu berbalik, "Nona Bai, maafkan aku karena telah membuatmu menunggu."
"Hm, itu bukan masalah." jawab Rong Baihu tenang, "Seperti yang dikatakan perempuan itu, masih tersisa lima kekuatan besar di benua ini. Kalau sampai mereka menyatukan diri hanya untuk menghadapimu, maka situasinya bisa merepotkan."
"Apa aku telah membuat kesalahan dengan memprovokasi mereka, nona Bai?" Li Xuan bertanya, ekspresinya sedikit panik karena tidak biasanya Rong Baihu memakai kata 'Merepotkan', "Haruskan aku diam dan bersembunyi sampai keadaannya tenang?"
"Justru itu bagus..." kedua tangan Rong Baihu menyentuh pinggang, "Membuat mereka semua berkumpul di satu tempat jauh lebih efisien dan mudah. Selagi menunggu itu terjadi, memang ada baiknya kamu diam dulu dan mulai menguasai tahap-tahap lain dari teknik Tujuh Pilar Dewa Perang."
"Baiklah, nona Bai. Aku mengerti." Li Xuan mengangguk patuh, "Tapi, aku harus berdiam di mana? Apa ada tempat yang cocok untuk itu?"
"Ada." Rong Baihu mengangguk pelan, dan melanjutinya, "Tidak jauh dari sini ada hutan terkenal yang ditakuti oleh banyak kultivator. Namanya adalah Hutan Kematian. Hutan yang ditinggali oleh Spirit Beast, Roh Jahat dan makhluk-makhluk menyeramkan lainnya."
"Bagaimana nona Bai mengetahui itu?" tanya Li Xuan penasaran, "Apa mungkin berasal dari ingatan perempuan bernama Meng Hua tadi?"
"Um, aku mengintip sedikit karena butuh beberapa informasi darinya." Rong Baihu menjawab.
"Baiklah! Kalau begitu, ayo kita pergi ke hutan Kematian!" Li Xuan segera melesat di udara, dan Rong Baihu kembali menjadi rubah lalu menuntun pemuda itu ke arah hutan tersebut, "Oh, ya. Nona Bai. Bisakah kamu memberitahu tentang lima kekuatan besar yang disinggung oleh Meng Hua sebelumnya?"
"Baik."
Rong Baihu juga sudah berniat mengatakannya, lalu menyebutkan nama-nama dari lima kekuatan besar. Yang pertama adalah Sekte Lembah Seratus Pedang, tempat tinggal Chen Ye dan Chen Qingyu. Kedua, sekte Danau Abadi-- Li Xuan tadi bertemu dengan Tetua mereka, seorang pria tua berambut putih yang memiliki kedua pupil mata berwarna biru cerah. Dan yang terakhir dari lima sekte besar adalah sekte Sembilan Iblis, sekte aliran hitam dan juga merupakan yang terkuat di antara empat sekte besar lainnya.
Sementara dua kekuatan besar lainnya adalah sebuah klan, yang bernama klan Singa Mentari dan Baihua.