Menjadi janda bukanlah sebuah pilihan bagiku,
Tahun pun telah berlalu dan waktu telah menjawab segala perbuatan seseorang.
Cinta itu datang kembali namun tidak sendiri, suamiku yang telah mencampakkan diriku dengan talak tiga yang ku terima secara mendadak. Kini Dia datang kembali di saat sebuah cinta yang lain telah menghampiri diriku yang sebenarnya telah menutup hati untuk siapapun..
Siapa yang harus aku pilih? Sedangkan hati ini masih ragu untuk melangkah kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema
Hanya satu kata yang bisa terucap saat ini, yaitu lega! Tapi ada rasa asing juga dengan kelakuan mantan ibu mertuaku, begitu mudahnya mengusir, begitu mudah tidak mengakui, menghina dan kini dengan mudah dia datang tanpa rasa bersalah lalu minta maaf, aahh.... Pemikiran yang sulit aku pahami.
"Enak saja main rujuk, apa dia nggak paham agama ya yah, semua ada aturannya dan semua ada hadist dan sebagainya" ibuku masih saja bergumam, sambil menghempaskan tubuhnya kesal dan duduk disamping ayah.
"Sudah Bu, dia sudah pergi jangan membicarakan orang yang sudah tidak ada di dekat kita, itu namanya ghibah! Dan ghibah tidak bagus untuk kesehatan, karena faktor jantung sering berdebar tidak menentu itu adalah sering ghibah,"
"Iya iya....!"
Senyum geli ku tentu saja sengaja aku sembunyikan, untuk menjaga perasaan ibu. kemarahan ibuku adalah wajar dan jelas akan dilakukan oleh ibu dimanapun, ketika mendapati anak bersama cucunya tertindas dan tersakiti. Dengan wajah jelas-jelas masih sangat sewot dengan kelakuan ibu mantan mertuaku begitu membekas.
Shasy sudah tenang kembali setelah mengetahui, dan sudah bermain lagi dengan mainan kesayangannya. nenek yang selama ini telah membuat hidupnya menjadi trauma psikis, pergi meninggalkan rumah kami.
Ibu dan ayah dengan telaten dan penuh kasih sayang, memberikan terapi secara berkala dengan belajar melalui saran mas Dian selama beberapa bulan tanpa sepengetahuanku, ternyata memberikan dampak bagus buat Shasy, dan berangsur menjadi normal disela-sela kesibukan yang aku kerjakan.
"Kenapa hari-hari terakhir ini begitu sulit untuk saya lewati, semua seperti mereka rencanakan," dengan berat hati, mau tidak mau aku harus berbagi cerita dengan ayah dan ibu. Agar lepas semua beban selama beberapa hari terakhir ini.
"Sungguh ini sebuah kenyataan yang sulit saya terima Ayah, apa mau mereka sebenarnya padaku? Padahal kalau diingat kembali, ibu dan mas Iwan sama sekali tidak mengharapkan diriku apalagi Shasy, ini berat ayah!"
"Baru saja semalam mas Iwan menelepon dan memberikan kabar kalau mbak Rahma kandungannya dalam kondisi kritis, hari ini ibu datang kerumah. Ini sepertinya sudah mereka rencanakan. Saya semakin takut dengan kondisi shasy, ibu,"
"Semua kuncinya ada pada dirimu Lintang, akan tetapi andai kamu masih memilih Iwan, semua bakal banyak yang harus dipertimbangkan masak-masak," ayahku berkata seraya menyulut sebatang rokoknya.
Ku tatap wajah ayah dan ibuku bergantian, ingin rasanya aku menjerit dan menumpahkan seluruh emosiku, perpisahan bukankah keinginanku memberikan kehidupan pada Shasy untuk jauh dari mas Iwan dan keluarganya juga bukan mimpiku.
Mengapa mereka insyaf hanya pada saat kejadian demi kejadian menimpa mereka, setelah perceraian antara aku dan mas Iwan terjadi.
"Lintang jangan putus asa! Kamu masih muda, peluang untuk mewujudkan cita-citamu masih terbentang,"
"Talak ba'in kubraa adalah talak yang terjadi untuk ketiga kalinya. Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas istri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian ba'da al dukhul dan habis masa iddahnya.” wajah ayah kembali menatapku, kali ini tangan ayah juga memegang tanganku yang sejak tadi hanya memainkan jari-jariku saja.
"Sudah ayah, biarkan saja waktu yang berjalan! Lebih baik saya fokus pada Shasy dan pekerjaan saya sekarang." Belum selesai aku bicara tiba-tiba...
Kring ..kring.... Nada dering ponselku berdering meronta berharap segera ku angkat, terlihat dengan jelas nama mas Dian memanggilku.
"Saya ke sebelah dulu ayah, ibu!" Ucapku sambil berdiri dan berjalan menuju tempat yang lebih sunyi dan menjawab panggilan mas Dian.
"Assalamualaikum mas Dian," aku mengawali menyapa terlebih dulu.
"Waalaikumsalam, nanti sore saya ada mengarah ke tempat dek Lintang, mungkin kalau tidak sedang sibuk dan tidak menganggu saya akan mampir, bisa?"
Sunyi beberapa saat, aku bahkan tidak tau harus menjawab apa.
"Hallo...! Hallo dek Lintang, masih online?" Suara mas Dian membuyarkan diamku, dengan kebingungan bagaimana aku harus menjawab pertanyaan mas Dian.
"I....iya mas, silahkan mas, kebetulan ayah ada di rumah," jawabku begitu saja tanpa tau harus bagaimana berbasa-basi dengan mas Dian.
Ponsel ku tutup, dan aku melangkah menuju dalam kamar, ku merasa hari Minggu kali ini berjalan sangat lambat.
🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️
sebuah mobil berhenti di depan rumah, aku tau itu adalah mas Dian pria mapan yang baru saja menyatakan cintanya padaku. Namun masih saja aku ragu untuk menjawab pernyataannya, bahkan aku sangat yakin kali ini ayah tentu akan merestui antar aku dan mas Dian, namun semua tidak semudah itu akan aku jalani.
Aku cukup mengintip dari balik jendela, dan melihat mas Dian berjalan dengan menenteng sesuatu di tangannya. senyumnya yang menyejukkan hati menghiasi bibirnya.
ku dengar ucapan salam dari mas Dian, tidak lama kemudian Ayah membalasnya. Lalu kenapa dengan hatiku yang merasa gelisah dan berdebar? aah... rasa apa ini? sedangkan aku sangat sadar bahwa aku bukan lagi ABG yang baru mengenal cinta.
🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️
heemmm mas dokter 🤭Alon Alon ya mas 🤭 , kita lanjut saja yuk, maaf up agak lelet ini Mak 🤭.
To be continued 😉
Salam Sayang Selalu by RR
awassss lohhh anumu ntar di sambel sama bini sahnya