Buat yang gak suka gerah, harap melipir!
Bukan bacaan untuk anak yang belum cukup umur.
Ketika Aishe didorong ke laut oleh Farhan tunangan tercintanya, semua rasa cinta berubah menjadi tekad untuk membunuhnya.
Aishe tidak pernah berpikir bahwa Farhan hanya mencintai uangnya, dan tega berselingkuh bahkan mendorongnya ke laut.
Ketika ombak menelan tubuh Aishe, dirinya berpikir akan mati, namun keberuntungan berpihak padanya. Aishe terdampar di sebuah pulau kosong selama 59 hari hingga suatu hari dia diselamatkan oleh Diego, seorang pengusaha yang tampan namun lumpuh.
Dengan kekuatan dan kekayaan Diego, Aishe memiliki identitas baru dan wajah baru, dia bahkan menjadi sekretaris pribadi Diego. Diego, pria yang kaya dan berkuasalah yang dapat membantunya membalas dendam pada Farhan.
Setelah balas dendam selesai, senyuman menyeramkan muncul di wajah Diego, yang membuat jantung Aishe berdegup kencang menunggu kalimat selanjutnya.
"Sekarang giliranmu untuk membalas budi padaku."
Aishe menatap pria yang mendekat di depannya, dalam hati dia berkata, "Lolos dari mulut buaya, malah masuk ke mulut singa."
Ini bukan novel garis lurus yang bisa diambil banyak pelajarannya. Jadi kalian bisa berhenti jika alir terasa berputar-putar, membosankan, jelek dan yang lain.
Silakan kembali tanpa meninggalkan kesan buru di komentar.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KAY_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Diego terkapar di brankar rumah sakit. Merasakan kedua kakinya yang berdenyut sakit. Dua orang tim medis telah memberinya pereda nyeri. Namun sudah lebih dari 20 menit belum juga ada perubahan.
Melihat tuannya merintih, Ashan semakin tidak sabar. Ia menarik baju salah satu tim medis dan berteriak lantang. "Dimana Dokter Ha! Suruh dia keluar sekarang juga!"
"Dok-dokter Ha sedang operasi."
"Tu-tuan, tenanglah. Ini rumah sakit," sela tim medis lain mencoba melerai.
"Kalian tau ini rumah sakit, tapi tidak segera memanggilkan dokter? Kau mau rumah sakit ini ditutup?"
Disaat mereka sedang berdebat, Dokter Ha berlari tergopoh-gopoh masuk ke dalam dan segera memeriksa kondisi Diego.
"Beri dia dosis lebih tinggi," seru Dokter Ha.
"Tapi, Dok. Pasien tidak akan kuat."
"Aku yang paling mengerti kondisi pasienku!" serunya lantang.
Setelah menyuntikkan pereda nyeri dengan dosis yang lebih tinggi, Diego sudah terlihat jauh lebih tenang. Dia bahkan sempat menutup mata selama beberapa menit.
"Kau memaksanya jalan lagi, Ashan?" tanya Dokter Ha.
"Ti-tidak. Tuan sendiri yang ingin melihat pria itu di gua. Aku hanya mengikuti perintah."
"Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya. Jangan biarkan Tuan berdiri lebih dari 2 jam. Kau ingin dia kehilangan kemampuan berjalannya lagi?"
Ashan menelan salivanya kasar. Bagaimanapun, hari ini memang dia sudah lalai menjaga tuannya, karena itu, ia pun rela menjadi sasaran amukan Dokter Ha. Namun tiba-tiba, Ashan mendapatkan pembelaan.
"Jangan marahi dia. Aku sendiri yang ingin melihat kesana." Diego bangkit dari tidurnya.
Jawaban Diego jelas membuat dokter Ha menghela napas panjang. Meski dia sudah bersusah payah membuat Diego bisa berdiri dan berjalan, dia akan tetap kalah dengan keegoisan pasiennya sendiri. Terlebih, jika pasiennya cukup berkuasa atas hidup dan karirnya.
"Kamu sendiri sebagai dokter, tidak bisa kompeten. Kapan kakiku bisa berdiri normal?"
"Tuan, Anda hanya perlu menjalani satu kali operasi lagi, tapi …." Dokter Ha menunduk untuk beberapa saat.
"Itu tidak bisa di lakukan dalam waktu dekat. Setidaknya 1 tahun lagi," lanjutnya menatap Diego.
Lima tahun, merupakan waktu yang singkat untuk membuat seseorang yang hampir lumpuh sepenuhnya, dapat kembali menggerakan tangan dan tubuhnya lagi. Serta, 2 tahun penuh perjuangan yang akhirnya membuat pria bernama Diego itu kembali berdiri dan berjalan selama dua jam.
Sungguh kemajuan yang hebat. Sampai Dokter Ha sendiri bingung. Hal apa kiranya yang mendorong pria itu pulih dengan cepat? Mungkinkah, dendam yang membara?
Semilir angin berhembus dari arah selatan, menerbangkan dedaunan kering. Hal yang lumrah terjadi, karena musim kemarau sudah hampir berakhir, dan akan segera berganti.
Hari ini, tepat sepuluh hari sejak Diego dibawa ke rumah sakit. Meski kakinya sempat sakit, itu semua tidak menjadi penghalang untuk aktifitasnya sehari-hari. Termasuk, kembali ke kantor meski dengan kursi rodanya.
"Bagaimana perkembangannya?" tanya Diego yang tiba-tiba bertanya pada Ashan.
"Sesuai dengan yang kita inginkan, Tuan. Dia mulai mencari selisih dana."
Diego sedikit terkejut, tetapi raut wajahnya masih terlihat tenang. "Bagus. Dia cukup teliti rupanya."
Ketika membahas kinerja Aishe, Diego tiba-tiba teringat sesuatu. Sudah berhari-hari berlalu sejak Farhan menandatangani perjanjian hutang dengan BIN.
"Pria itu, bagaimana?"
"Maksud Anda, tunangan Nona Aishe?"
"Mantan!" pekik Diego tiba-tiba. "Dia hanya mantan! Kau tau kan apa arti kata mantan?" lanjutnya sinis.
Melihat respom Diego, Ashan dengan hati-hati menaikkan dua sudut bibirnya. "Sa-saya tau, Tuan."
"Menurut info dari Rehan. Garam yang kita tabur sudah memancing beberapa ular keluar dari sarangnya. Mungkin, sebentar lagi akan mencari target."
"Bagus, jangan lupa rekam setiap detiknya dan biarkan dia melihat."
"Baik, Tuan."
Ashan --
Tuan sekarang jauh berbeda dari yang dulu. Dia dulu sangat periang, selalu menebar senyum, dan baik hati. Sifat seperti itulah yang akhirnya bisa meluluhkan hati Nona Lyra.
Namun setelah pamannya kembali. Perang kekuasaan pun dimulai. Sifatnya sedikit demi sedikit berubah. Terutama, saat dia kehilangan Nona Lyra dalam kecelakaan.
Aahh ….
Harapanku sekarang tidak banyak. Hanya ingin perang panas ini segera berakhir dan tuan bahagia. Semoga saja, Nona Aishe mampu merontokkan bongkahan es di hati tuan.
...☆TBC☆...
Happy Eid Fitr 1443 H, bagi seluruh umat muslim. 😊
Othor cuma mau mengingatkan, Votenya jangan sampai lupa 🤭😁😁