Hanya karena selalu menolak ajakan ciuman terlebih tidur bersama dari Rendan sang calon suami, Zee harus menerima kenyataan pahit lantaran pria itu justru terbiasa melakukannya dengan Cheryl, sahabat baik Zee sendiri.
Zee hancur sehancur-hancurnya terlebih walau sudah kepergok, Rendan tetap membela Cheryl dan malah menyalahkan Zee yang bagi pria itu tidak becus membahagiakannya. Lebih menjengkelkan lagi, kenyataan pak Samsudin—papah Zee yang memiliki penyakit jantung, dimanfaatkan Rendan untuk memperlakukan Zee semena-mena. Zee dipaksa menerima pengkhianatan yang Rendan dan Cheryl lakukan. Namun Zee yang telanjur sakit hati sekaligus jijik, memilih mengakhiri hubungan mereka.
Di waktu yang sama, Devano selaku bos Zee dan terkenal sangat kejam, menghubungi Zee. Devano yang tengah dituntut keluarganya untuk segera mengenalkan sang kekasih, meminta Zee mencarikan wanita yang bisa disewa untuk dijadikan kekasih pura-pura. Dalam hitungan menit, Devano memberi waktu sesingkat itu lantaran pak Restu sang papah tengah kritis. Namun setelah Devano mengetahui kandasnya hubungan Zee dan Rendan, Devano langsung mengajak sekretarisnya itu bekerja sama.
Menjadi kekasih pura-pura bos menyebalkan yang selalu membuat dunianya jungkir balik, Zee sungguh tak menyangka, dirinya mampu membuat pria kejam itu benar-benar jatuh cinta kepadanya.
[Merupakan kisah anak-anak dari novel : Menikah Dengan Suami Sahabat Karena Dijebak]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28 : Berkas Penting yang Dicuri
Keesokan harinya ketika Zee hendak berangkat kerja, dengan kepala dan matanya, wanita itu memergoki pintu kontrakannya yang awalnya tidak tertutup rapat, tapi perlahan ditutup bahkan dikunci dari luar.
“Itu siapa? Bukankah papah dan pak Lukman, sudah keluar dari tadi buat jalan pagi?” pikir Zee. Sebab demi makin menjaga kesehatan, akhir-akhir ini pak Samsudin memang rutin jalan pagi dengan pak Lukman.
Bergegas Zee menyusul, kemudian segera mengeluarkan kunci dari tas kecil yang ada di tas besar yang menghiasi pundak kanannya. Ia menggunakan kunci yang ia ambil dari sana untuk membuka pintunya. Tanpa memberikan gerak-gerik mencurigakan, Zee mengawasi sekitar melalui lirikan. Ia kembali mengunci pintu kontrakannya, tapi ia tak menemukan tanda-tanda aneh di sana. Padahal tadi ia melihat dengan mata dan kepalanya sendiri, bahwa seseorang baru saja keluar dari kontrakannya kemudian sampai menguncinya.
“Siapa, ya? Jadi was-was gini? Jangan-jangan tadi memang Rendan yang sengaja merekamku saat mandi, secara diam-diam?” pikir Zee, tapi ia juga segera menepis keyakinannya lantaran Rendan tak memiliki akses masuk ke dalam kontrakannya.
“Yang punya akses masuk kontrakan hanya Cheryl. Cheryl pun nggak mungkin sepagi ini, ke sini!” Namun, Zee yang masih berbicara dalam hati malah memergoki Rendan tengah melangkah mendekat di gang depan sana.
“Zee, kamu beneran enggak percaya kalau aku punya banyak video kamu?” ucap Rendan ketika Zee sudah ada di hadapannya, tapi wanita itu terus melangkah cepat sambil menunduk, membiarkan kedua tangannya mendekap erat dada yang dihiasi tiga buah arsip berwarna berbeda.
“Zee!” kesal Rendan karena terus diabaikan.
Dari belakang sana, dari kontrakan sebelah Zee bagian depan, Cheryl melongok kemudian menatap setumpuk dokumen yang dalam hatinya ia sebut berkas penting.
“Zee enggak tahu, berkas penting yang sampai dikasih tulisan maut dari Devano yang tak segan membunuhnya jika ia sampai menghilangkannya, sudah aku ambil dan tinggal bungkusnya saja! Tamat-tamat riwayatmu, Zee!” batin Cheryl yang sudah tidak peduli kepada Rendan, bahkan walau Rendan tengah menjadi ekor seorang Zee. Rendan terlihat memohon dan sebisa mungkin meyakinkan Zee.
“Itu kenapa enggak dikasih receh, biar pergi dan enggak ngikutin kamu!” kesal Devano yang sampai keluar dari mobil. Ia baru datang, tapi melihat Zee terus dibuntuti Rendan, benat-benar membuatnya kesal.
“Aku enggak punya receh, Pak!” Zee menanggapi dengan malas dan memilih langsung masuk lewat pintu sebelah yang memang sudah dibukakan secara khusus untuknya.
Kemudian, Devano yang telanjur kesal sengaja mengambil satu genggam uang koin dari kotak sebelah tempat duduk sopir. Ia melemparkan semua koin di tangan kanannya ke dada Rendan.
“Awas saja kalau kamu masih dekat-dekat Zee lagi!” kesal Devano sembari buru-buru masuk mobil.
“Tadi, aku merasa ada yang aneh,” cerita Zee ketika mobil yang membawa mereka mulai jalan. Ia berangsur menoleh, membuatnya bertatapan dengan Devano yang ternyata langsung menatapnya.
“Tadi pas aku mau keluar, pintu kontrakanku sudah sedang ditutup dengan sangat hati-hati dari luar. Pintunya sampai dikunci lagi! Namun setelah aku kejar, enggak ada siapa-siapa. Aneh, tapi harusnya bukan Rendan karena dia enggak punya akses masuk kontrakan. Yang punya kunci serep kontrakan hanya aku, papah, sama ... Cheryl. Masalahnya tadi Cheryl juga enggak ada dan buat apa juga dia begitu?” lanjut Zee.
Devano langsung merenung serius. “Kalau Rendan ternyata pegang kunci kontrakannya dan dia dapat dari Cheryl, bukan hal yang mustahil kan? Apalagi mereka memang sedekat itu? Satu tahun lebih loh kamu kecolongan dan mereka sudah seperti suami istri karena Rendan enggak hanya kasih dia materi tapi juga nafkah lahir batin!”
Mendengar penjelasan Devano barusan, Zee jadi takut. “Jangan-jangan, yang Rendan ancamkan memang benar, ya? Jangan-jangan Rendan memang punya koleksi videoku?” pikir Zee jadi parno sendiri. “Kalau memang iya, ... aku harus bagaimana? Kalau dia sampai mengancamku melalui video-videonya ... sejauh ini dia sengaja mendatangiku tanpa mengirimiku pesan agar aku bisa menjadikannya bukti. Dengan kata lain, aku harus menjebaknya, merekam ucapannya agar aku bisa melaporkannya ke polisi,” pikir Zee yakin dan sengaja membuat solusi sendiri.
Sekitar pukul tujuh kurang, tak lama setelah mereka sampai ruang kerja, Rayyan mendatangi Zee dengan hati-hati. Tak hanya langkah Rayyan, karena senyum termasuk tatapan pun, pria bermata teduh itu atur. Walau apa yang Rayyan lakukan malah membuat Zee terkejut bukan main. Zee sampai berdiri sambil beristigfar hingga bos kompeni kesayangan yang ada di dalam ruang kerjanya sana, juga ikut terusik.
Devano buru-buru melongok dan langsung berdiri ketika ia malah mendapati Rayyan ada di depan meja Zee.
“Maaf, ... maaf. Aku tidak bermaksud menakutimu!” yakin Rayyan.
“Papahnya punya riwayat jantung, dan kamu juga bisa membuatnya mengidap penyakit jantung kalau cara kamu saja begitu!” kesal Devano mengomel dari pintu kerjanya yang sengaja ia buka setengah dan sampai ia tahan.
“Daripada aku, harusnya Kak Vano jauh lebih berbahaya. Apalagi Kak Vano melakukannya setiap hari!” sebal Rayyan.
“Emang bayi, kamu ini, ya? Sudah katakan, ngapain kamu ke sini?!” kesal Devano. Rasa kesal yang seketika hadir karena ia begitu cemburu melihat Rayyan mendekati Zee.
Kali ini, Rayyan tak langsung menjawab. Ia mengerucutkan bibir kemudian melirik Zee maupun Devano, silih berganti. “Kenapa Kak Vano bertanya seperti itu? Kantor berikut perusahaan ini kan milik kakekku. Tentu aku berhak melakukan apa pun tanpa harus meminta izin dari siapa pun termasuk, ... Kak Vano.”
Mendapat seranga*n dari Rayyan, Devano langsung tersenyum getir. “Kalaupun kantor dan perusahaan ini milik kakek bahkan nenek moyang kamu, andai apa yang kamu lakukan juga membuatku merasa tidak nyaman, aku juga punya hak untuk pergi dari sini, ... kapan pun!”
“Duh, si Rayyan ngapain bangunin asisten dakjal yang mulai belajar tobat, sih? Ngapain juga dia ngusik pak Devano padahal selama ini yang selalu jadi sumber kehidupan kantor dan perusahaan ini, Pak Devano? Kemarin pun pas pendapatan turun seuprit, Pak Devano juga yang kena semprot. Dan sekarang, Rayyan dengan seenaknya membahas statusnya untuk melawan pak Vano,” batin Zee sampai menahan napas lantaran kebersamaan kali ini sudah langsung membuatnya merasa sangat tegang.
Tanpa mengalihkan tatapan seriusnya dari Rayyan, Devano berkata, “Zee, siapkan semua berkas untuk rapat pukul sembilan nanti.”
Walau Zee belum menjawab, Rayyan yang masih membalas tatapan penuh ancaman dari seorang Devano sengaja berkata, “Baiklah, ... aku pergi dulu.”
Tak ada yang membalas Rayyan karena kedua orang di sana kompak diam.
Setelah Rayyan benar-benar pergi, Devano menatap Zee. Membuat wanita itu buru-buru menyiapkan setumpuk berkas dan membawanya kepadanya.
“Taruh di dalam!” ucap Devano masih dingin karena sisa rasa kesalnya kepada Rayyan. Tak semata karena pria itu sudah langsung membuatnya cemburu karena Rayyan terlihat jelas mendekati Zee. Namun juga, mengenai Rayyan yang hendak menggunakan kuasanya sebagai cucu kandung dari pemilik kantor sekaligus perusahaan Devano bernaung.
Sembari masuk menyusul Zee, Devano berkata, “Cek semuanya dan pastikan semuanya sudah lengkap!”
“S-siap, Pak!” patuh Zee segera melakukannya di meja kerja sang bos yang ia yakini sedang merasa terzalimi gara-gara ulah Rayyan.
tidak tahu balas Budi Rayan padahal waktu kecil di sayang p. Restu
Palembang hadir☝️☝️