NovelToon NovelToon
Two Bad

Two Bad

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Murid Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Bad Boy
Popularitas:577
Nilai: 5
Nama Author: Aalgy Sabila

"Yang kalian lakukan salah."

Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aalgy Sabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jealous

◻️◻️◻️

"Ngapain lo pake jaket dia?"

"Masih punya rasa sama dia?"

"Mau balikan sama dia?"

"Atau mau jadi selingkuhan dia?"

"Anjing! Lo tuh berburuk sangka mulu! Kalau gue masih punya rasa sama dia juga bukan urusan lo! Jadi selingkuhan dia? Bisa gue lakuin sejak dulu, kenapa baru sekarang—kalau gue mau jadi kek gitu juga! Dan mau gue punya rasa kek, mau balikan kek, mau jadi selingkuhan dia kek bukan urusan lo! Lo bukan siapa-siapa gue!"

"Kalau lo gak percaya sama gue yaudah, jangan pernah kenal sama gue lagi! Gue gak suka orang yang gak percaya sama gue! Bye!"

Semua orang di sana memandang keduanya dengan aneh. Sejak tadi pagi kedua orang yang sedang adu mulut itu selalu saja menarik perhatian orang di sekitarnya. Entah ada apa dengan kedua orang itu—Fero dan si anak baru, Mayra.

"Ma-mayra," gumam Ella pelan. Ia berniat mengembalikan buku milik Mayra yang tertinggal di kelas, tapi saat ia menyusul ke parkiran—karena katanya Mayra akan pulang bersama Fero jadi Mayra keluar kelas duluan—tak ada Mayra di sini.

Mungkin sudah pulang. Pikirnya.

Ella kembali mengamati seluruh penjuru parkiran—eh, kok ada Fero? Bukannya sudah pulang dengan Mayra? Apa buku milik Mayra ia titipkan saja pada Fero?

Baiklah, dengan segala keberaniannya Ella mendekati Fero.

"Fe-fero," panggil Ella.

Fero menoleh dan memberikan tatapan datarnya.

"I-ini buku p-punya Mayra, aku nitip—to-tolong kasihin ke Mayra," kata Ella.

Fero mengambil buku yang disodorkan Ella tanpa kata.

Dirasa sudah tak ada urusan lagi, Ella berbalik berniat pergi dari parkiran.

"Tunggu."

Ella kembali berbalik karena Fero memanggilnya. "A-apa?"

"Kenapa Mayra bisa pake jaketnya Aldi?" Tanya Fero to the point.

"I-itu ... Ma-mayra tiba-tiba dapet," ucap Ella ambigu.

"Dapet?"

"I-iya pms. Te-terus Aldi ng-ngasihin jaketnya, Mayra a-awalnya nolak tapi di kelas g-gak ada lagi yang bawa jaket buat nutupin rok Mayra yang tembus."

Fero menghela napas. Ia telah berburuk sangka—

"Fe-fero jangan pernah kamu gak percaya sama Mayra ataupun nuduh dia, karena Mayra gak suka sama hal itu," ucap Ella dengan takut.

Damn! Sepertinya ia mendapat masalah besar.

"Aku duluan."

Fero tak menanggapi, ia memilih sibuk dengan pemikirannya sendiri. Bagaimana cara membujuk Mayra?

Tidak. Jangan dulu berpikir ke sana, sekarang ia harus tahu dulu Mayra ada dimana?! Tadi Mayra langsung pergi bergitu saja setelah mengucap beberapa kalimat pedas.

Fero harus mencarinya. Ya, benar. Ia segera tancap gas meninggalkan parkiran.

◻️◻️◻️

Pulang sama gue, tunggu di parkiran

Mayra tersenyum sumringah. Sebenarnya tadi saat meninggalkan Fero di kantin ia hanya kesal tidak benar-benar marah. Dan mendapati pesan seperti itu dari Fero, dapat membuat perasaannya benar-benar senang. Ia hanya memandangi pesan itu sambil senyum-senyum gaje.

"Kamu anak baru, ngapain senyum-senyum sambil liat hp?" tanya guru yang mengajar matematika wajib itu secara tiba-tiba.

Kepala Mayra terdongak ke atas, langsung menemukan mata yang menatapnya tajam. Yang langsung dibalas Mayra dengan cengengesan.

"Jawab pertanyaan ini!" Guru perempuan yang tak diketahui namanya oleh Mayra itu menunjuk papan tulis yang terdapat sebuah contoh soal.

Mayra tak merasa panik sama sekali, ia justru tersenyum sumringah sambil berjalan menuju papan tulis. Teman-teman sekelasnya yang sedari tadi memperhatikannya, menatap aneh padanya.

"Ini tuh gampang Bu, apalagi udah ada rumus umumnya gini. Tinggal dimasukin aja bu," ucap Mayra sambil mulai menuliskan angka-angka dengan lugas.

Sang guru hanya menatapnya sambil mengangkat satu alis. Ia kemudian menulis soal kembali di papan tulis yang langsung kembali dikerjakan Mayra.

Seisi kelas memandangnya takjub. Hal itu terjadi selama beberapa saat, sudah berapa soal Mayra kerjakan tapi si ibu guru tak berhenti memberinya soal.

"Bu .... "

"Apa? Kamu gak bisa?"

Mayra menggeleng. "Bukan bu, mereka keenakan karena gak belajar sama ibu."

Teman-teman sekelasnya mendesah kecewa, kenapa Mayra malah bilang?! Paling gak suka nih sama murid kek gini, di setiap kelas pasti ada nih yang wujudnya kek gini.

"Oalah iya ya, kenapa kamu bisa ngerjain semua ini?"

"Ya belajar lah," ucap Mayra.

"Bukannya kamu pindah sekolah karena hampir di drop out?"

"Jangan memukul rata suatu hal bu, gak semua remaja yang bandel itu bodoh."

Si ibu malah terdiam tak berkutik.

"Ya sudah, kamu kembali ke tempat duduk kamu sana."

Mayra mengangguk.

Waktu berjalan dengan cepat, pelajaran berakhir berganti pelajaran lain, istirahat kedua, bel masuk pelajaran kembali dimulai dan akhirnya bel pulang berbunyi.

"Gue duluan Ell, gue mau pulang bareng Fero," ucap Mayra sambil memasukkan dengan asal alat tulisnya ke dalam tas dan pergi, tapi ....

"Mayra kamu bocor ..."

Mayra melotot dan kembali duduk ke bangkunya. "Keliatan banget Ell?" Tanyanya panik.

Ella mengangguk. "Iya, emang kamu gak pake pembalut?"

"Enggak, gue gak tau kala gue mau dapet. Harusnya sekitar tiga harian lagi. Aduh gimana dong Ell, gue gak bawa jaket."

Ella mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas, "Kayaknya gak ada yang bawa jaket deh May, cowo-cowo udah pada pulang. Kalau mereka emang gak baw jaket," Ella menunjuk pada segerombolan cewek yang masih berdiam diri di mejanya.

"Gue telpon Fero aja kali ya, seinget gue tadi dia pake hodie," Mayra mengutak-atik hpnya dan memencet nomor Fero.

Namun hanya operator yang menjawab. Ponsel Fero tidak aktif.

"Kalau kamu duduk terus nanti makin banyak May," kata Ella.

"Pake punya gue."

Mayra menoleh ke belakang dan menemukan Aldi yang menyodorkan jaketnya.

"Eh, enggak," Mayra menolak tentu saja, masa iya pake jaket punya mantan? Nanti adik capernya bakal tau terus marah terus ngadu ke Ayah terus akhirnya Mayra dimarahin terus Mayra jadi bete terus per—

"Jangan gengsi, pake aja. Daripada lo keliatan sama orang, nanti jijik kayak gue."

Setelah mengatakan kalimat itu Aldi pergi dari kelas sambil menaruh jaketnya di tangan Mayra.

Mayra mendengus kesal, "Anjing! Mau nolong juga banyak bacot!"

"Ma-mayra kamu—"

Mayra memandang Ella. "Iya, gue ngomong kasar. Lo masih mau kan temenan sama gue?"

Ella mengangguk pasti. "Aku cuman kaget."

Tentu saja. Siapa yang tidak kaget yang dulu aku-kamu jadi lo-gue, yang dulunya tak suka berbicara kasar jadi berucap anjing, yang dulunya selalu berpenampilan kuno kini terlihat bergaya, yang dulunya malu-malu jadi malu-maluin.

"Gue pake aja gapapa kali ya, besok gue cuci. Hari Senin gue balikin," gumam Mayra.

Ella membereskan peralatan tulis di dalam tasnya dengan rapih. Sedangkan Mayra mengalungkan jaket Aldi di pinggangnya.

"Gue duluan Ell, bye!"

Ella melambai membalas Mayra.

Mayra berjalan di koridor dengan cepat. Ia tak sabar ingin bertemu Fero, bagaimana ekspresinya setelah tadi Mayra marah kepadanya. Akankah biasa-biasa saja? Atau kalang kabut?

Kalau yang terakhir benar, pasti ekspresi Fero sangat menggemaskan. Wajah gantengnya akan terlihat lucu. Dan kini wajah ganteng itu ada di hadapannya menatapnya nyalang.

Oh boy, ada apalagi ini?

Fero menanyainya dengan ketus dan disertai dengan tatapan menuduh.

Hal itu sangat tak disukai Mayra. Ia benci. Kenapa Fero tak mempercayainya? Kenapa Fero  tak membiarkannya bicara terlebih dahulu? Sebegitu tak percaya kah Fero padanya?

Dengan segala kedongkolannya di sinilah Mayra berada, di trotoar bagi pejalan kaki—menyusurinya sejak ia meninggalkan sekolah. Mayra berjalan sambil bersidekap dada. Mulutnya terus mengeluarkan sumpah serapah sambil merutuki Fero.

"Bangsat!"

"Semua cowok emang bisanya cuma nuduh doang, membagongkan sekali!"

Oh, Mayra jangan berucap seperti itu. Bukankah kamu bilang tidak boleh memukul rata suatu hal? Ok, ralat saja Mayra jangan menjadi seseorang yang omdo.

"Gak jadi semua cowok beda! Pokoknya semua cowok beda gak ada yang sama!"

"Hm."

Mayra menoleh ke arah seorang yang mendehem cukup keras.

"Tukang fitnah!" Pekiknya.

Tentu saja itu Fero.

Beberapa menit kemudian.

"Apaan sih! Pergi sana!" Pekik Mayra kesal.

Pasalnya sedari tadi Fero terus mengikutinya dengan motornya, si areng itu. Ngikutinnya itu gak pake bacot, alias cuman diem ngikutin dari belakang—bikin Mayra makin dongkol! Makin bete!

"Lo ngapain ngikutin gue hah?!"

Fero tak menjawab. Lebih tepatnya memberi Mayra kesempatan untuk memaki-makinya secara langsung.

"Diem aja kek patung! Kesel gue tau gak! Tadi aja bacot lu bagus banget nuduh gue yang enggak-engak! Sekarang malah diem kek bocah yang lagi dimarahin emaknya! Ngomong kek!"

"Kalau mau ngajak pulang bareng, hayu!"

Fero melongo seketika—motornya ikut berhenti, juga Mayra.

"Yaudah hayu!" Balas Fero.

Sepertinya Mayra sudah mulai melunak, jadi Fero tak boleh menyia-nyiakannya.

Mayra mendengus sebal sambil menerima uluran tangan Fero—menaiki si areng. Takut Mayra nantinya akan berubah pikiran, Fero segera memacu motornya membelah jalanan.

Saat berhenti di lampu merah samar-samar Mayra mendengar Fero berucap lirih, "Gue cemburu."

Mayra seperti sudah baper tingkat akut lada cowo bermata coklat itu. Pokoknya Fero harus tanggung jawab! Mayra gak mau tau!

◻️◻️◻️

1
Curtis
Terharu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!