Tidak pernah menyangka pernikahan ketiga Naya Aurelia (32th) mendapatkan ujian yang penuh dramatis.
Ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit antara memilih suami atau anak kandungnya.
Berawal dari suaminya Juan Bagaskara (27th) yang tidak mau menerima Shaka sebagai anak sambungnya sehingga Naya dengan terpaksa harus berpisah dengan putri kesayangannya. Ia menitipkan Shaka pada bi Irah asisten rumah tangganya yang diberhentikan dari rumah tersebut.
Bertahun-tahun Naya tersiksa batinnya karena ulah suami yang usianya lebih muda darinya. Apalagi suaminya pun memiliki pekerjaan di luar dugaannya yang membuatnya sangat terpukul. Pekerjaan apa kira-kira?
Disisi lain ia sangat ingin kembali hidup bersama anaknya. "Nak, izinkan mama kembali meraih cintamu..." ucap Naya lirih.
Akankah kebahagiaan berpihak pada hidup Naya selanjutnya?
Ikuti kisahnya!💕
Follow author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 Sebuah Permohonan
Hatinya terasa hancur lebur manakala seorang anak kandung lebih memilih ayah sambungnya yang dulu. Kalau saja Juan bisa seperti Dikara maka hal ini tidak akan pernah terjadi. Hidup Naya akan lebih sempurna.
Naya memejamkan matanya, tidak bisa berkata-kata. Buah hati yang dulu pernah ia sia-siakan lebih memilih orang lain dari pada dirinya sebagai ibu kandungnya.
"Papa tidak pernah meninggalkan Shaka kecuali kerja. Papa selalu ada disaat Shaka butuh kasih sayang. Papa juga bisa jadi Mama. Bisa bikin masakan yang enak, bisa bercerita, bisa bermain drama, bisa melukis walaupun lukisan papa tak seindah lukisan Shaka," Shaka tersenyum mengingat masa lalunya bersama Dikara, ada kebanggaan memiliki seorang papa seperti Dikara.
Mata Shaka menerawang di masa lalu yang indah bersama papanya. Masa lalu yang tidak pernah bisa dilupakan. Banyak edukasi yang diberikan papanya pada dirinya.
"Shaka merasa nyaman berada di dekat papa. Papa yang terbaik bagi Shaka. Ma..."
Naya kembali menatap Shaka, " Ya sayang?" air mata Naya terus mengalir melihat senyum Shaka yang sedang mengingat papanya.
"Shaka kangen papa. Shaka kangen pelukan kasih sayangnya. Izinkan Shaka tinggal bersama papa ya Ma! Shaka tidak mau dosa mama semakin bertambah jika Shaka berada di rumah ini," singgungnya tepat sasaran.
Deg
Deg
Anak sekecil itu sudah mampu berpikir jauh tentang dirinya. Ternyata Shaka lebih memahami kondisi rumah ini. Naya menatap lekat putrinya dengan mata yang penuh dengan air mata.
"Lagi pula Mama kan harus kerja tiap hari, sepertinya memang tidak ada waktu buat Shaka. Pergi pagi saat Shaka masih tidur dan pulang malam saat Shaka sudah tidur. Waktu libur pun Mama lebih banyak menghabiskan waktunya bersama papi karena papi yang mau. Bagi Shaka engga apa-apa karena itu sudah biasa terjadi. Tapi dulu enak masih ada papa, Shaka masih bisa menikmati masa kecil bahagia. Tapi sekarang? Bi Irah aja sibuk di dapur. Kasihan bi Irah kerjaannya ga berhenti-berhenti. Apalagi bi Irah harus bermain drama jadi ibunya Shaka, harusnya bi Irah dikasih bonus besar tuh Ma. Karena sudah berperan sangat baik di hadapan keluarganya papi. Hebatkan bi Irah?"
Naya menunduk tidak berani menatap putrinya, ia merasa malu. Secara langsung putrinya menelanjangi kebobrokannya sebagai seorang ibu.
"Sayang ya Ma, rumah sebesar ini hanya mampu membayar satu orang asisten rumah tangga. Padahal papi sama mami bekerja. Kasihan bi Irah..." ujar Shaka tanpa sengaja ucapannya menampar Mamanya.
Naya menangis tanpa suara. Hatinya hancur lebur. Anak satu-satunya sangat mengerti situasi dan kondisi rumah yang ia tempati. Naya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.
"Sayang...sayang, kamu di mana!"
Naya tersentak kaget manakala mendengar suara Juan memanggilnya dari luar.
"Kembalilah Ma, papi memanggil mama. Tolong pikirkan permintaan Shaka ya Ma!" ujar Shaka tersenyum.
Naya hanya mengangguk lemah. Ia menghapus jejak air mata di pipinya. Mata dan hidungnya yang merah tidak bisa tertutupi dengan apa pun. Naya jelas terlihat habis menangis.
Naya membuka pintu kamar Shaka, berhenti sejenak lalu menoleh ke arah putrinya yang masih tersenyum ceria. Itu hanya untuk menenangkan hati Mamanya walaupun pada kenyataannya pikiran Naya tidak tenang.
"Ma jangan lupa ya, reward yang mama janjikan kalau Shaka berhasil bersandiwara menjadi anaknya bi Irah. Shaka hanya ingin reward bertemu papa kembali!"
Naya terhenyak dengan permintaan reward yang pernah dia janjikan pada Shaka jika Shaka mau menuruti keinginan Mamanya untuk tidak memanggilnya Mama. Shaka anak yang cerdas tanpa diminta ia bisa memainkan sandiwaranya bersama bi Irah dengan sempurna di hadapan keluarga Juan. Sekarang Shaka menagihnya, padahal dirinya pun sudah melupakan tentang reward tersebut.
Naya tersenyum tipis, mengangguk pelan dengan luka di hatinya karena perbuatan dirinya yang fatal, imbasnya termakan sendiri. Seraya menutup kembali pintu tersebut, kembali menangis.
"Ya Allah bodohnya aku..." Naya menyalahkan diri sendiri. Dia terduduk di depan pintu kamar Shaka.
Juan menghentikan langkahnya tepat di depan anak tangga. Ia melihat Naya yang terduduk di depan pintu kamar Shaka. Perlahan ia menghampiri istrinya.
"Apa yang kau lakukan di sini, sayang? Kamu kenapa sampai sesedih ini?"
Naya mendongak ada sirat kebencian dan cinta di hatinya. Perlahan tubuhnya diupayakan untuk bangkit. Seraya menatap suaminya dengan tajam.
"Mas apa kau masih tetap tidak mau menganggap Shaka sebagai anak sambungmu? Lihatlah, keluargamu sudah pergi bukan? Mas kumohon, aku tidak mau kehilangan Shaka. Dia segalanya bagiku..."
Juan menarik nafasnya dengan pelan, berusaha lebih bersabar menghadapi istri yang sangat ia sayangi.
"Mas aku merasa gagal menjadi ibu buat Shaka. Kini shaka ingin kembali kepada papanya.." ujarnya merasa frustasi.
"Sayang, kita selesaikan di kamar!"
Juan mengajaknya ke kamar utama untuk menyelesaikan masalah mereka. Dia mendudukkan istrinya di sofa.
"Sayang minumlah, tenangkan pikiranmu!" titahnya lembut.
Naya memegang gelas bergagang itu dengan gemetar, lalu meneguknya dengan pelan. Matanya menatapnya tak berkedip.
Sementara Juan duduk di hadapannya dengan senyuman.
"Sayang, aku tahu kamu selalu ingin memberikan yang terbaik buat anakmu Shaka. Kamu selalu berusaha untuk memberikan kebahagiaan buat Shaka tapi hasilnya Shaka lebih memilih papanya dari pada kamu. Sebenarnya ini suatu keberuntungan buat kita karena disisi lain, karirmu semakin cemerlang. Terus terang aku sangat bangga padamu. Kamu seorang istri yang bisa diandalkan. Aku hanya ingin keutuhan rumah tangga kita. Aku sudah terlanjur bilang pada keluargaku kalau aku menikahi wanita yang masih tersegel yang belum pernah menikah,"
"Mas kita sudah membicarakan hal ini berkali-kali. Sebelum aku memutuskan bercerai dengan Dikara, kamu sudah tahu kalau aku memang sudah memiliki satu anak dan saat itu kamu menerimaku apa adanya,"
"Ya karena aku sangat mencintaimu, sayang. Dalam pikiranku saat itu hanya satu, bagaimana caranya agar aku bisa tetap menikahimu. Mereka akan menolak niat baik kita, sayang. Kamu adalah wanita yang tidak sesuai dengan kriteria yang orang tua inginkan. Pada kenyataannya kedua orang tuaku menginginkan aku menikahi seorang gadis bukan janda. Jadi pahamilah aku bersikap seperti ini agar pernikahan kita tercapai, dan hasilnya kita bisa menikah. Kumohon Naya demi keutuhan rumah tangga kita. Aku tidak ingin rahasia kita terbongkar. Apalagi kalau papa tahu semua kebohongan ini. Bisa hancur semuanya,"
"Aku tidak peduli Mas. Bukankah kamu mendengarnya tadi sebelum papamu pulang. Papa ingin kejujuran dalam rumah ini,"
"Kita akan jujur kalau kondisinya memungkinkan. Bukan sekarang, bukan dalam waktu dekat ini. Aku masih berusaha untuk bisa mandiri tanpa bayang-bayang harta papa. Saat ini kita hidup masih di bawah kekuasaan papa. Kamu harus sabar!" jelas Juan terus menyakinkan Naya agar lebih memahami jalan pikirannya.
Kening Naya mengerut, ia mencoba mencerna ucapan Juan.
"Jadi kumohon, biarkan shaka tinggal bersama papanya. Dia lebih nyaman bersama papanya. Aku sama sekali tidak keberatan."
Naya mengusap wajahnya dengan kasar. Suaminya sama sekali tidak memiliki empati sedikit pun buat Shaka.
eh tpi sy jga jualan mie ayam grobakan dahh/Grin//Facepalm//Joyful//Curse//Curse//Curse/