Alice Alison adalah salah satu anak panti asuhan yang berada di bawah naungan keluarga Anderson.
Lucas Anderson merupakan ahli waris utama keluarga Anderson, namun sayang dia mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor darah. Alice yang memiliki golongan darah yang sama dengan Lucas pun akhirnya mendonorkannya.
Sebagai balas budi, kakek Anderson menjodohkan Lucas dengan Alice.
Menikah dengan Lucas merupakan impian semua perempuan, tapi tidak dengan Alice. Gadis itu merasa tersiksa menjalani pernikahannya dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Malam itu, suasana makan malam di rumah tua Anderson terasa hangat dan akrab. Di meja makan yang tertata rapi, kakek Anderson duduk di ujung meja dengan senyum lebar di wajahnya. Di sampingnya, Lucas dan Alice, cucu menantunya, duduk bersebelahan sambil saling berbagi lauk.
Alice, dengan sigap, mengambil beberapa lauk dan meletakkannya di piring Lucas. Namun, Lucas tampak terkejut dan melototkan matanya ketika melihat piringnya sudah penuh sesak dengan berbagai lauk yang diambilkan Alice.
"Kenapa banyak sekali, sih?" protes Lucas dengan nada setengah kesal.
Kakek Anderson, yang melihat kejadian itu, segera mencoba meredam situasi dengan berkata, "Tinggal makan saja apa salahnya, kamu harusnya senang dilayani oleh istrimu." Ucap kakek Anderson dengan nada gembira.
Mendengar ucapan kakek Anderson, Alice tersenyum lebar dan memandang Lucas dengan tatapan menggoda, ia sengaja mengerjai suaminya itu.
Sementara itu, Lucas hanya bisa menghela napas panjang dan tersenyum pasrah, menerima piring yang sudah penuh dengan lauk tersebut.
Malam itu, keluarga Anderson merasakan kehangatan yang sudah lama tidak mereka rasakan. Tawa dan cerita mengisi ruang makan, membuat suasana semakin menyenangkan.
Terlepas dari kejadian piring yang penuh lauk, Lucas dan Alice menikmati momen berharga bersama kakek Anderson, menyadari betapa berharganya waktu yang mereka habiskan bersama.
"Kapan kalian akan memberikan kakek cucu?" tanya kakek Anderson tiba-tiba, membuat kedua pasangan suami istri itu terkejut.
"Uhukk"
Lucas dan Alice tersedak mendengar pertanyaan tersebut, dan saling pandang dengan wajah kaget. Mereka berdua buru-buru meraih gelas minum yang ada di hadapannya, dan segera meminumnya untuk menenangkan hati mereka.
"Kakek ini apa-apaan sih?" kesal Lucas dalam hati, merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang begitu pribadi itu.
"Apa-apaan bagaimana, maksudmu?" balas kakek Anderson, menatap tajam Lucas yang masih berusaha menenangkan diri.
"Memangnya ada yang salah dengan pertanyaan kakek? Kalian berdua kan sudah menikah, tidak ada salahnya kakek minta cucu untuk menemani kakek di hari tua."
Alice menggigit bibirnya, mencoba mengendalikan rasa malu dan gugup yang melanda. "Kami... kami akan berusaha segera memberikan Kakek cucu," jawab Alice dengan suara yang hampir tak terdengar, sambil menundukkan kepala.
Kakek Anderson tersenyum puas, sementara Lucas dan Alice saling berpandangan dengan wajah yang masih belum bisa menerima kenyataan bahwa mereka baru saja diberi 'tugas' untuk segera memberikan kakek cucu.
Tak ingin semakin pusing, Lucas pun akhirnya memutuskan beranjak dari ruang makan terlebih dahulu, menghindari permintaan aneh-aneh dari kakeknya, ia menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.
"Sana susul suami mu" titah kakek Anderson kepada Alice.
Alice menganggukkan kepalanya pelan, menunjukkan bahwa ia mengerti apa yang harus dilakukan.
Setelah itu ia beranjak dari ruang makan, melangkah dengan hati-hati menyusul suaminya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar.
Suasana di rumah terasa begitu hening, membuat langkah kaki Alice terdengar jelas di lorong.
"Malam ini kamu tidur di bawah, besok giliran aku yang tidur di bawah," ucap Lucas dengan nada tegas sambil memberikan bantal dan juga selimut kepada Alice.
Wajahnya terlihat tegang, seolah sedang menahan rasa marah yang memuncak.
"Baiklah, Lucas," balas Alice dengan suara lembut, tanpa membantah sedikit pun.
Ia menerima bantal dan selimut yang diberikan oleh suaminya, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa kecewa yang menghampiri hatinya.
Beruntung di lantai di kamar Lucas menggunakan karpet, sehingga tidak akan membuat Alice kedinginan saat tidur di lantai.
Hanya saja, setelah bangun tidur nanti, Alice tahu pasti badannya akan terasa pegal dan tidak nyaman. Namun, demi menjaga keharmonisan rumah tangganya, Alice rela untuk mengalah dan menerima nasibnya kali ini.
Alice menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk mengusir rasa sedih yang mulai menyelimuti hatinya. Ia menyiapkan tempat tidurnya di lantai dengan bantal dan selimut yang diberikan oleh Lucas, lalu berbaring perlahan sambil menyesap air matanya yang mulai menetes.
Malam ini, Alice akan tidur dengan hati yang hancur, berharap agar besok hari yang lebih baik akan menyambutnya.
Hingga tengah malam, Lucas masih terjaga, ia berguling-guling di atas ranjang empuknya, mencoba mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Namun, rasa gelisah yang melanda pikirannya tak juga hilang.
Tak sengaja matanya terarah ke bawah, tepat pada sosok Alice yang tertidur pulas di lantai. Gadis itu terlihat begitu damai dengan wajah yang rileks, nafasnya teratur, dan tangan yang menopang pipi. Rambutnya yang panjang terurai di atas bantal tipis yang menjadi alas kepalanya. Meski tidur di lantai dengan selimut tipis, Alice tampak tidak terganggu sama sekali.
"Ck, dasar gadis miskin, hanya tidur di lantai saja sudah membuatnya terlelap seperti itu," cibir Lucas penuh iri.
Dia merasa terganggu dengan kenyamanan yang Alice rasakan, sementara dirinya yang tidur di ranjang empuk masih belum bisa tidur.
Dalam hati, Lucas mulai merasa kesal pada dirinya sendiri.
"Argghhh..." Lucas bangun dan mendudukkan tubuhnya. Dengan geram, ia mengacak rambutnya dan menghela napas panjang.
Lucas meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas, dan melihat banyak pesan masuk dari Elena, sahabatnya.
Setelah membaca pesan-pesan itu, ia pun membalasnya dengan tegas.
"Jangan hubungi aku selama tujuh hari kedepan, aku sedang berada di rumah tua bersama Alice," tulis Lucas.
Di tempat lain, tepatnya di kamar Elena, wanita itu tampak kesal membaca balasan dari Lucas. Hatinya merasa cemas, khawatir Lucas akan berpaling mencintai istrinya, dan meninggalkannya begitu saja.
"Pasti ini semua ulah pria tua itu," umpat Elena dengan geram, melempar bantal ke arah dinding kamar.
"Dia pasti ingin memisahkan kami dan membuat Lucas mencintai istrinya. Tapi, aku tidak akan membiarkannya terjadi!"
Elena meremas ponselnya dengan erat, menahan amarah yang membara di dalam hatinya. Dia bertekad untuk melakukan apa pun agar tetap bisa bersama Lucas, meskipun harus melawan segala rintangan dan godaan yang muncul di hadapannya.
Pagi hari terdengar sandi pintu kamar mereka di tekan dari luar, ada seseorang yang berusaha masuk kedalam kamar mereka. Alice berfikir itu pasti kakek Anderson yang hendak membangunkan mereka.
Dengan sigap Alice memungut bantal dan selimutnya, ia melemparkannya keatas ranjang.
Setelah itu Alice melemparkan tubuhnya keatas ranjang, Ia tidak mau kakek Anderson melihat mereka berdua tidur secara terpisah. Alice pura-pura tidur pulas sambil memeluk bantal gulingnya.
ceklek.......
Kakek Anderson tersenyum ketika mendapati Alice dan Lucas tidur di satu ranjang yang sama.
"Awal yang bagus" gumam kakek Anderson dan kembali menutup pintu kamar cucunya. dia membiarkan Alice dan Lucas terlelap.
------------
Maaf, tadi malam othor lupa ajukan.
aihhh bikin lah Alice strong woman Thor jangan terlalu myek menyek
hadirkan juga laki² bertanggung jawab, mapan pokoknya impian para wanitalah untuk melindungi Alice