Istri Tengil CEO Tampan

"Kamu tidak usah khawatir, Ta. Aku tidak takut pada kak Siska jika dia yang berbuat salah kita gak boleh diam saja, kita harus tunjukkan bahwa kita adalah wanita kuat.

Tata pun menganggukkan kepalanya, ia bersyukur masih ada orang yang baik dan menolongnya saat seperti ini. Tidak tahu jika Rembulan tidak ada di sini, dan apa jadinya Tata tidak ada yang membelanya.

Mereka pun melanjutkan tujuan yang akan pergi ke rumah Papah Haris, Rembulan akan meminta tolong untuk bertemu dengan orang tuanya.

.

.

.

.

Di kantor, Tuan Raditya sibuk dengan pekerjaannya yang menumpuk di atas meja kerjanya.

"Tuan cepat selesai pekerjaannya dan lekas istirahat karena esok kita akan pergi melakukan perjalanan yang cukup jauh dan menguras tenaga kita," ucap Angga sang asisten pribadinya.

"Kau tau, Ngga. Pikiran ku tak sepenuhnya ada di sini, ada sesuatu yang sedang ku pikirkan," ucap Tuan Raditya yang menyenderkan kepalanya di kursi kebesarannya.

"Memang ada apa, Tuan. Ada sesuatu yang menggangu pikiran Tuan?" tanya Angga sang Asistennya.

"Istri kedua ku sepertinya sedang marah, tapi entah apa yang membuat dia jadi seperti itu," adunya pada Angga.

Angga tampak tidak percaya dengan apa yang ia dengar, Tuannya sedang memikirkan salah satu dari istrinya. Tuan Raditya tidak pernah memikirkan atau pun membahas tentang nyonya Siska sedikit pun, ia selalu mengabaikannya. Tapi, apa sekarang, kedatangan Rembulan membuat Tuannya begitu perduli pada istrinya.

"Tadi dia marah dan melemparkan batu krikil pada burung kesayangan ku dan berkata marah-marah padaku," ucapnya lagi sambil membayangkan wajah istri kecilnya.

Angga tersenyum, ia bahagia karena Tuan menanggapi keberadaan istrinya walaupun hanya Rembulan tapi ia bahagia.

"Sepertinya Tuan tidak mengerti dengan ucapan Nyonya terhadap Tuan," sahut Angga yang mengerti pembicaraan tentang nyonya Rembulan yang sedang merajuk pada Tuannya.

"Jadi kau tahu?" tanya Tuan Raditya.

"Sebenarnya saya memergoki nyonya Rembulan sedang mengintip di balik guci hias yang ada di sebelah kanan dekat kamar Nyonya Siska, Tuan. Dan melihat Tuan keluar dari kamar Nyonya Siska," jelas Angga yang ia lihat saat nyonya Rembulan ada di balik guci hias tersebut sedang memperhatikan Tuannya yang lagi keluar dari kamar Nyonya Siska.

"Lalu hubungannya dengan burung ku apa, Ngga?" tanya Tuan Raditya yang heran.

Angga pun membuang napasnya perlahan, Tuannya tak mengerti perkataan jika berurusan dengan wanita. Dan Angga pun mengerti jika Tuannya sudah lama tidak berhubungan dengan wanita lain. Istri pertamanya saja ia abaikan.

"Dia sepertinya cemburu, Tuan," ucap Angga.

"Yang benar apa yang dikatakan itu, Ngga. Jika itu benar, berarti...," ucap Tuan Raditya yang tersenyum, ia bahagia saat istri kecilnya cemburu karena salah paham antara dirinya dan Siska saat ia datang ke kamarnya.

Tuan Raditya segera membereskan keperjakaannya masih menumpuk, ia ingin cepat selesai dan bertemu dengan istri kecilnya itu.

Ada rasa bahagia jika benar Rembulan cemburu padanya, dan ia akan menjadi seorang pria yang beruntung karena di cemburui oleh istri keduanya itu. Entah sejak kapan hatinya begitu hangat dengan kelakuan wanita yang baru datang dari kehidupan yang masih abu-abu.

"Tolong selesaikan semua, Ngga." titah Tuan Raditya yang mulai semangat.

"Memangnya, Tuan. Mau kemana?" tanya asisten Angga yang heran saat ia memberitahukan jika Nyonya Rembulan sedang cemburu.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aku pengen cepat pulang dan menemui istri kecil ku....