NovelToon NovelToon
Istriku Anak Jendral

Istriku Anak Jendral

Status: tamat
Genre:Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Tamat
Popularitas:1.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Dewi Risnawati

Seorang polisi harus menikahi putri dari jendral yang menjadikannya ajudan. Dengan kejadian tak terduga dan tanpa ia ketahui siapa orang yang telah menjebak dirinya.

"Ini semua pasti kerjaan kamu 'kan? Kamu sengaja melakukan hal ini padaku!" Sentak Khanza saat menyadari dirinya telah tidur dengan ajudan yang diberikan oleh Papanya.

"Mbak, saya benar-benar tidak tahu. Saya tidak ingat apapun," jelas Yusuf, polisi yang ditunjuk sebagai ajudan untuk putri jenderal bintang dua itu.

Jangan ditanya bagaimana takutnya Pria itu saat menyadari, bahwa ia telah menodai anak dari jenderal bintang dua itu.


Siapakah Jendral bintang dua itu? Kalau sudah pernah mampir di karya aku yang berjudul, (Dokter tampan itu ayah anakku) pasti tahu dong😉 Yuk kepoin kisahnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa takut

Aku dan Mas Yusuf duduk di pelataran yang menghadap kelaut lepas, aku menghirup udara segar, sesaat beban dihatiku terasa sirna.

"Minum Dek." Mas Yusuf memberiku minuman kaleng yang tadi kami beli di minimarket.

Aku menerima minuman itu, tetapi aku lebih tertarik dengan minuman sisa yang ada di tangannya, padahal itu adalah minuman yang sama.

Ya Allah, kenapa aku ini? kenapa ada-ada saja ulahku yang akan mempermalukan diriku sendiri.

"Kenapa Dek? Kok bengong? Enak kok minumnya, nggak berbahaya untuk ibu hamil," ujarnya yang mengira aku ragu untuk meminum karena mataku berpusat pada kaleng minum yang ada ditangannya.

"Ah, nggak, gak pa-pa." Aku mengalihkan pandangan kembali menatap lautan luas.

"Damai ya, terasa plong tidak ada beban," ujarnya mengamati pemandangan alam sekitarnya.

"Hmm." Aku hanya menjawab dengan deheman, mataku masih curi-curi pandang pada minuman yang ada di tangannya, aku melihat Mas Yusuf menyesap minuman itu dengan semangat sehingga aku merasa cemas jika minumannya akan habis.

"Mas..." Tiba-tiba tanganku bergerak menahan tangan Mas Yusuf saat ingin meminumnya kembali.

Dia menatapku dengan heran, keningnya sedikit berkerut. Tangannya yang memegang kaleng minum segera bertumpu di pahanya.

"Ada apa, Dek?"

"Emm, Mas, boleh kita tukaran minumnya?" Akhirnya aku tidak bisa menahan keinginan, apakah ini permintaan dari bayiku? Entahlah aku berusaha menahan malu asalkan keinginanku terpenuhi.

"Tapi ini..." Dia seperti ragu untuk memberikan karena merasa sungkan memberikan sisa. Padahal memang itu yang aku inginkan.

"Tidak apa-apa, Mas. Aku memang menginginkannya," ujarku dengan jujur.

Dia menatapku dengan senyum penuh arti. Tangannya terulur memberikan minuman miliknya. "Apakah permintaan dia?" tanya Mas Yusuf sembari mengusap perutku yang sudah mulai terasa padat.

Aku hanya mengangguk. Lama tangannya berada di perutku. "Dek, kapan periksa ke dokter?" tanya Mas Yusuf memposisikan duduknya seperti semula.

"Masih dua minggu lagi, Mas."

"Maaf ya, saya mungkin belum bisa menemani," lirihnya dengan wajah sendu, tatapannya lurus kedepan.

"Tidak pa-pa, Mas. Aku tahu Mas Yusuf pasti sangat sibuk," balasku mencoba untuk memahami.

"Dek, aku ingin memberitahu bahwa besok sore saya akan bertugas di luar kota, selama satu bulan ini."

Aku sedikit terkejut mendengar penjelasannya. Berarti dia akan pergi. Entah kenapa hatiku merasa tidak rela melepaskan dia. Aku menghela nafas berat dan mencoba untuk mengerti, ini semua demi tugas.

"Kamu tidak apa-apa 'kan?"

"Ah, ya. Aku tidak apa-apa Mas." Aku mencoba untuk tersenyum meskipun hatiku sedih.

Saat kami sedang ngobrol tiba-tiba hujan turun, Mas Yusuf segera membimbing diriku untuk naik keatas tangga yang menuju sebuah penginapan.

"Dek, kita sewa kamar satu ya, sepertinya hujannya awet, kita bisa istirahat dulu sembari menunggu hujan reda," ujarnya yang meminta persetujuan dariku.

Aku hanya mengangguk, karena aku juga merasa lelah ingin rebahan setelah melakukan perjalanan cukup panjang.

Setelah boking, kami segera menuju kamar yang telah tertera nomor dikuncinya. Kamarnya cukup nyaman dan bersih, sedikit rasa aneh berada dikamar hotel berduaan walaupun pasangan halal, tetapi masih terasa canggung.

Mas Yusuf menyingkap gorden jendela kamar itu, kembali terlihat pemandangan indah yang tadi kami saksikan. Aku memilih untuk segera rebahan pinggangku terasa pegal karena duduk terlalu lama.

Aku mengamati punggung tegap itu dari atas ranjang, bagaimana nanti jika dia tidak lagi menemuiku selama satu bulan kedepan. Ya Allah, kenapa aku begitu berat saat berpisah dengannya.

Punggung itu bergerak dan merubah posisi, kini dada bidangnya menghadap kepadaku, perlahan kakinya melangkah menyongsong diriku. Aku menjadi salah tingkah saat mata teduh itu menatapku begitu dalam.

Mas Yusuf duduk di sisiku. Tangannya mengusap rambutku sembari berkata. "Tidurlah Dek. Saya disini menemanimu."

Tiba-tiba perasaanku tak menentu, rasa takut akan perpisahan membuatku hilang kendali. Aku meraih tangannya dan kugenggam dengan erat, lalu meletakkan di pipiku dan kupejamkan mata.

"Kenapa, Dek?" Dia membalas genggaman tanganku, seketika aku tidak bisa menahan air mata, aku menangis sembari memeluk tangannya.

"Apakah selama kita berpisah nanti, Mas Yusuf akan mengingatku?" Pertanyaan konyol itu keluar dari bibirku.

"Kenapa kamu bicara seperti itu? Kamu itu istri saya, tentu saja akan selalu ada dalam pikiran saya."

Jawabannya membuat hatiku menghangat, aku semakin mempererat menggengam tangannya. Isakan kecil keluar dari bibirku. Tangan sebelahnya masih membelai rambutku yang sedikit berantakan, aku mendengar dia menghela nafas berat.

"Maafkan saya Dek, karena saya belum bisa menjadi suami yang baik untukmu. Saya masih banyak kekurangan, bahkan untuk menemani kamu ke RS sakit saja tidak bisa. Ini semua karena keadaan. Sungguh saya sangat ingin membahagiakanmu. Tapi, belum bisa saya lakukan, percayalah! Suatu saat nanti saya akan menembus semua waktu yang telah saya lewati untuk membersamai kamu dan juga calon anak kita."

Seketika aku menengadah menatap wajah suamiku, sungguh aku tidak tahu apa maksud dari kata-katanya itu. Apakah dia memang tidak berniat untuk berpisah denganku? Tapi apakah aku mampu untuk hidup dimadu selamanya.

Entahlah aku tidak tahu, yang jelas aku jalani saja hidup ini, selama aku mampu maka aku akan tetap bertahan. Aku mengangkat tubuh untuk duduk mensejajarkan dengannya, sementara tangan kami masih bertaut. Kusandarkan kepala dibahunya, aku menghirup aroma maskulin ditubuhnya yang membuat aku begitu nyaman.

"Tidurlah, Sayang, Jangan bersedih lagi. Semua akan baik-baik saja." Sebuah kecupan hangat kembali aku rasakan di keningku.

Lama kami terdiam dalam posisi seperti itu, riuh hujan menambah suasana syahdu. Aku mendengar nafasnya memburu, sepertinya dia sedang menahan gejolak sesuatu. Aku tahu apa yang sedang dia rasakan. Namun, aku sudah siap untuk memberikan haknya.

Aku tidak ingin selalu dihantui rasa bersalah, aku memang tidak tahu bagaimana hubungan kami kedepannya nanti, yang jelas saat ini kami pasangan suami istri yang sah di agama. Aku wajib untuk melayaninya. Aku juga tidak ingin menjadi munafik bahwa aku menginginkan sentuhan itu.

"Tidur Dek, nanti saat hujan reda saya bangunkan kamu. Kita akan wisata kuliner di pinggir pantai Carocok," ujarnya menyuruhku untuk segera tidur.

"Kenapa Mas tidak ikut tidur?" tanyaku mendongakkan kepala menatap wajah tampannya. Kini wajah kami begitu dekat sehingga nafas kami saling terdengar, dia menatapku begitu lekat.

"Jangan menatap saya seperti itu, Dek."

"Kenapa? Apakah wajah kamu terlalu tampan, sehingga mempunyai prabayar?"

Seketika dia mencubit hidungku dan tersenyum gemas. "Kenapa kamu menggemaskan sekali. Bukan karena prabayar, tetapi saya takut tidak bisa mengendalikan diri agar tak tergoda lagi untuk melakukan kontak fisik."

"Mas, maafkan aku. Tapi sekarang aku sudah siap memberikan hak kamu..."

Bersambung....

Jangan lupa kembang kopinya, author usahakan dua bab setiap hari. Terimakasih banyak untuk raeder yang sudah memberi dukungan🙏🥰😘

Happy reading 🥰

1
Suryani Yani
Luar biasa
Ellya Muchdiana
mending Arumi sama dr. Radit
Ellya Muchdiana
kalo punya istri 2 ,,,, yah kerjanya bohong sana sini,,,
Istifada
Luar biasa
Iis Kurniasih
Wahl Arum telat datang bulan nie....makanya pengen di manja sm suami tp sayang Khen tidak peka....
Iis Kurniasih
Luar biasa....smg karya² tambah oke..... semangat y author
Iis Kurniasih
Lumayan
Harti
Luar biasa
Deswita
🙏👍💪💪
Azlen Haslina
luar biasa
Anonymous
Ya saya jg
guntur 1609
hahahaj kena kau ken. menderitanya
guntur 1609
pa ia ada laki2 seperti tu ya?
guntur 1609
mudah2an kebaikan. kesabaran dan sifat penyanyang yusug tertular sama aku. tapi tdk dengan m3nduakan istri...amit2...dijauhkan lah ya Allah
guntur 1609
kok jauh x ceritany diulang thor
guntur 1609
kok jauh x ceritany diulang thor
guntur 1609
oh brti sma dong dengan om nya
guntur 1609
oh ya btw yandra jafi sm fatimahbgak ya?
guntur 1609
brti ni sambungan cerita arman ya. anaknya arman....
Qaisaa Nazarudin
Ckk adek mu cuman puasa seminggu,Lha kamu malah puasa sampai Setahun..Puasa setahun aja bangga .🤣🤣🤣😜😜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!