NovelToon NovelToon
Terjebak Takdir Keluarga

Terjebak Takdir Keluarga

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:44
Nilai: 5
Nama Author: Siti Gemini 75

Eri Aditya Pratama menata kembali hidup nya dengan papanya meskipun ia sangat membencinya tetapi takdir mengharuskan dengan papanya kembali

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perubahan Sikap Eliana

Di ruang keluarga yang nyaman, aroma teh chamomile yang menenangkan memenuhi udara. Di atas meja, uap tipis mengepul dari cangkir-cangkir yang baru saja diisi. Bu Henny duduk dengan tenang di sofa berlapis kain floral, sementara Eri, yang baru saja tiba dari kampus, bergabung dengannya. Eri memilih duduk di kursi berlengan yang menghadap ibunya, menciptakan jarak yang terasa intim namun juga sedikit formal. Suasana di ruangan itu hangat dan damai, namun kerutan halus di dahi Bu Henny mengkhianati adanya sesuatu yang mengganggu pikirannya. Sorot matanya menyimpan kekhawatiran yang belum terucapkan.

"Er, Mama mau bicara sesuatu," kata Bu Henny, akhirnya memecah keheningan. Ia meletakkan rajutan yang sedang dikerjakannya di pangkuan, seolah menandakan bahwa percakapan ini lebih penting daripada proyek tangannya.

Eri, yang sedang menyesap tehnya, mengangkat wajah dan menatap ibunya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Ma? Mama kelihatan khawatir," tanyanya lembut, merasakan getaran kecemasan ibunya.

"Ini tentang Eliana," jawab Bu Henny, dengan nada suara yang sedikit cemas. Nama itu terucap dengan hati-hati, seolah menyebutnya bisa memicu sesuatu yang tidak diinginkan.

Eri mengerutkan keningnya, bingung. "Eliana? Kenapa dengan Eliana, Ma? Apa terjadi sesuatu?" tanyanya, nada suaranya kini dipenuhi kekhawatiran. Ia merasa jantungnya berdebar lebih cepat, takut mendengar kabar buruk tentang tunangannya.

"Mama perhatikan, belakangan ini Eliana jadi agak berbeda. Dia jadi lebih dingin dan acuh, tidak seperti biasanya. Dulu dia selalu ceria dan ramah setiap kali datang ke sini. Dia selalu membantu Mama di dapur, bercerita tentang kuliahnya dengan semangat, dan tertawa bersama. Tapi sekarang, dia lebih banyak diam, jarang tersenyum, dan seperti menghindar dari Mama," kata Bu Henny, mengungkapkan kekhawatirannya yang telah lama dipendam. Setiap kata diucapkannya dengan hati-hati, seolah takut menyakiti Eri.

Eri terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat apakah ada sesuatu yang salah dengan hubungannya dengan Eliana. Apakah ia telah melakukan atau mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaannya? "Mungkin Eliana sedang sibuk dengan kuliahnya, Ma. Semester ini dia mengambil banyak mata kuliah, kan? Atau mungkin dia sedang ada masalah pribadi yang tidak ingin dia ceritakan," jawab Eri, mencoba memberikan penjelasan yang masuk akal, meskipun ia sendiri tidak sepenuhnya yakin.

"Mama sudah mencoba mengajaknya bicara, tapi dia selalu menghindar. Dia bilang tidak ada apa-apa, tapi Mama bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang dia sembunyikan. Insting seorang ibu tidak pernah salah, Er. Mama khawatir, Er. Mama tidak ingin Eliana merasa tidak nyaman atau tidak bahagia di sini," kata Bu Henny, dengan nada suara yang semakin cemas. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

Eri menghela napas panjang. Ia tahu bahwa Mama nya sangat menyayangi Eliana, sudah seperti anak sendiri, dan ia juga merasakan hal yang sama. Ia tidak ingin Eliana merasa tidak bahagia, terutama karena mereka akan segera menikah dan memulai hidup baru bersama. Bayangan pernikahan yang bahagia tiba-tiba terasa jauh dan tidak pasti.

"Er, Mama ingin kamu bicara dengan Eliana. Tanyakan padanya apa yang terjadi, apa yang membuatnya berubah. Mama yakin, sebagai tunangannya, kamu pasti bisa membuatnya terbuka dan jujur padamu," kata Bu Henny, menatap Eri dengan penuh harap. Matanya memohon, seolah masa depan keluarga mereka bergantung pada percakapan ini.

"Baik, Ma. Eri akan bicara dengan Eliana secepatnya. Eri akan mencari tahu apa yang membuatnya tidak nyaman dan berusaha untuk menyelesaikan masalahnya," jawab Eri, dengan nada suara yang meyakinkan, meskipun di dalam hatinya ia merasa ragu. Ia tidak yakin apakah ia mampu mengatasi masalah ini, tetapi ia berjanji akan mencoba yang terbaik.

"Terima kasih, Er. Mama tahu kamu bisa diandalkan. Mama hanya ingin yang terbaik untuk kalian berdua. Mama ingin kalian bahagia dan harmonis, seperti Mama dan Papa dulu," kata Bu Henny, tersenyum lembut, meskipun senyum itu tidak mencapai matanya.

"Eri juga ingin yang terbaik untuk Eri dan Eliana, Ma. Eri akan melakukan apa pun untuk membuatnya bahagia," jawab Eri, membalas senyum ibunya dengan senyum yang tulus.

"Oh iya, Er, Mama juga perhatikan, Eliana jadi kurang perhatian sama Mama. Dulu, dia sering bawain Mama kue atau buah-buahan kesukaan Mama. Sekarang, dia bahkan tidak menyapa Mama saat datang ke sini. Apa dia marah sama Mama?" tanya Bu Henny, dengan nada suara yang sedih dan terluka.

Eri terkejut mendengar pertanyaan ibunya. Ia tidak menyangka bahwa perubahan sikap Eliana juga berdampak pada hubungannya dengan Bu Henny. Ia merasa bersalah karena tidak menyadari hal ini sebelumnya.

"Mama jangan berpikir seperti itu. Eri yakin Eliana tidak marah sama Mama. Mungkin dia hanya lupa atau sedang tidak enak badan," jawab Eri, mencoba menenangkan ibunya, meskipun ia sendiri tidak yakin dengan kata-katanya.

"Tapi, Er... Mama merasa ada sesuatu yang salah. Mama merasa Eliana menjauhi Mama. Apa mungkin dia tidak suka dengan perjodohan ini? Apa mungkin dia tidak mencintai kamu?" tanya Bu Henny, dengan nada suara yang semakin cemas dan putus asa.

Eri terdiam sejenak. Pertanyaan ibunya membuatnya merasa tidak nyaman dan takut. Ia tidak ingin berpikir bahwa Eliana tidak mencintainya, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan perubahan sikapnya dan semua kekhawatiran yang diungkapkan ibunya. Keraguan mulai merayapi hatinya.

"Mama jangan khawatir. Eri akan bicara dengan Eliana. Eri akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Eri janji, Eri akan membuat semuanya menjadi jelas," kata Eri, dengan nada suara yang penuh tekad, mencoba meyakinkan dirinya sendiri dan ibunya.

"Baiklah, Er. Mama percaya padamu. Mama hanya ingin kamu bahagia dan Eliana juga bahagia. Mama tidak ingin ada masalah di antara kalian," kata Bu Henny, menggenggam tangan Eri dengan erat, seolah mencari kekuatan dan kepastian.

"Eri juga tidak ingin ada masalah, Ma. Eri akan melakukan yang terbaik untuk menjaga hubungan Eri dan Eliana tetap baik dan harmonis," jawab Eri, membalas genggaman tangan ibunya dengan erat.

"Mama sayang kamu, Er," kata Bu Henny, mencium pipi Eri dengan sayang.

"Eri juga sayang Mama," jawab Eri, memeluk ibunya dengan erat.

Setelah percakapan itu, Eri merasa semakin khawatir dan penasaran dengan apa yang terjadi pada Eliana. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan segera berbicara dengan Eliana dan mencari tahu apa yang membuatnya berubah. Ia tidak ingin ada rahasia atau masalah yang memisahkan mereka. Ia ingin mereka memulai pernikahan mereka dengan hati yang bersih dan penuh cinta.

Malam itu, Eri tidak bisa tidur nyenyak. Ia terus memikirkan Eliana dan perubahan sikapnya. Ia bertanya-tanya apakah ia telah melakukan sesuatu yang salah, apakah ia telah mengecewakan Eliana. Ia merasa bersalah karena tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang mengganggu Eliana. Ia membolak-balikkan tubuhnya di tempat tidur, mencoba mencari posisi yang nyaman, tetapi pikirannya terus berputar-putar.

Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan menjadi tunangan yang lebih baik, suami yang lebih baik. Ia akan lebih perhatian, lebih pengertian, dan lebih peka terhadap perasaan Eliana. Ia akan melakukan apa pun untuk membuatnya bahagia dan merasa dicintainya. Ia akan belajar mendengarkan dengan lebih baik, memahami tanpa menghakimi, dan mencintai tanpa syarat. Tekadnya membara di tengah kegelapan malam.

Eri akhirnya bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Ia menatap langit malam yang bertaburan bintang, mencari jawaban di antara kerlipnya. Ia merasa kecil dan tidak berdaya di hadapan masalah ini, tetapi ia tahu bahwa ia tidak boleh menyerah. Ia harus berjuang untuk cintanya, untuk kebahagiaan Eliana, dan untuk masa depan mereka bersama. Dengan tekad yang baru, Eri kembali ke tempat tidur dan mencoba untuk tidur, berharap esok hari akan membawa kejelasan dan solusi.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!