pernikahan yang harus di rahasiakan karena umur mereka yang belum cukup, dan masih duduk di bangku pelajar, harus menikah karena kesalah pahaman.
Bagai mana kelanjutannya yukkk... baca biar ngak penasaran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Pertandingan sudah di mulai, Rido mulai mendrible bola, melawati lawan lawannya, Rido dengan gesit mencetak gol.
Sorak sorai para penonton melihat pertandingan itu, sungguh sangat heboh, untuk menyemangati para teman temannya yang sedang bertanding.
Tidak kalah semangatnya Aisyah, Nina dan Rara menyemangati kelas mereka.
Aisyah selalu berteriak menyerukan nama sang suami, membuat Rido semakin semangat untuk melanjutkan pertandingan.
Gol demi gol di cetak oleh para peserta pertandingan, yang akhirnya kelas Rido lah yang memenangkan pertandingan itu.
"Kaka..." teriak Aisyah dari pinggir lapangan, sambil melompat lompat memegang handuk kecil dan sebotol Air minum dingin untuk sang suami.
Rido terkekeh geli melihat tingkah Aira, namun dia berlari kecil menuju tempat Aira berdiri.
Dan di ikuti oleh dua kurcaci di belakangnya, siapa lagi klau bukan Tio dan ganen.
Rido melemparkan senyum manisnya untuk sang istri, tak lupa tangan kekar itu menjawil pipi chaby sang istri.
"Nih... minum dulu, pasti kaka haus" oceh Aisyah, memberikan sebotol Air putih dingin ke Sang suami, dan tangannya dengan aktif mengelap wajah penuh keringat itu, tidak ketinggalan kepala Rido juga di lap oleh sang istri cantiknya itu.
"Kalian tidak membawakan minum dan handuk buat kami?" tanya Tio kepada kedua cewek cantik yang dari tadi setia menemani Aisyah tersebut.
"Ini buat ganen" ucap Rara.
"Terimakasih" Ra?!" ucap ganen dengan senang hati dan meminum air itu lansung.
"Gue mana vi?!" seru Tio.
"Ngak ada, beli sendiri?!" acuh Novi.
"Ya ampun Vi, gitu amat sama gue, loe tega Vi, lihat noh Ganen sama Rido di kasih minum sama handuk, kok gue ngak sih Vi, tega banget loe?!" ucap Tio manyun.
"Bodo, loe mau kayak mereka?" tanya Novi.
Tio lansung mengangguk semangat.
"Minta sama pacar pacar loe, bukan sama gue?!" oceh Novi.
"Ya ampun vi, gue ngak punya pacar Vi, mereka aja yang deketin gue, gue harus apa coba?!" keluh Tio.
"Sudah lah ngak di kasih minum, di omelin pula?!" gerutu Tio.
"Udah ngak usah ngomel, ini buat loe?!" ucap Novi memberikan Air minum dingin dan handuk kecil untuk Tio.
"Ahh... Vi loe mah ngerjain gue aja, udah haus ini dari tadi, malah di kerjain?!" rajuk Tio merampas air minum dari tangan Novi, dan lansung meminumnya tanpa sisa.
Gluk..
Gluk...
Gluk...
"Aahhhh... Lega..." ucap Tio, setelah botol itu kosong tak bersisa.
Yang lain hanya terkekeh melihat tingkah Tio itu.
"Dih... lihat no, Aisyah sok kecantikan banget sih, padahal dulu buluk banget" oceh teman satu kelasnya yang memang julid sama Aisyah tersebut.
"Emang Aisyah cantik lagi daru dulu juga, pas pakaian buluk aja sudah cantik apa lagi sekarang, tambah cantik lah?!" puji anak anak lain yang memang berhati baik.
"Kalian jangan tertipu dengan tampang polosnya, masa iya dia cepat banget bisa berubah, klau ngak jual diri!" hasutnya lagi.
"Eh... Loe ngomong jangan fitnah deh, kayak yang loe tau aja kehidupan Aisyah, apa jangan jangan loe yang jual diri?!" sembur anak baik itu.
"Jaga ya ucapan loe, gue ngak kayak gitu ya!" kesal yang julid.
"Klau loe ngak kayak gitu, kenapa bisa loe nuduh Aira jual diri, biasanya yang nuduh itu, karena menceritakan pengalamannya loh..." sembur cewek baik tadi lagi.
"Serah... loe lah... Ngeselin loe lama lama!!" kesal si cewek julid, pergi dengan menghentakkan kakinya ke tanah dari sana.
"Dih... Lah kok sewot, klau ngak merasa" ucap si cewek baik, cekikikan bersama teman temannya.
Aisyah dan teman temannya hanya mendengarkan saja pertengkaran mereka, ngak penting juga buat Aisyah, untuk meladeni orang kayak gitu, ibarat kata Anjing menggonggong khafilah berlalu.
Bersambung....
Haii...
Jangan lupa like komen dan vote ya...
"Terimakasih"