Perjodohan
Terdengar klasik tapi masih banyak praktik tersebut di tengah masyarakat. Capella Permata Adityawarman, gadis 23 tahun yang baru saja menyelesaikan studinya dan bekerja sebagai jurnalis. Capella sudah dijodohkan saat ia kecil dengan Mahen. Kedua orang tersebut saling mencintai. Sebentar lagi Mahen dan Capella akan menikah, namun beberapa hari lagi pesta yang akan diselenggarakan berubah kacau saat Mahen menjadi tersangka pemerkosaan dan pembunuhan. Capella ingin membatalkan pernikahan itu dan orangtua Mahen yang terlanjur menyukai Capella serta persiapan pernikahan 90% memaksanya menikah dengan anak bungsunya yang super dingin dan nakal, Januari Harrisman Trysatia, pemuda yang masih 19 tahun. Capella harus menikahi Januari yang jauh di bawahnya dan masih labil.
"DASAR PELACUR!!" Januar meludahi Capella di depan orangtunya.
"JANUARI! DIA ISTRIMU!" teriak Megan kepada anak bungsunya.
"Sampai kapan pun gue tidak akan pernah menganggap lo istri." Januar mendorong Capella.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28
Januar menatap Bonge yang baru saja menegur dirinya yang sedang berbicang dengan Pangeran. Pria itu menarik napas panjang dan kemudian berjalan mundur memberi jarak dengan Pangeran yang senantiasa terus menatapnya dengan tajam.
Capella yang berada di tengah-tengah mereka merasa jika ada sesuatu yang sengaja disembunyikan oleh Januar dan teman satu basecamp nya tersebut yakni Pangeran dari dirinya.
Wanita itu menundukkan kepalanya sembari meremas tangannya karena Capella merasa canggung yang sangat luar biasa. Apalagi di sini semuanya ada teman-temannya Januar yang notabennya adalah laki-laki.
Januari yang menyadari keresahan Capella lantas meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya dengan sangat erat.
"Tenanglah, mereka pasti akan berbuat baik denganmu."
Capella menatap mata Januar dengan pandangan yang sangat dalam. Wanita itu menganggukkan kepala dan percaya kepada Januar.
"Cantik takut sama kita? Maafin kita kemarin, bukan bermaksud kemarin hehehe... Jadi takut kan si cantik sama kita," ucap Bonge dengan nada penuh penyesalan.
Satria menepuk pundak Bonge dan memandang Capella intens. Ia menganggukkan kepala puas setelah menilai Capella.
"Bagus juga selera lo, gak kalah sama Delisha. Sama-sama cantik nih, gue yakin banyak yang naksir dia juga di luar sana kalau dia jomblo. Gue salah satunya," ucap Satria dengan entengnya yang membuat Januar mengintimidasinya dengan sangat tajam.
Satria langsung meneguk ludah susah payah dan tertawa canggung pria itu melambaikan tangannya yang berarti bukan bermaksud ingin menyinggung Januar.
"Santai bro."
"Januar, jadi lo putus gara-gara dia? Wih, tapi agak gak nyangka sih," ucap Bonge yang menambahkan kalimat yang sempat hendak diucapkan oleh Satria. Semua orang menatap ke arah Bonge yang berani berbicara seperti itu kepada Januar.
Januar menatap tajam pria itu namun ia tak mempedulikan ucapan Bonge yang bisa memecah belah hubungannya dengan Capella. Januar menarik tangan Capella kencang dan kemudian membawa wanita itu menjauh dari tempat itu.
"Semuanya karena teman-teman ku, maafkan lamaran ini mungkin tidak sesuai dengan apa yang kau inginkan," ucap Januar sembari menatap Capella dengan pandangan penuh rasa bersalah. Pria itu menjauhkan rambut Capella yang menutupi sebagian wajahnya.
Capella menatap ke lain arah. Perlakuan Januar membuat hatinya berdetak tak karuan. Ia tak bisa sedekat ini dengan Januar yang notabennya adalah suami yang ia nikahi karena terpaksa yang artinya tidak ada cinta di hatinya.
"Tidak apa-apa. Tapi kau memutuskan Delisha dengan cara seperti itu kau akan membuat orang-orang sakit hati karena sikap mu."
"Aku tahu Delisha akan marah, dan sekarang apa peduli ku kepada dia?"
Capella memandang Januar dengan sangat serius. Ucapan Januar membuatnya sadar betapa rendahnya seorang wanita di pandangan Januar.
"Januar, aku tidak menyangka jika semua wanita serendah itu di mata mu. Apakah semua wanita bersalah kepada mu? Apakah Delisha yang tidak tahu apa-apa dengan diri mu pantas mendapatkan imbas dari mu? Apakah suatu hari nanti aku akan menjadi mainan mu? Dan ataukah memang sekarang aku adalah mainan mu?" tanya Capella dengan nada bergetar. Wanita itu memandang ke arah lain saat air matanya tak bisa terbendung lagi. Capella tertawa hambar lalu menatap kembali Januar yang beraura dingin tersebut. "Januar aku benar-benar tidak menyangka dengan diri mu. Kamu bahkan tidak peduli dengan keluarga mu dan kakak mu, ketika aku memikirkannya kau marah. Padahal dia kakak kandung mu, kenapa kamu tidak pernah kasihan melihatnya dipenjara? Bahkan kamu baru saja bis menerima mama dan papa mu, kenapa kamu sulit untuk menghargai orang lain yang sangat peduli pada mu? Kamu mengatakan akan mencintai aku, bukan? Maka hargailah orang lain dan jangan pernah menganggap orang lain rendah di mata mu.... Oh atau.. kau...eummm....."
Januar menarik Capella dan memeluk wanita itu. Mulut Capella yang sedari tadi berbicara dibungkam oleh Januar dengan satu ciuman yang membuat Capella terdiam tak mampu untuk berkata-kata.
"Sudah puas kamu berbicara?" tanya Januar dan menyatukan keningnya dengan kening wanita tersebut. Januar melirik bibir Capella yang basah bekas salivanya. Kemudian ia pun mengusap bibir merah itu dan tersenyum miring. "Apapun yang kamu katakan tidak akan mengubah apapun. Mungkin aku belum bisa memenuhi permintaan mu, dan jika itu syarat untuk aku belajar mencintaimu, maka aku akan melakukan dengan cara ku sendiri, memaksa mu untuk mencintai ku."
Capella berasa masuk ke kandang singa. Padahal hanya beberapa hari yang lalu ia memutuskan berdamai dengan Januar. Entah kenapa setelah Januar berhasil merebut segalanya darinya, laki-laki tersebut terlihat sangat posesif dan juga terlihat ada obsesi kepadanya.
Yang masih menjadi pertanyaan di benak Capella, apakah orang secepat itu jatuh cinta, bahkan baru beberapa hari yang lalu juga Januar menghinanya habis-habisan.
"Januar, apakah kamu benar-benar mencinta ku? Kenapa bisa ada orang yang baru saja menghina dan sedetik kemudian mengatakan cinta?"
Januar terdiam. Capella tidak mengerti dengan perasannya. Ia terlalu memenuhi gengsinya hingga sampai-sampai Januar tak menyadari dengan perasannya sendiri.
"Sampai kapan pun kamu tidak akan mengerti Capella. Berhentilah keras kepala, dan jadilah istri untukku yang baik untukku. Aku tidak akan pernah melepaskan mu untuk siapapun. Kamu yang menyetujui sendiri untuk menjadi istri ku, dan apapun di masa depan yang akan terjadi kau harus tetap menjadi istri ku."
Januar menatap Capella dengan sangat serius. Tatapan tajamnya membuat Capella tertawa sembari mengeluarkan air mata.
Kemudian wanita itu jatuh ambruk dan Januar langsung menangkap tubuh Capella. Ia pun mengangkat Capella dan membawanya pergi.
________
Capella berjalan di tengah pasar membeli barang-barang yang dibutuhkan untuk dapur. Capella merasa jika dirinya sekarang adalah seorang istri yang mana ia harus bersikap layaknya ibu rumah tangga.
Senyum Capella sepanjang jalan tak pernah pudar. Wanita itu pun cukup akrab dengan para pedagang yang ada di pasar tradisional ini karena Capella juga sering berbelanja di sini dan menjadi pelanggan.
Para pedagang yang merasa jika sudah lama tak melihat Capella lagi lantas menyapa wanita itu dengan sangat riang.
"Ella, lama tidak ke sini makin cakep aja kamu Nak. Gimana makin sukses juga, kan?" tanya pedagang itu sambil membungkuskan belanjaan yang dibeli oleh Capella.
Capella menghela napas panjang lalu mengambil barang yang diserahkan oleh pedagang itu dan memasukkan ke dalam plastik besar yang sudah ia sediakan.
"Alhamdulillah Mbok, Capella sekarang makin sukses juga dan bos juga akan memindahkan Capella ke perusahaan pusat. Sumpah Capella senang banget Mbok." Dari nada yang diucapkan oleh Capella saja sudah tahu bahwa wanita itu benar-benar bahagia. Meskipun sebelumnya ia sedang bersedih hati karena telah dirundung oleh Delisha namun kini wanita itu tak lagi memikirkannya dan berusaha untuk membuka lembaran baru dan mengabaikan Delisha yang terus mengancamnya.
"Ya ampun Nak, Mbok tidak menyangka jika kamu bakal sesukses ini. Jika udah makin sukses dan menjadi orang yang hebat jangan lupain kami ya yang di sini dan juga sering-sering belanja di sini."
"Owalah, pasti dong Mbok," ucapkan Capella meyakinkan pedagang itu bahwa dirinya kapanpun dan di manapun dan dalam kondisi apapun ia akan tetap menjadikan tempat ini tujuan utama untuk ia berbelanja.
"Terima kasih Nak."
"Sama-sama Mbok."
Capella pun menyerahkan beberapa lembar uang rp50.000 ke pedagang tersebut. Setelah membayar semua belanjaannya Capella pun keluar dari pasar dan pergi mencari angkot.
Kebetulan tadi pagi ia diantar oleh Januar namun mungkin karena sibuk pria itu tak sempat untuk menjemputnya. Seraya menunggu angkot Capella tak menyadari jika hari pun semakin mendung dan ia terpaksa mencari tempat berteduh.
Tapi naas belum sempat Capella menemukan tempat itu ia bertemu dengan seseorang yang menariknya masuk ke dalam mobil. Capella terkejut dan memandang orang itu, untungnya itu adalah Januar.
"Januar, kenapa kau mengejutkan ku?"
"Kenapa tidak menelpon? Aku menunggu telpon. Untungnya aku datang lebih cepat jika tidak kamu akan kehujanan di sana."
Januar mengusap rambut Capella yang sedikit basah. Bahkan tersentuh oleh hujan saja Januar sangat tidak rela. Hanya dengan persetujuannya rambut Capella basah.
"Januar, kamu tidak kuliah?"
"Penting?" tanya Januar seolah meremehkan pertanyaan Capella. Baginya hal yang dipertanyakan Capella tidaklah penting bagi Januar. "Sudahlah, pikirkan kondisi mu sekarang. Apakah kamu tahu tadi malam kamu bahkan pingsan."
Capella juga tahu hal itu. Memang akhir-akhir ini ia merasa tidak nyaman. Capella yakin mungkin penyakit lamanya kambuh.
"Aku tahu."
Melihat wajah tertekan Capella yang sangat polos serta hujan di luar sana yang sangat deras membuat Januar mendesis panjang. Ia terus memperhatikan tubuh Capella yang mengenakan baju tipis dan juga basah hingga sedikit menerawang dan membentuk tubuhnya.
Januar menarik tengkuk Capella dan kemudian mencium wanita itu dengan sangat puas. Ia tak membiarkan Capella mendapatkan ketenangan.
Capella yang masih syok dengan apa yang dilakukan oleh Januar hanya bisa pasrah dan membalas ciuman Januar. Ia merintih saat ciuman Januar semakin buas dan mendorong tubuhnya lalu mencengkram rahang Capella dan mendalamkan ciumannya.
Tidak sampai di situ Januar juga mengigit bibir Capella hingga Capella mendorong keras tubuh Januar. Ia mengusap bekas Januar dan menatap pria tersebut sangat marah.
"Januar sakit."
"Capella. My mine, tidak boleh ada orang lain yang mendekatimu. Hanya aku. HANYA AKU YANG MEMILIKI MU. Bahkan jika kamu ingin pergi suatu hari nanti dari ku, maka aku akan mengurung mu di tempat gelap dan menjadikan diriku satu-satunya yang hanya bisa bersamamu."
Obsesi Januar yang semakin terlihat jelas membuat Capella melongo seakan tak percaya. Yang lebih mencengangkan saat Januar menyatakan jika suatu hari nanti sesuatu terjadi, seolah-olah ada hal besar yang akan ia temui di masa depan. Capella memandang Januar dan mencari apa maksud dari semua ucapan pria itu.
"Jangan memikirkan ucapan ku. Jadilah istri yang baik."
___________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA.