Diumurnya yang ke 27 tahun, Afra belum terpikir untuk menikah apalagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Hingga suatu hari disaat Afra mengikuti pengajian bersama sahabatnya tiba-tiba sebuah lamaran datang pada Afra dari seorang pria yang tidak ia kenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Afra akan menolak atau mernerima lamaran pria tersebut?
Siapa pria yang melamar Afra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Saat ini Afra berada di kantin pondok, itupun karena Kak Hira yang mengajaknya. Selain itu, Afra juga ingin mengenal lebih dalam pondok pesantren karena bagaimanapun Afra saat ini sudah menjadi bagian dari pondok pesantren Fathurrahman.
"Ning, lagi masak apa?" tanya Pia salah satu pengurus kantin.
"Lagi bantu masak kare daging, katanya kemarin banyak yang puasa ya makanya makanannya masih banyak yang sisa," ucap Kak Hira.
"Iya Ning, kemarin itu memang banyak yang puasa, tapi hari ini kayaknya normal lagi soalnya tadi pas sarapan makanannya habis," ucap Pia.
"Alhamdulillah, oh iya Pia. Kenalin ini Ning Afra istrinya Gus Faiz," ucap Kak Hira dan memperkenalkan Afra pada Pia.
"Afra, Mbak," ucap Afra dengan mengulurkan tangannya pada Pia.
Pia pun lantas membalas ukuran tangan Afra, "Masyaallah, seneng banget saya bisa salaman langsung sama Ning Afra," ucap Pia.
"Bisa aja Mbak Pia," ucap Afra.
"Jangan panggil Mbak, Ning. Panggil Pia saja," ucap Pia.
"Gak enak Mbak, panggil Mbak aja ya. Lagian kan umurnya juga lebih tua Mbak Pia," ucap Afra.
"Tapi kan Ning Afra istrinya Gus Faiz," ucap Pia.
"Lalu apa kaitannya Mbak, tetap saja Mbak Pia lebih tua dari saya dan sebagai rasa hormat saya makanya saya panggil Mbak saja ya," ucap Afra.
"Yasudah, gapapa deh," ucap Pia.
Selama Kak Hira membantu memasak, Afra membantu mengupas serta mengiris beberapa bahan makanan, selain itu Afra juga berkenalan dengan beberapa santriwati yang juga membantu didapur.
"Ning Afra gak takut tangannya kotor," ucap Pia.
"Gak lah Mbak, saya juga biasanya bantu Ibu dulu," ucap Afra.
"Memangnya Ning Afra bantu apa?" tanya Syifa.
"Ibu saya jualan di warung sederhana gitu terus saya kadang bantu kalau saya libur kerja," ucap Afra.
"Ning Afra kerja apa?" tanya Rianti.
"Saya kerja di minimarket gitu," ucap Afra.
"Ning Afra dari keluarga kurang mampu?" tanya Syifa.
"Iya, keluarga saya terbilang kurang mampu sih, Ibu saya jualan terus Ayah saya kerja di pasar, ada apa memangnya?" tanya Afra.
"Ah tidak apa-apa, Ning. Saya hanya bertanya," ucap Syifa dan diangguki Afra.
"Ini taruh dimana?" tanya Afra, setelah ia mengupas wortel.
"Habis itu dipotong-potong Ning, tapi harus di cuci dulu," ucap Syifa.
"Yasudah, biar saya cuci dulu," ucap Afra lalu keluar dari dapur.
Ketika Afra pergi, para santri yang mengetahui tentang latar belakang Afra pun mulai membicarakannya.
"Ternyata Ning Afra dari keluarga miskin, aku kira Ning Afra anak kyai mana gitu terus juga dari keluarga yang kaya, sebanding lah sama Gus Faiz. Ternyata jauh banget," ucap Syifa.
"Sama, kok bisa ya Gus Faiz mau sama Ning Afra. Kalau aku jadi Gus Faiz nih ya, aku mending milih Ning Zahra yang jelas-jelas dari keluarga kaya Ayahnya saja Kyai Husni, belum lagi Ning Zahra punya pendidikan yang masyaallah. Terus parasnya juga lebih cantikan Ning Zahra daripada Ning Afra, ilmu agamanya juga tidak perlu diragukan lagi, pokoknya Ning Zahra ini terbilang sempurna sebagai istrinya Gus Faiz bahkan setuju Gus Faiz kan rencananya mau nikah sama Ning Zahra, tapi kok malah Ning Afra yang nikah sama Gus Faiz. Gus Faiz sama Ning Afra gak cocok sama sekali, Ning Afra gak sebanding dengan Gus Faiz," ucap Rianti.
"Setuju, Gus Faiz itu cocoknya sama Ning Zahra, bukan sama Ning Afra. Apa jangan-jangan Ning Afra itu yang ngerebut Gus Faiz dari Ning Zahra," ucap Pia.
"Masa sih, kayaknya gak deh. Tapi, aku juga gak tau sih," ucap Syifa.
Tanpa mereka sadari, Afra mendengar apa yang mereka katakan tentang dirinya, Afra tidak menyalahkan mereka karena apa yang mereka katakan benar adanya. Afra pun semakin tertampar dengan kenyataan yang ada, Afra tentu saja tau tentang latar belakangnya yang tidak pantas bersanding dengan Faiz, namun ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Selain itu, Afra juga ingin tau bagaimana seorang Zahra yang selalu mereka sebutkan tadi, Afra mungkin akan merasa kurang percaya diri jika berhadapan dengan perempuan yang kata mereka cocok dengan Faiz.
'Kalau mereka tau aku menikah sama Mas Faiz karena terpaksa, apa yang akan terjadi ya. Apa mungkin aku bakal di usir dari sini, aku harus siap kapanpun itu karena mau bagaimanapun aku tetap bukan bagian dari pondok pesantren ini,'
Afra memutuskan untuk masuk ke dalam karena ia rasa sudah cukup mendengar hal-hal buruk tentangnya, Kak Hira berada di sebelah kanan dan jaraknya jauh dari tempat Afra saat ini sehingga Kak Hira tidak mendengarnya.
"Ini, udah. Ayo saya bantu," ucap Afra.
"Tidak perlu Ning, kamu bisa sendiri kok. Gak enak kalau Ning Afra bantuin," ucap Pia.
"Gapapa Mbak, saya suka kok," ucap Afra.
Meskipun Afra tau jika mereka yang ada disana membicarakannya, namun Afra tetap melanjutkannya dan bersikap seolah tidak ada yang terjadi, tanpa mereka tau jika saat ini rasa kurang percaya diri timbul pada Afra, Afra mengingat jelas bagaimana ucapan mereka tentang Afra. Afra tidak ingin terlihat lemah di depan mereka, Afra akan menganggap tidak mendengarnya dan membiarkan dirinya menanggung semuanya sendiri saja.
Setelah membantu di dapur, Afra dan Kak Hira pun santai terlebih dahulu di kursi yang ada di dapur karena masakan memang sudah selesai.
"Capek banget ya," ucap Kak Hira.
"Ini Ning minum air kelapa," ucap Rianti dan memberikan air kelapa tersebut pada Kak Hira hanya Kak Hira yang diberi sedangkan Afra tidak.
"Rianti, Ning Afra nya," ucap Kak Hira.
"Ah iya lupa, maaf Ning Afra," ucap Rianti yang terlihat setengah hati membantu mengambilkan air kelapa untuk Afra.
Bahkan ketika Rianti memberikan air kelapa tersebut cukup kasar hingga air kelapa jatuh dan mengunci gamis Afra.
"Terimakasih, tapi kamu gapapa?" tanya Afra.
"Gapapa Ning," jawab Rianti.
"Kenapa kasar gitu ngasihnya?" tanya Afra.
"Gapapa Ning, tadi cuma dingin aja," ucap Rianti lalu pergi
"Kenapa Afra?" tanya Kak Hira.
"Gapapa Kak," jawab Afra.
Hari semakin siang, Afra dan Kak Hira pun memutuskan untuk kembali ke rumah. Afra saat ini sudah berada di kamar setelah mandi dan mengganti bajunya, Afra kembali teringat bagaimana sikap Rianti padanya.
"Kenapa aku gak pernah kepikiran ya kalau Gus Faiz bisa jadi sudah memiliki calon, kan biasanya dijodohkan gitu. Kalau sampai Gus Faiz gagal menikah dengan Ning Zahra karena aku bagaimana, ya Allah apa benar Gus Faiz itu jodohku. Tembok antara Gus Faiz dan aku terlalu tinggi, aku gak mau munafik kalau aku memang gak pantas buat Gus Faiz," gumam Afra.
.
.
.
Bersambung.....
mantaaaabh
lanjut ka elaaaa 👍🏻🌹🌹
semangaaaaaaats 💪🏻💪🏻🌹🌹
dasar cocote Ra pada ada akhlaknya
lanjut ka elaaaaa 👍🏻🌹🌹🌹
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻
senewen q jadinya
lanjut ka elaaaaaaa
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻