Third Life

Tapi jika dilihat ada sedikit dendam di nada suaranya. Annelise tidak akan pernah melupakan bagaimana wanita di depannya menghancurkan sehancur-hancurnya. Wanita yang membiarkannya hidup tanpa Puteri kecilnya, wanita yang mengambil cinta suaminya, wanita yang membuat seorang suami membunuh isterinya sendiri, dan wanita yang membuat kekacauan hubungan di antara Puteri Maria dan Puterinya Sofia supaya putera tunggal nya bisa menaiki tahta.

Annelise pernah membaca cerita tentang Tania dan Kaisar Abraxas mempunyai seorang putera dari hasil pernikahan mereka. Anak laki-laki yang sangat di impikan oleh Kaisar Abraxas yang di beri nama Harry. Tapi sayangnya Harry terlahir lemah bahkan dokter hanya memberi diaknosa bahwa hidupnya tidak mencapai dewasa. Annelise cukup sedih mengingat nasib malang anak itu tapi yang membuatnya geram ketika Kaisar Abraxas meninggal dunia saat umur anak itu 9 tahun dan otomatis menjadi Kaisar. Memberi kekuasaan dan kekuatan Tania yang saat itu di nobatkan sebagai ibu ratu sekaligus wali menyuruh Puterinya Sofia yang saat itu baru berusia 15 tahun hidup terkurung di menara yang gelap dan mencabut statusnya sebagai Puteri Kaisar.

Membuat kebencian Annelise semakin dalam lagi. Dia bersmirk samar melihat Tania yang tampak kesusahan untuk menjawab pertanyaan nya.

Bahkan Lady-lady yang tadi membantunya untuk memojokkan nya terdiam dengan kepala tertunduk.

Membuat perasaan nya semakin baik Annelise puas sejenak.

Sedangkan Tania wajahnya sudah memerah malu sekaligus marah karena Annelise telah mempermalukannya di antara semua wanita bangsawan. Padahal niatnya ingin membuat citra Annelise hancur malah dirinya tidak menyangka bahwa wanita itu cukup licik. Ia meremas gaunnya ketika menyadari bahwa perlahan-lahan para lady memundurkan langkahnya tapi bukan itu yang membuatnya terkejut melainkan seseorang yang baru saja datang.

" Yang Mulia Kaisar." ucap semua orang sambil membungkuk termasuk Annelise dan Puteri Maria.

Tania yang baru sadar langsung berdiri dan membungkuk sambil menampilkan ekspresi sedih berharap bahwa Kaisar Abraxas akan memperhatikannya. Tapi ternyata itu hanya angan-angan nya saja sebab kenyataannya Kaisar Abraxas menghampiri Annelise.

Membuat Tania semakin membenci Annelise dan ingin menghancurkannya.

Sedangkan Annelise yang menyadari bahwa Kaisar Abraxas berdiri di hadapannya masih membungkuk sampai dimana ia merasakan ada yang menyentuh dagunya membuat melihat nya.

" Ada perlu apa anda mendekati saya, Yang Mulia?" tanya Anne dengan ekspresi datar melihat Kaisar Abraxas.

Kaisar Abraxas dibuat terkejut melihat ekspresi Annelise yang baru di perlihatkan nya. Entah kenapa itu menimbulkan perasaan tidak nyaman di hatinya.

Sedangkan Annelise merasa jengkel melihat Kaisar Abraxas entah kenapa perasaan hatinya hari ini sangat buruk.

" Tidak ada, saya hanya ingin menghampiri Puteri Maria. Tapi ketika saya sampai di sini ada pembicaraan yang sangat bagus untuk di dengar." ucap Kaisar Abraxas sambil melirik para wanita bangsawan yang tertunduk malu sekaligus ketakutan.

Terutama Tania yang sudah merasa tidak enak melihat tatapan Kaisar Abraxas yang cukup menyeramkan.

" Pengawal." ucap Kaisar Abraxas yang memanggil pengawal setelah melihat Tania berada di sini.

Tidak berapa lama dua pengawal berjalan mendekati Kaisar Abraxas dan menundukkan kepalanya.

" Iya, Yang Mulia." ucap salah satu pengawal yang memberikan sikap hormatnya.

" Beri dua puluh cambukan kepada Lady Tania yang telah melanggar perintah saya untuk tidak datang ke istana. Untung saja ayahmu memiliki jasa yang sangat baik bagi kekaisaran atau saya akan tidak segan-segan menghabisi nyawamu. Ayo Puteri dan Lady Annelise saya ingin berbicara dengan anda." ucap Kaisar Abraxas berjalan meninggalkan taman tanpa menghiraukan teriakan Tania yang memohon kepadanya.

Sedangkan Annelise yang melihatnya menyeringai sebelum berjalan pergi dari taman bersama Puteri Maria.

" pertunjukan yang menyenangkan hari ini Tania." batin Anne.

Countine...