Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Rumah Kaca
Casey kembali ke rumah setelah pulang dari sekolah tempatnya mengajar. Keringat di dahinya bercucuran karena cuaca yang panas mengingat hari ini hari ketiga musim panas di negara mereka. Perutnya sejak tadi meminta untuk di isi. Casey memilih pergi ke dapur untuk makan sebelum kembali ke kamarnya. Aroma masakan tercium di hidung Casey saat ia mendekati dapur membuatnya tidak sabar untuk makan siang.
"Hai Lily," panggil Casey pada wanita seumurannya yang menjadi juru masak di rumah Dariel. Wanita itu akan datang di pagi hari dan pulang saat malam.
"Nyonya.. anda sudah pulang," ucap Lilly.
"Astaga.. sudah ku katakan kamu panggil namaku saja Lily. Bukankah kita sudah menjadi teman sejak semalam?" Casey menatap makanan di wajan.
"Maaf, aku lupa," balas Lily mengaduk masakannya.
"Apa kamu sudah lapar?" tanya Lily. Casey kemudian mengangguk.
"Sebentar lagi makanannya akan siap. Kamu duduk di kursi saja dulu," ucap Lily.
"Apa Dariel tidak pulang untuk makan siang?" tanya Casey mengambil minuman dingin dari dalam kulkas lalu duduk di kursi meja makan khusus untuk pelayan di rumah Dariel.
"Tuan Dariel sedang pergi ke New York. Lagipula tuan Dariel sangat jarang makan siang di rumah Casey," ucap Lily menyajikan makanan di atas piring.
"Benarkah.." ucap Casey senang.
"Kata Carla, tuan Dariel akan kembali 3 hari lagi," lanjut Lily.
"Ini berita bagus Lily, setidaknya 3 hari ini aku tidak akan melihat wajahnya itu," kata Casey meneguk minuman dinginnya.
"Meskipun tuan Dariel dingin seperti itu, tuan Dariel sebenarnya baik nona," ucap Lily memberikan makanan pada Casey.
"Ya.. ya.. kamu mengatakannya karena dia tuan mu," balas Casey menyendok Mashed Potato ke mulutnya.
"Aku mengatakan yang sebenarnya Casey, terlepas dari masalah kalian yang aku tidak tau," ucap Lily terkekeh.
"Aku yakin tuan Dariel suatu saat nanti akan mencintaimu."
"Uhukk ..uhukkkk.." Casey tersedak mendengar perkataan Lily. Yang benar saja, bagaimana mungkin Dariel akan mencintainya. Sementara Dariel menikahinya karena ingin membalaskan perbuatanya.
"Ku harap itu tidak akan terjadi," batin Casey.
"Aku akan panggil Carla untuk makan siang," ucap Lily pergi.
Setelah makan siang, Casey pergi ke kamarnya untuk beristirahat sebelum ia melakukan pekerjaan rumah.
******
Sore harinya setelah melaundry semua pakaian kotor Dariel, Casey kemudian membersihkan halaman rumah yang kotor karena daun-daun kering dari tanaman yang ada di sana. Setelah halaman depan bersih, Casey menuju halaman belakang.
"Ternyata ada rumah kaca di sini," gumam Casey saat tiba di halaman belakang. Casey melangkahkan kakinya menuju rumah kaca di depannya.
"Apa tanaman di sini tidak pernah di urus," ucap Casey melihat susunan tanaman yang tidak rapi. Di dalam rumah kaca itu terdapat berbagai jenis bunga namun di domininasi oleh bunga mawar. Beberapa bunga sudah layu dan mati karena tidak terurus.
"Ya ampun.. kasihan sekali kalian. Tapi tenang saja, mulai sekarang aku yang akan mengurus kalian semua," gumam Casey sedih melihat keadaan tanaman yang ada di sana. Sejak dulu ia ingin memiliki taman bunga sendiri seperti milik ibunya. Casey bahkan diam-diam merawat taman bunga Matilda agar ia tidak dimarahi ibunya karena sudah menyentuh taman itu. Tiap kali Matilda bertanya, maka pelayan di rumah mereka akan mengatakan jika dialah yang membersihkan taman itu agar Matilda tidak marah.
"Dasar Dariel, punya uang banyak tapi untuk mempekerjakan seseorang untuk mengurus tanaman ini saja tidak mampu," cibir Casey.
Casey duduk di kursi besi berwarna putih dan mengamati rumah kaca tersebut sebelum merombaknya ulang agar terlihat lebih bagus dan tertata.