Awalnya Jaden hanya iseng menonton balap motor liar tapi setelah tahu siapa orang di balik helm full face itu, Jaden sengaja mengikuti balapan demi mengejar gadis impiannya.
Suatu hari Jaden menantang Bia.
"Elo kalah," ejek Jaden yang menghentikan motornya di depan motor Bia.
Bia membuka helm full face yang ia kenakan lalu turun dari motor. "Selamat elo menang," Bia mengulurkan tangannya untuk menyelamati Jaden.
Jaden turun dari motor lalu membuka helmnya dan setelah itu menjabat tangan Bia. "Gue mau lo penuhi janji lo," ucap Jaden dengan seringai licik.
"Apa pun," ucap Bia mantap.
"Jadi pacar gue," permintaan Jaden membuat Bia menarik tangannya kasar.
"Terima terima terima," terdengar sorakan orang-orang yang melihat Jaden menembak Bia. Bia menjadi malu karenanya.
"Dasar orang sinting," umpat Bia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nirwana Asri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
"Jaden," panggil mama Celine yang sedang menggandeng tangan Bia.
Jaden menoleh ke sumber suara. Ia mengembangkan senyumnya pada wanita cantik yang memakai setelan kebaya bertabur swaroski.
"Kenapa belahan dadanya serendah itu," batin Jaden menelan salivanya sendiri melihat tampilan Bia yang begitu seksi.
"Berlian, sekarang kamu menjadi tanggung jawab Jaden," ucap Celine dengan lembut dan menyerahkan tangan Berlian pada Jaden suaminya.
Jaden menerima tangan Berlian yang begitu halus. Berlian menunduk malu menyembunyikan wajahnya yang merah merona.
Jaden mengangkat dagu wanita yang baru beberapa saat lalu sah menjadi istrinya. Ketika keduanya beradu pandang Keyla berniat mengerjai mereka. "Cium cium cium," sorak Keyla dan membuat semua orang mengikuti instruksinya.
Bia memicingkan mata pada Keyla yang sengaja memprovokasi tamu-tamu undangan agar Jaden menciumnya. Jaden mendekatkan diri pada Bia lalu membuat wanita itu menoleh. Saat Bia menoleh bibir mereka bertabrakan. Jaden menarik ujung bibirnya.
Mata Bia terbelalak. Jantungnya sudah pasti ingin loncat saja dari tempatnya. Bia yang ingin berniat mundur selangkah malah ditarik pinggangnya oleh Jaden.
Jaden meraih pinggang istrinya untuk menepis jarak antara keduanya. Kemudian Jaden memberanikan diri untuk mencium bibir Bia di depan banyak tamu undangan.
Bia melotot tidak percaya mendapat ciuman dari Jaden. Jaden sedikit melu*mat bibir istrinya yang kelak menjadi candu baginya.
Semua orang yang melihat adegan mesra tersebut bersorak kegirangan. Wajah Bia semakin merona karena malu. Ingin rasanya ia menenggelamkan wajahnya ke dasar laut.
"Manis," Jaden mengusap bibir istrinya dengan lembut.
Bia menoleh ke sembarang arah untuk menyembunyikan wajahnya yang malu.
"Bia," panggil Bulan yang mendekat ke arah Bia.
"Kak Bulan, aku kira kakak tidak datang, aku sangat merindukanmu," Bia memeluk kakak sepupunya sayang.
Bulan membalas pelukan Bia."Dasar adik laknat berani-beraninya melangkahi kakakmu ini," Bulan mencebik kesal namun setelah itu keduanya tergelak.
Setelah itu melepasnya saat melihat laki-laki yang berdiri di samping adik sepupunya itu.
"Apa dia suamimu?" tanya Bulan. Dirinya baru datang dari Jerman. Ia memilih untuk datang di hari pernikahan Bia karena urusan pekerjaan.
Jaden maju selangkah. "Jaden, suaminya Berlian," kata Jaden sambil mengerlingkan matanya pada sang istri.
"Bulan, kakak sepupunya Berlian," balas Bulan yang tersenyum ramah pada suami adik sepupunya itu.
"Bro, kalian ditunggu sama daddy dan mommy di sana," Julian menepuk bahu saudaranya.
Bia tang melihat Bulan kebingungan saat melihat Julian akhirnya buka suara."Itu bang Julian kak, saudara kembarnya kak Jaden, sama seperti papa Rasya sama ayah Radith," terang Bia.
Julian lalu menoleh ke arah Bulan. "Cantik," batin Julian yang memandang wanita berwajah bule itu tanpa berkedip.
Ehem
Jaden berdehem untuk menyadarkan lamunan Julian. "Ah saya Julian, kakak Jaden," Julian mengulurkan tangannya pada Bulan.
"Bang Jul, salamannya jangan lama-lama, kak Bulan ini sudah bertunangan lho," ujar Berlian.
"Baru juga tunangan belum nikah, yang nikah aja bisa ditikung apalagi yang baru tunangan," batin Julian sambil menahan senyumnya.
Setelah seharian menyambut tamu Bia merasakan lelah karena kondisinya yang sedang hamil muda.
"Sayang kamu berkeringat," kata mama Ara yang khawatir melihat butiran keringat di dahi putrinya itu.
"Aku sedikit lelah ma," jawab Bia sambil mendudukkan diri.
"Bulan,tolong panggilkan suaminya," perintah mama Ara.
Bulan pun segera mencari Jaden di antara kerumunan tamu. Namun sepertinya Bulan tidak bisa membedakan wajah Jaden dan Julian hingga ia mengira Julian adalah suami Bia.
Bulan menepuk bahu Julian sehingga laki-laki itu menoleh."Jaden, istrimu sepertinya kelelahan, bisakah kau mengantarnya ke kamar," kata Bulan namun laki-laki di depannya itu justru terkekeh.
"Apa kau tidak bisa membedakan antara aku dan adik kembarku nona?" ledek Julian yang membuat Bulan mengerutkan keningnya.
"Oh maaf aku salah orang, bisakah anda memanggilkan Jaden, sepertinya Bia perlu beristirahat," pinta Bulan dengan nada yang lembut.
"Baiklah," jawab Julian seraya tersenyum pada Bulan.Bulan membalas senyum itu karena ia menganggap bahwa itu hanya bagian dari sopan santun. Namun senyum Bulan diartikan lain oleh Julian.
Tak lama kemudian Jaden menghampiri istrinya karena Julian memberi tahu. Ia berjalan tergesa-gesa. "Sayang kamu baik-baik saja?" tanya Jaden khawatir.
Bia menggeleng. "Antar aku ke kamar," perintah istrinya dituruti oleh Jaden.
Jaden mengangkat tubuh istrinya sehingga membuat Bia kaget."Turunkan aku," bisik Bia.
"Diamlah sayang, aku tidak mau kamu nertambah lelah," kata Jaden dengan lembut.
Mau tak mau Bia menurut pada suaminya.Karena malu ia menenggelamkan kepalanya di dada Jaden.Jaden tersenyum melihat tingkah istrinya yang menggemaskan.
"Sudah sampai sayang," kata Jaden saat mereka sampai di depan pintu kamar president suite yang ada di hotel milik Jaden.
"Aku ingin turun," pinta wanita itu.
"Oh baiklah, maafkan aku yang ingin selalu menggendongmu," goda Jaden sambil terkekeh kecil.
"Kamu gak ngerasa berat?" tanya Bia yang memilih duduk di depan meja rias yang tersedia di kamar tersebut.
Ia mulai melepaskan mahkota yang terpakai di kepalanya. Namun entah kenapa mahkota itu sangat susah ia lepaskan.
"Mari aku bantu," Jaden mendekat dan membatu melepas mahkota yang sudah cukup lama terpakai di kepala istrinya itu.
"Terima kasih," ucap Bia seraya menatap bayangan Jaden di depan cermin.
"Apa ada yang bisa kulepaskan lagi?" goda Jaden untuk kesekian kali.
Bia membelalakkan matanya mendengar ucapan mesum suaminya. "Aku bisa melepas bajuku sendiri," kata Bia ketus. Lalu ia mencari pakaiannya saat ia membuka lemari yang ada di kamar itu ia kaget karena hanya ada pakaian kurang bahan yang tergantung di situ.
"Kenapa tidak ada pakaian yang pantas aku pakai?" protes Bia pada suaminya.
Jaden sudah mengira kalau Bia akan protes."Semua itu yang menyiapkan mama dan mommy sayang," terangnya.
Bia mencari handphonenya tapi ia tidak menemukannya. Seandainya tasnya ada di sini pasti ia bisa memesan baju secara online. Gadis yang sedang berbadan dua itu mendesah pelan.
Terpaksa ia mengambil salah satu pakaian kurang bahan itu.Jaden tersenyum licik padahal dirinya lah yang menyiapkan lingerie itu untuk istrinya. Lalu Bia masuk ke dalam kamar mandi.
"Kenapa kebaya ini susah sekali dilepas, ah tanganku tidak sampai meraih resletingnya," gerutu Bia di dalam kamar mandi.
"Sayang kau tidak sedang tidur kan?" teriak Jaden dari luar kamar mandi yang khawatir karena istrinya tak kunjung keluar.
"Berisik sekali, ah sudahlah aku akan memakai kebaya ini saja toh aku tidak mau membuat Jaden menyentuhku malam ini," gumam Bia.
Tak lama kemudian Bia keluar tapi ia masih menggunakan kebayanya. Jaden jadi mengerutkan keningnya.
"Kenapa belum ganti sayang?" tanya Jaden.
"Kebayanya susah dilepas," kata Bia mencebik kesal karena ia pasti tidak nyaman memakai kebaya itu saat tidur. Tapi itu akan lebih baik daripada Jaden memakannya saat ia terlelap.