Sikap anak dan suami yang begitu tak acuh padanya membuat Aliyah menelan pahit getir segalanya seorang diri. Anak pertamanya seorang yang keras kepala dan pembangkang. Sedangkan suaminya, masa bodoh dan selalu protes dengan Aliyah yang tak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu fokus pada rumah tangga dan ketiga anaknya. Hingga suatu hari, kenyataan menampar mereka di detik-detik terakhir.
Akankah penyesalan anak dan suami itu dapat mengembalikan segalanya yang telah terlewatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAS 24
"Nenek sihir? Siapa?" tanya Amar bingung.
"Nggak usah pura-pura nggak tahu deh, Yah. Siapa lagi coba kalau bukan rekan kerja ayah yang bermuka seribu itu. Aku yakin, kemarin saat aku telepon terus nomor ayah sibuk terus itu pasti nenek sihir itu yang udah duluan telepon ayah. Dia pasti ngadu yang enggak-enggak ke ayah, iya kan?" cerocos Nana membuat Amar seketika tersedak karena tebakan sang anak yang begitu tepat.
"Maksudmu nenek sihir itu ... Tante Fisa, iya?" terka Amar yang langsung diangguki Nana tanpa ragu.
"Iya, kemarin memang Tante Fisa telepon ayah, dia bilang kamu ketusin dia, marah-marah ke dia, terus usir dia, iya?"
Lagi, Nana mengangguk tanpa ragu membuat dahi Amar mengernyit.
"Kenapa? Bisa jelaskan sama ayah apa alasannya? Nggak mungkin kan kamu yang awalnya suka sama Tante Fisa tiba-tiba berubah?"
Bila biasanya Amar sungkan mendengar penjelasan orang lain terutama keluarganya sendiri, namun kali ini ia berusaha bersikap bijak dengan mau mendengarkan penjelasan sang anak. Ia tak mau mengambil kesimpulan sendiri yang mengakibatkan kesalahpahaman. Pasti ada alasan tersendiri mengapa Nana tiba-tiba bersikap seperti itu pada Nafisa yang sebelumnya dekat dengannya.
Nana mendengkus. Lalu ia mengambil gelas berisi susu dan menenggaknya terlebih dahulu hingga bersisa setengahnya.
Dengan sorot mata penuh kekesalan, Nana pun mulai bercerita, "gimana Nana nggak nyebutnya nenek sihir soalnya dia itu sebenarnya jahat, Yah. Masa' Gaffi sama Amri dibentak terus dijewer sama dia. Ibu aja nggak pernah sampai marahin kami kayak gitu terus dia seenaknya marahin Gaffi sama Amri. Gaffi sama Amri sampai ketakutan sama nenek sihir itu. Bukan cuma itu, dia tanpa izin masuk ke kamar ayah dan ibu terus pakai baju ibu. Udah pake tanpa izin, pake ngatain jelek lagi. Dia nggak tahu, ibu sangat sayang daster itu. Ayah pasti ingat kan, dulu pas ayah ada tugas ke Solo terus beliin ibu daster, nah daster itu Nana tau merupakan daster kesayangan ibu. Soalnya jarang-jarang ayah mau beliin ibu oleh-oleh, makanya ibu sayang banget sama daster itu. Tapi nenek sihir itu justru pake seenaknya. Bersikap seolah-olah nyonya rumah. Nana benci banget sama dia. Pokoknya ayah jangan dekat-dekat dia lagi. Bahaya. Pokoknya Nana nggak mau punya ibu tiri kayak dia. Titik," ucap Nana menggebu-gebu.
Dari ekspresi wajahnya, Amar bisa melihat ada api kemarahan membara di kedua netranya.
Amar sebenarnya cukup terkejut dengan penuturan Nana perihal sikap Nafisa pada anak-anaknya. Terlebih Nafisa yang berani-beraninya masuk ke kamarnya dan Aliyah. Mau bagaimanapun, kamar adalah tempat privasi suami istri. Bahkan anak-anaknya pun tidak diizinkan masuk ke kamar mereka semaunya, kecuali si kecil Amri. Gaffi baru masuk ke kamar saat Aliyah sendiri yang mengajaknya. Lalu Nafisa dengan sesuka hatinya masuk ke kamar mereka berdua. Kamar dimana mereka dulu sering berbagi kehangatan dan juga cinta. Walaupun kamar itu akhir-akhir ini kian terasa dingin karena salah satu penghuninya memilih tidur di kamar lain untuk menghindari dirinya yang memang makin hari makin keterlaluan dalam bersikap, tapi tetap saja, kamar itu merupakan tempat pribadi bagi ia dan istrinya.
Yang lebih mencengangkan, Nafisa juga dengan berani mengambil sendiri pakaian Aliyah di lemari. Hal ini tentu saja di luar batas. Amar merutuki dirinya sendiri. Sebenarnya ini salah dirinya sendiri. Dirinya lah yang lebih dahulu memberi celah pada Nafisa untuk masuk ke dalam hidupnya. Lalu saat Nafisa menawarkan diri untuk menjaga anak-anaknya, ia seharusnya mempertimbangkannya.
Nafisa bukan siapa-siapa mereka. Dia hanya sebatas rekan kerja. Seharusnya dirinya tidak pernah membuka celah untuk perempuan lain mendekat apalagi mengusik keutuhan rumah tangganya. Karena ulahnya itu pula, Aliyah kian kecewa dan terluka hingga berakhir tak sadarkan diri hingga sekarang.
Sungguh Amar merasa amat berdosa pada Aliyah. Sudahlah tak pernah memperhatikan dan memedulikannya hingga ia sakit parah pun ia tak tahu. Lalu kini ia dengan tanpa hati membawa wanita lain ke tengah-tengah keluarga kecilnya. Amar merasa ia benar-benar suami yang jahat. Adakah kesempatan baginya untuk memperbaiki semuanya?
"Memangnya siapa yang mau jadiin Tante Fisa ibu tiri kalian?"
Nana memutar bola matanya, lalu mencibir, "bukannya sikap ayah yang terlampau baik ke nenek sihir itu pertanda kalau ayah mau jadiin dia istri ayah yang baru? Bahkan ayah lebih memilih jalan-jalan sama nenek sihir itu ketimbang berada di rumah."
Amar mencelos mendengar penuturan Nana. Secara tidak langsung memang ia menunjukkan sikap tersebut. Ia dengan sengaja membawa masuk wanita lain tanpa memikirkan risiko bagi keluarga kecilnya.
Yah, memang sebelumnya Amar tidak pernah memikirkannya. Apalagi dalilnya kalau bukan karena bosan. Ia merasa muak setiap kali melihat Aliyah yang tak pernah berusaha tampak istimewa di hadapannya. Belum lagi kesehariannya yang bertemu banyak rekan kerja wanita yang selalu tampil modis membuatnya suka membanding-bandingkan Aliyah dengan para wanita tersebut tanpa memikirkan alasan dibaliknya.
Padahal kalau dipikir-pikir Aliyah tak kalah cantik dari mereka. Hanya saja kesibukannya sebagai ibu rumah tangga telah menyita hampir seluruh waktunya. Bahkan waktu tidur pun sangat minim. Alhasil, kulitnya terlihat kusam karena kurang tidur.
Seandainya Amar mau meluangkan waktunya sedikit saja untuk membantu meringankan pekerjaan Aliyah, pasti Aliyah akan memiliki sedikit waktu luang untuk merawat dirinya sendiri. Tapi Amar tidak mau mengerti. Ia hanya bisa menuntut tanpa mau memberikan sumbangsih sedikit saja bagi rumah tangganya. Ia pikir tugasnya lebih berat, tanpa ia tahu, tugas seorang ibu lah yang paling berat.
"Bukannya Nana sendiri suka dengan Tante Fisa? Bahkan Nana sendiri yang sering suruh ayah ajak dia makan malam bahkan jemput sebelum antar kamu ke sekolah?" ucap Amar menohok batin Nana.
Wajah Nana berubah sendu. Penyesalan itu kembali lagi.
"Nana tahu, Nana salah. Nana nyesel. Ibu pasti marah banget sama Nana, makanya ibu nggak mau bangun-bangun," lirih Nana sambil terisak.
Amar menundukkan wajahnya. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang menyesali perbuatannya, tapi Nana pun juga. Kini penyesalan ayah dan anak itupun dimulai.
Namun, setelah semuanya terlanjur terjadi, mampukah mereka memperbaikinya?
"Yah, sebenarnya ada satu lagi alasan kenapa Nana jadi benci banget sama nenek sihir itu," tukas Nana sambil menyeka air matanya dengan punggung tangan.
Dahi Amar mengernyit, "apa itu?" tanya Amar penasaran.
Lalu Nana mengutak-atik ponselnya dan mengirimkan sesuatu ke ponsel sang ayah.
"Ayah lihat pesan yang Nana kirim. Sumpah, Nana nggak nyangka wanita yang Nana kagumi ternyata tak lebih dari sampah yang bahkan tak pantas untuk didaur ulang. Sesuatu yang membuat Nama begitu berdosa sama ibu karena sempat membanggakan dirinya di depan ibu," pungkas Nana.
Setelah mengucapkan itu, Nana pun segera beranjak dari hadapan sang ayah. Bahkan ia tidak berpamitan lagi karena tahu sang ayah saat ini sedang benar-benar terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Saat Nana hendak benar-benar berlalu, Nana sempat berhenti sejenak dan berkata, "itu bukan editan, Yah. Soalnya ... itu Nana sendiri yang rekam. Tepatnya ... sore hari dimana kita menemukan ibu tidak sadarkan diri."
Setelah mengucapkan itu, Nana pun benar-benar berlalu. Ia harap, mulai sekarang ayahnya benar-benar membuka mata agar tidak kembali tertipu perempuan seperti Nafisa.
...***...
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...
𝐭𝐨𝐢𝐥𝐞𝐭 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐢𝐛𝐮
𝐝𝐨𝐚 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐝𝐨𝐚 𝐢𝐛𝐮
𝐠𝐞𝐧𝐝𝐨𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐫𝐭𝐦 𝐚𝐧𝐤 𝐠𝐞𝐧𝐝𝐨𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐢𝐛𝐮
𝐛𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐢𝐛𝐮 𝐥𝐚𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠𝐢 𝐚𝐧𝐚𝐤𝟐𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐬𝐤𝐢𝐩𝐮𝐧 𝐛𝐥𝐦 𝐭𝐚𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐫𝐮𝐩𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐧𝐲𝐚 😭😭😭😭😭
𝐜𝐢𝐫𝐢𝟐 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐭𝐮𝐫𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐣𝐣𝐚𝐥
𝐝𝐫𝐩𝐝 𝐡𝐝𝐮𝐩 𝐦𝐚 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐤 𝐬𝐢𝐟𝐚𝐭 𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐤 𝐝𝐚𝐣𝐣𝐚𝐥
𝐦𝐞𝐧𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐭𝐩 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚
𝐝𝐫𝐩𝐝 𝐩𝐧𝐲 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢 𝐭𝐩 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚
𝐦𝐚𝐦𝐚𝐦 𝐭𝐮 𝐚𝐦𝐚𝐫 𝐬𝐮𝐤𝐮𝐫𝐢𝐧