Suami Ku Hantu

Kemampuan Tersembunyi

Selain beraroma bunga plum yang khas, Jia Li memiliki kemampuan khusus pengendalian makhluk gaib berupa bulan sabit yang dapat keluar dari tubuhnya sebagai senjata pembunuh.

Dan kemampuan khusus pengendalian makhluk gaib miliknya masih bisa berkembang dan terus mengalami peningkatan level hingga level tertinggi.

Terutama kemampuannya yang merusak kekuatan dalam klan siluman dari aroma bunga plum yang keluar dari tubuh Jia Li yang memiliki kenaikan level, semakin kuat aroma bunga plum terpancar dari tubuh Jia Li maka semakin kuat daya kemampuannya merusak kekuatan dalam siluman kecuali hantu.

Jia Li baru menyadari kemampuan spesial miliknya yang berasal dari aroma bunga plum.

Dia mulai memahami penyebab dia terpilih sebagai istri hantu Van Costel IV karena kekuatan tersembunyi miliknya itulah dia menjadi seorang istri hantu.

Tianba, ibunya tidak pernah mengatakan pada Jia Li semasa hidupnya, bahkan saat kepergiannya, sang ibu tidak berkata-kata apa-apa pada Jia Li.

Tidak ada wasiat ataupun surat berisi pesan untuk Jia Li yang memberitahukan bahwa dirinya memiliki kemampuan khusus dari aroma bunga plum.

Mungkinkah sang ibu telah menyembunyikan kemampuan khusus Jia Li dari siapapun dan mungkin saja dia bermaksud melindungi puteri satu-satunya dengan tidak mengatakan kemampuan khusus yang dimiliki Jia Li.

"Apakah ayah tahu kemampuan khusus ku ini ?", tanya Jia Li seorang diri di sudut ruangan rumah.

Angin semilir berhembus menerpa wajah Jia Li saat memandangi ke arah luar ruangan rumah megah milik Van Costel IV.

Aroma bunga plum yang berasal dari tubuh Jia Li memancar harum ke arah sekitar Jia Li.

Perempuan cantik itu terlihat mendesah pelan sembari memandang lepas ke luar halaman rumah yang dihiasi oleh pepohonan yang rindang.

"Apa yang kamu lakukan di sini sayangku !? Tidakkah kamu berniat mengelilingi area taman di rumah ini !?", ucap Van Costel dari arah belakang.

Tampak Van Costel yang berwajah tampan itu tengah memeluk Jia Li seraya menatap ke arah luar rumahnya.

"Kamu akan pergi pagi ini...", kata Jia Li pelan.

"Iya, ada beberapa urusan penting yang ingin aku selesaikan tapi aku tidak lama perginya", sahut Van Costel.

"Mmmm...", gumam Jia Li menundukkan matanya.

"Kenapa ?", bisik Van Costel seraya mengusap lembut pipi Jia Li.

Jia Li hanya menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah masih tertunduk.

"Tidak... Tidak apa-apa...", sahut Jia Li.

"Apakah kamu bersedih, Jia Li ?", tanya hantu Van Costel.

"Tidak... Aku tidak bersedih...", sahut Jia Li.

"Lalu kenapa wajah mu muram, sayangku ?", tanya Van Costel.

"Mmm... Bolehkah aku ikut bersama dengan mu...", sahut Jia Li.

Jia Li menolehkan wajahnya ke arah Van Costel IV suaminya.

Hantu Van Costel IV terdiam menatap teduh wajah istrinya, Jia Li.

Baru kali ini Jia Li menginginkan pergi bersama dengannya karena biasanya Van Costel yang berinisiatif terlebih dahulu mengajak perempuan beraroma bunga plum untuk pergi bersamanya kemanapun dia pergi.

"Aku tidak ingin melibatkan mu dalam urusan klan dan bukan maksud ku untuk menolak mu pergi bersama ku, sayang", sahut Van Costel.

"Tidak, aku hanya ingin bersama mu karena di rumah ini terasa tidak menyenangkan tanpa mu", ucap Jia Li.

"Tapi...", kata hantu Van Costel IV.

Van Costel menghela nafas panjangnya seraya menatap lekat-lekat Jia Li, istri tercintanya.

"Aku tidak akan mengganggu urusan penting mu dan aku akan menunggu mu di luar ruangan agar kalian tidak terganggu", sahut Jia Li penuh harap.

"Kenapa ?", tanya Van Costel.

"K--karena aku khawatir pada mu...", sahut Jia Li.

Hantu Van Costel IV langsung tertawa keras saat mendengar ucapan Jia Li.

"Mengapa kamu tertawa ?", tanya Jia Li menatap kebingungan ke arah suaminya.

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan oleh mu sayang ku..., karena tidak ada yang berani mengganggu ku...", sahut Van Costel IV.

Jia Li tersipu malu mendengar ucapan dari hantu Van Costel, dia tidak mampu menyembunyikan rasa malunya.

"Tapi baiklah, sayangku... Kamu boleh ikut bersama ku", sahut Van Costel

Hantu berwajah tampan rupawan itu tersenyum melihat perubahan dari sikap Jia Li padanya.

Jia Li bersikap penuh perhatian dan tidak lagi menolak keberadaan hantu Van Costel IV.

"Ikutlah dengan ku sayangku, dan aku akan mengenalkan mu pada semua anggota klan", ucap Van Costel.

Jia Li tersenyum lega saat Van Costel mengijinkannya ikut bersama Van Costel IV.

Dia merasa suaminya mempercayai dan menganggap keberadaan dirinya seutuhnya, dan bukan hanya sekedar teman bercintanya di atas ranjang tidur.

"Haruskah kita meninggalkan rumah ? Mengapa kamu tidak mengurus kepentingan mu di rumah saja ?", tanya Jia Li.

"Aku tidak mungkin terus menerus membawa urusan klan ke rumah karena sekarang aku telah menikah dan memiliki mu maka aku harus membedakan urusan pribadi dengan urusan klan", sahut Van Costel.

"Apakah aku sangat mengganggu mu ?", ucap Jia Li.

"Tidak", sahut Van Costel.

Van Costel membawa Jia Li berlompatan di atas gedung-gedung tinggi selama perjalanan menuju ke tempat para klan biasa berkumpul.

Mereka berdua sampai di atas sebuah gedung yang tertutup kawat berduri dengan tiang tower yang menjulang tinggi.

"Kita sudah sampai, sayangku", ucap Van Costel tanpa melepas genggaman tangannya.

Jia Li mengedarkan pandangannya ke sekitarnya dengan perasaan cemas.

"Mengapa ?", tanya Van Costel.

"Firasat ku mengatakan kalau tempat ini agak berbeda dari bangunan di sekitarnya", sahut Jia Li.

"Benarkah !?", lanjut Van Costel mencoba mengamati dari kedua mata hantunya.

Van Costel mengedarkan pandangan matanya ke arah sekeliling area tempat mereka berada saat ini.

"Aku tidak melihat tanda bahaya atau aura siluman pengganggu di tempat ini, sayangku", ucap Van Costel IV.

"Apakah urusan penting kalian adalah berhubungan dengan para siluman di negeri ini ?", tanya Jia Li.

"Benar, adanya klan bangsawan bertujuan untuk melindungi kehidupan manusia dari kebrutalan para siluman yang terkadang suka mengganggu", sahut Van Costel.

"Karena itulah ayah ku meminta perlindungan pada kalian dari serangan siluman", ucap Jia Li.

"Tepatnya kami adalah pelindung manusia di Rumania sedangkan pihak siluman tidak semuanya berperangai jahat", kata Van Costel IV.

"Kita hidup secara berdampingan antara manusia dengan siluman", lanjut Jia Li.

"Itulah stuktur sosialnya dimana manusia dan siluman hidup berdampingan", sahut Van Costel.

"Apakah kalian saling rukun hidup secara berdampingan seperti itu ?", tanya Jia Li.

"Terkadang para siluman datang untuk meminta upeti kepada manusia sebagai alasan menjaga keamanan agar tidak timbul kerusuhan", sahut Van Costel.

"Kerusuhan !?", ucap Jia Li.

"Iya, kerusuhan sering terjadi antara manusia dengan siluman yang saling merebutkan area kekuasaan mereka masing-masing", sahut Van Costel IV.

"Kekuasaan apa yang sedang mereka perebutkan !?", kata Jia Li.

"Kawasan tempat mereka hidup seperti tanah dan lainnya", sahut Van Costel.

Tiba-tiba dari arah bawah gedung itu, muncul sosok yang sangat menyeramkan pada saat hantu Van Costel sedang bergandengan tangan dengan Jia Li berjalan menuju ke pintu gedung yang tertutup kaca.

"Apa kabar Van Costel ?", sapa sosok menyeramkan itu.

"Siapa dia ?", tanya Jia Li berbisik pelan.

"Dia klan Cornel", sahut Van Costel.

Van Costel IV menghentikan langkah kakinya saat melihat kedatangan klan Cornel.

"Apa kabar mu Cornel ?", balas Van Costel.

"Aku mencium aroma bunga plum yang wangi... Apakah itu datangnya dari perempuan cantik itu, Costel ?", ucap klan Cornel.

Terlihat pria dengan lukisan di tangannya tengah tersenyum ketika memandangi Jia Li disamping Van Costel IV.

"Dia menarik sekali Van Costel... Bolehkah aku memilikinya...", ucap klan Costel sambil melirik hantu Van Costel.

Raut wajah Van Costel langsung berubah dan terlihat sangat dingin saat pria di depannya memperhatikan lekuk tubuh Jia Li.

"Jaga pandangan mata mu, Cornel !", ucap Van Costel sambil menggertakkan gerahamnya menahan emosi.

"Ayolah ! Dia hanya seorang perempuan dan kamu dapat memperolehnya di sekitar jalanan kota ini, Costel...", ucap Cornel.

Sebuah pukulan langsung menghantam wajah pria dari klan Cornel sehingga membuatnya jatuh tersungkur ke lantai gedung.

BRUK...

Pria berperangai menyeramkan itu menatap tajam ke arah Van Costel seraya menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya.

"Sialan !", umpat Cornel marah.

Dia langsung berlari cepat ke arah hantu Van Costel IV dan menarik tangan Jia Li dari genggaman Van Costel.

Pria bernama Cornel tertawa mengejek seraya mendekap tubuh Jia Li dari arah belakang.

"Semudah itukah aku mengambil wanita mu, Costel !? Betapa lemahnya kamu sekarang !?", ejek Cornel.

"Lepaskan dia, Cornel !", sahut Van Costel berusaha tetap tenang.

"Melepaskan bidadari secantik ini !?", ejek Cornel. "Tidak akan, semudah itu karena aku ingin sekali menikmati tubuh perempuan ini yang sangat wangi".

Pada saat pria itu hendak menyentuh tubuh Jia Li, muncul dari dalam tubuh perempuan cantik itu yang mengeluarkan sebuah benda berbentuk bulan sabit bercahaya terang.

Bulan sabit itu langsung menghempaskan tubuh klan Cornel ke atas udara serta menerbangkan pria yang tubuhnya penuh lukisan berwarna-warni itu jauh dari gedung tempat mereka berada saat ini.

Jia Li tertegun melihat bulan sabit bercahaya itu tengah berputar-putar melayang di atasnya.

Benda yang muncul keluar dari dalam tubuh Jia Li itu tampak patuh kepada Jia Li.