Satu tahun penuh kebahagiaan adalah janji yang ditepati oleh pernikahan Anita dan Aidan. Rumah tangga mereka sehangat aroma tiramisu di toko kue milik Anita; manis, lembut, dan sempurna. Terlebih lagi, Anita berhasil merebut hati Kevin, putra tunggal Aidan, menjadikannya ibu sambung yang dicintai.
Namun, dunia mereka runtuh saat Kevin, 5 tahun, tewas seketika setelah menyeberang jalan.
Musibah itu merenggut segalanya.
Aidan, yang hancur karena kehilangan sisa peninggalan dari mendiang istri pertamanya, menunjuk Anita sebagai target kebencian. Suami yang dulu mencintai kini menjadi pelaku kekerasan. Pukulan fisik dan mental ia terima hampir setiap hari, tetapi luka yang paling dalam adalah ketika Anita harus berpura-pura baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blcak areng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diagnosa di Bawah Kerahasiaan
Setengah jam setelah panggilan panik Aidan, Dr. Sherly tiba. Ia adalah dokter spesialis yang elegan dan seorang sahabat dekat Aidan. Sherly datang dengan prasangka—ia tahu Aidan membenci Anita dan sering mengeluh tentang "istri dingin" yang hanya tinggal karena hutang.
"Aidan, ada apa? Kenapa kau tidak membawanya ke rumah sakit?" tanya Sherly.
"Aku butuh kerahasiaan, Sher," jawab Aidan, memimpin Sherly ke kamar dengan wajah tegang.
Saat Sherly memasuki kamar bersama Aidan, semua prasangka awalnya goyah. Ia melihat Anita terbaring diam, wajahnya bukan hanya pucat, tetapi berwarna abu-abu, dan suhu tubuhnya terasa membakar saat ia menyentuh keningnya.
"Ya Tuhan, Aidan, ini bukan pingsan biasa karena kelelahan!" Sherly segera mengeluarkan peralatan.
Saat memeriksa Anita, Sherly melihat bekas plester di pergelangan tangan—bekas infus atau suntikan yang baru dicabut. Ia juga melihat rahang Anita yang berkawat. Namun, yang paling mengejutkan adalah nyeri tekan signifikan yang ia rasakan di area perut bawah Anita.
Sherly melakukan pemeriksaan yang cepat dan komprehensif. "Aidan, dia demam tinggi, tekanannya sangat rendah, dan ada tanda-tanda infeksi sistemik yang parah. Dia bisa mengalami syok sepsis," tegas Sherly, matanya menyipit. "Dia tidak terlihat seperti baru 'kecelakaan kecil' seperti yang kamu bilang tadi malam."
langsung berdiri membeku mendengar diagnosis yang baru saja diucapkan oleh Sherly sahabatnya.
Sherly beralih fokus pada bagian perut Anita. Berdasarkan lokasi nyeri tekan dan gejala sepsis yang muncul begitu cepat, Sherly, sebagai dokter yang berpengalaman, tahu apa yang sedang ia hadapi. Infeksi ini adalah komplikasi pasca-operasi ginekologis atau abdominal darurat. Bekas infus yang baru dicabut itu menunjukkan Anita sudah mendapat penanganan, dan melarikan diri.
Sherly dengan cepat menyimpulkan: Anita pasti mengalami prosedur kuretase atau operasi darurat abdomen yang dirahasiakan, dan dipaksa untuk bekerja sebelum waktunya.
Namun, Sherly memilih untuk bungkam mengenai penemuan pastinya. Ia teringat semua keluhan Aidan—betapa Anita dingin, betapa Anita tidak peduli, betapa Anita pantas mendapatkan hukuman. Realitas fisik yang ada di hadapannya sangat bertentangan dengan cerita Aidan.
Sherly ingin melihat: seberapa jauh sahabatnya ini bisa berbohong dan mengabaikan fakta demi kebencian?
Sherly menyelesaikan penanganan daruratnya (infus dan antibiotik awal), lalu berbalik, menatap Aidan yang berdiri gelisah. Ia tidak mengungkapkan diagnosis pastinya, tetapi Sherly menekan Aidan dengan keras.
"Aidan, aku tahu masalah rumah tangga kalian, dan aku tahu bagaimana kamu melihatnya," ujar Sherly, suaranya tenang namun tajam. "Tapi ini masalah nyawa. Kondisinya kritis. Luka infeksi di perutnya itu tidak mungkin terjadi hanya karena 'stres' atau 'kecelakaan kecil'!"
Aidan, yang tidak mengetahui rahasia medis Anita, hanya bisa berpegangan pada alibi yang ia tahu. "Dia hanya terlalu dramatis, Sher. Mungkin luka kecil di perutnya terinfeksi. Dia keras kepala, tidak mau istirahat."
"Keras kepala? Sampai menyebabkan demam 39.5°C dan nyaris gagal organ?" Sherly menggelengkan kepalanya. "Dia butuh perawatan intensif, Aidan. Kamu mengabaikannya terlalu lama. Aku tidak tahu prosedur apa yang dia lakukan, tapi dia memaksakan dirinya. Ini adalah tanggung jawabmu juga."
Aidan tersentak. Ia tidak tahu prosedur apa yang Sherly maksud, dan ini membuatnya marah sekaligus takut. Marah karena Anita memiliki rahasia yang membuatnya rentan, dan takut karena kerentanan itu mengancam utangnya.
"Lakukan saja yang terbaik, Sher. Aku akan bayar berapa pun," desis Aidan, wajahnya mengeras. "Jangan bawa dia ke mana-mana. Rawat di sini. Aku tidak mau ada keributan."
Sherly tahu, Aidan tidak akan berubah. Namun, demi menyelamatkan Anita, Sherly memutuskan mengambil alih kendali.
"Aidan, dengarkan aku baik-baik," tegas Sherly. "Kondisinya kritis. Dia butuh pengawasan 24 jam. Infeksi ini bisa berakibat fatal. Ini bukan main-main. Aku akan merawatnya di sini, tapi kamu harus menyediakan semua peralatan yang aku minta."
Sherly memerintahkan Aidan untuk membeli monitor vital, obat-obatan khusus, dan cairan infus tambahan.
"Aku akan mengawasi Anita selama 24 jam ke depan, atau sampai kondisinya stabil," kata Sherly, matanya menatap Aidan dengan dingin. "Aku menjamin kerahasiaanmu, demi persahabatan kita. Tapi sebagai dokter, aku akan menyelamatkan nyawanya. Dan kau harus menjauh darinya. Aku tidak mau ada tekanan emosional yang memperburuk kondisinya."
Aidan, yang terkejut melihat betapa parahnya situasi itu, tidak punya pilihan selain patuh. Keangkuhannya runtuh di hadapan ancaman kehilangan utang 60 juta dan potensi keributan hukum. Ia butuh Anita hidup.
Di hati Sherly, pertarungan antara etika profesional dan kesetiaan persahabatan baru saja dimulai. Ia akan menyelamatkan Anita, tetapi ia juga akan menggunakan kesempatan ini untuk melihat ke dasar jiwa sahabatnya.
