Sequel dari Sang Pemilik Cinta
Sebelumnya, mohon maaf karena cerita ini banyak mengandung bawang, karena memang saya membuat karya ini seperti nano nano, ada sedih, bahagia, komedi, dan kebucinan seorang suami pasa istrinya.
Novel ini bukan mengedepankan tentang poligami atau pelakor, tetapi ini tentang psikologi Mario yang di hantui rasa bersalah pada adik kembarnya semasa remaja, juga tentang seorang gadis bernama Inka yang broken home, psikologi seorang anak korban perceraian di usia yang sama.
Kemudian, mereka menikah karena kesepakatan yang saling menguntungkan.
Mario yang tak percaya dengan ikatan pernikahan dan memilih live together bersama pacar-pacarnya, di jodohkan oleh sang ayah dengan anak sahabat ayahnya. Mario menolak dan lebih memilih menikahi Inka, teman dari istri sahabatnya yang baru sekali bertemu.
Di tengah pernikahan yang mulai adanya benih-benih cinta, mereka di uji dengan ujian yang membangkitkan psikologi masa lalu keduanya muncul.
Jadi, siapkan mental kalian dan hanya yang berhati baja, yang bisa membacanya sampai end.
Terima Kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kerja lembur bagai kuda
"Kamu di jemput?" Tanya Pras, setelah mereka sampai di Bandara Soekarno Hatta.
Inka menggeleng, "aku memang belum mengabari suamiku om, eh mas."
"Loh, kenapa?"
"Sebenarnya aku sudah di belikan tiket pulang. tapi untuk lusa. Karena pengen pulang bareng si imut, jadi aku mengiyakan ajakan Bella untuk pulang bareng mas." Inka berkata sambil mencubit pipi Angel.
"Kalau gitu, ayo pulang bareng aku!" Inka mengangguk dan mengikuti langkah Pras.
Inka sampai di kediaman Andreas.
"Aku duluan mas, terima kasih tumpangannya." ucap Inka, sebelum keluar ia mencium Angel yang tengah tertidur di pangkuan sang ayah.
"Sampai ketemu lagi In."
"Iya mas, Bye.."
Inka memasuki rumah Andreas dan langsung di sambut Sukma. Ujang pun langsung berlari menghampiri Inka.
"Non..." Ujang berlari dan terpeleset, hingga hampir saja ingin memeluk Inka.
"Apa sih kamu, sama majikan saja berani." ujar Sukma.
"Ga sengaja, Suk. Iya kan non?" Inka mengangguk.
"Udah, ngga apa-apa kok."
"Papa, mama mana?" Tanya Inka pada Sukma.
"Nyonya sedang arisan non, kalau tuan sedang bermain apa tuh non, yang setiknya panjang?" sahut Sukma.
"Golef, norak!" Ujang mentoyor jidat Sukma.
"Oh, gitu. Ya udah saya bawain oleh-oleh nih." Inka membuka semua cinderamata dari negeri fashion itu dan memberikannya kepada semua pekerja di rumah Andreas.
Semua pekerja di rumah Andreas sangat menyukai Inka. Mereka menilai Mario sangat beruntung mendapatkan istri yang cantik, baik dan perhatian pada semua orang.
"Sayaaang..." Peluk Laras, yang baru saja tiba di rumahnya dan mendapati menantunya sedang duduk di taman.
"Mama.. Kangen banget sama mama." ucap Inka yang masih dalam pelukan Laras.
"Hape kamu ga aktif ya?" Tanya Laras.
Inka mengeleng, "ngga tau deh ma. Inka lupa, sepertinya belum di aktifkan sejak turun pesawat." Inka tersenyum menampilkan jejeran giginya yang rapih.
"Hmm.. pantesan, Mario sampe menelpon mama. Padahal biasanya dia yang paling tau di mana kamu berada." Lagi-lagi Inka hanya nyengir.
****
"Istri anda sudah pulang pak?" Tanya Dhani.
"Iya, makanya gue buru-buru kelarin kerjaan, supaya gue bisa cepet pulang." jawab Mario.
"Oiya Dhan, cuma lo dan kedua sahabat gue yang tau soal Sasha." Mario berkata lagi pada Dhani.
"Saya bisa di andalkan pak." ujar Dhani.
Memang Dhani tak diragukan lagi dedikasinya. Ia di ambil Mario dari sebuah panti asuhan dan Mario menyekolahkannya hingga perguruan tinggi. Oleh karena itu, Dhani begitu setia pada Mario.
Mario sampai di kediaman rumah ayahnya. Ia membuka pintu kamar, terlihat Inka yang sudah meringkuk di ranjang miliknya. Mario melonggarkan dasinya dan melempar asal. Ia langsung menghampiri tubuh Istrinya, tubuh yang sangat ia rindukan. Tubuh yang tak bisa di gantikan oleh wanita manapun. Sudah hampir sebulan ia tak menjamahnya. Dan, selama itu pula, Mario mampu menahan. Padahal ada Sasha yang bisa melampiaskan hasratnya itu. Namun, tak ia lakukan.
"Aku kangen kamu." ucap Mario lirih sambil mengelus pipi mulus Inka.
Mario membuka selimut yang menutupi tubuh Inka. Ketika tidur, Inka lebih suka memakai tangtop dan hotpants di bandingkan memakai lingeri. Mario menyusuri leher dan pundak istrinya.
"Hmm..." Inka bergerak, ia merasa ada yang menyentuh tubuhnya. Tak lama kemudian, matanya terbuka dan memegang kepala Mario yang sudah berada di dadanya.
"Hmm.." Inka menggigit bibir bawahnya, menggeliat, dan merasakan sensasi itu.
"Aku rindu kamu, sangat rindu." suara berat Mario yang menahan segenap hasratnya. Ia membuka seluruh pakaian yang di kenakan Inka dengan lembut, hingga keduanya polos.
Seperti biasa, Mario tak pernah melakukannya sekali. Ia pasti akan berkali-kali menjamah tubuh itu dalam satu malam. Hingga mereka mandi junub dan sholat subuh pun, Mario akan mengulanginya lagi. Kerja lembur, bagai kuda.
Inka sudah terbiasa dengan hal ini, dan ia pun menikmati sentuhan itu. Malam ini, ia senang melayani suaminya. Karena bibir Mario tak henti-hentinya mengatakan 'rindu' dan 'sayang'. Membuat Inka semakin yakin, akan membawa pernikahan ini ke arah selanjutnya, menjadi sebuah keluarga kecil yang bahagia.