Ravka terbangun di sebuah kamar hotel disamping gadis tak dikenal hanya berbalutkan selimut. Belum sadar sepenuhnya, kedua orang tua Ravka beserta tunangannya menerobos masuk ke dalam kamar.
Pernikahan yang tinggal menghitung hari akan tetap dilaksanakan, tapi yang menjadi pengantin wanitanya bukanlah sang tunangan. Melainkan gadis yang telah menghancurkan hidupnya.
"Jangan harap aku akan menceraikanmu dengan mudah. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang teramat sangat karena menjeratku dalam pernikahan brengsek ini," Kemarahan berkelabat di sorot mata Ravka, menghujam tepat ke manik mata gadis berparas ayu yang meringkuk ketakutan di atas ranjang pengantinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tsabitah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPA 27#
"Ternyata kau tahu diri juga. Seseorang yang berasal dari kelas bawah memang pantasnya bergaul dengan asisten rumah tangga di dalam rumah ini," suara Sherly mengagetkan Alea.
Seketika Alea menolehkan pandangannya kepada Sherly yang memasuki dapur. Mantan tunangan suaminya itu dengan santai membuka lemari pendingin dan mengambil sebotol minuman soda di dalamnya. Alea mencoba tak menghiraukan provokasi Sherly atas dirinya. Bi Mimah yang tengah duduk di sebelah Alea menyegerakan diri bangkit dari kursinya. Berdiri tegak di sebelah Alea dan membungkukkan sedikit badannya ke arah Sherly yang tidak dihiraukan gadis itu.
"Seharusnya sejak awal kau menyadari kedudukanmu, dan tidak lancang menjebak Ravka agar mau menikahimu," lanjut Sherly seraya menenggak minuman bersoda langsung dari botolnya.
"Kau itu seharusnya hanya pantas menjadi bagian dari mereka, dari pada menjadi nona muda di rumah ini," tunjuk Sherly kepada Bi Mimah yang masih berdiri tegak di sebelah Alea dengan menundukkan pandangannya.
Sherly melihat Bi Mimah dengan senyum miring meremehkan. Lalu menghujat Alea dengan tatapannya, masih berupaya memprovokasi gadis itu melalui sorot matanya.
"Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Sherly? Kita tinggal di rumah yang sama. Jadi sudah seharusnya kita berusaha untuk saling rukun layaknya sebuah keluarga," ucap Alea.
"Aku tidak sudi menganggap diriku memiliki hubungan kekerabatan dengan wanita rendah sepertimu. Karena kau, aku kehilangan Ravka,"
"Kamu kehilangan Mas Ravka karena dirimu sendiri. Jangan menyesali keputusanmu sendiri dengan melimpahkan kesalahan kepada orang lain,"
"Apa maksudmu?" sanggah Sherly dengan kasar.
"Kamu tentu tahu, pernikahan aku dengan Mas Ravka tidak mungkin akan terjadi kalau kamu tetap memilih menikah dengan Mas Ravka. Jadi semua yang terjadi dalam hidupmu karena pilihanmu sendiri, bukan karena orang lain. Tidak ada gunanya kamu menyalahkan orang lain," Alea berucap santai, tak terpancing dengan provokasi yang dilayangkan Sherly.
Sherly meremas botol yang sedang berada di genggamannya. Menumpahkan sebagian isi dari botol itu yang tinggal setengahnya. Perempuan itu berniat memancing emosi Alea, tapi justru dirinya lah yang tersulut emosi.
Perempuan itu kemudian menghampiri Alea dan menghempaskan botol dengan kencang di atas meja tepat dihadapan Alea. Hentakan keras botol yang beradu dengan meja, mengakibatkan minuman yang tersisa di dalam botol berhamburan. Spontan Alea memundurkan wajahnya karena kaget.
"Maaf Non, sebaiknya jangan bertengkar," Bi Mimah berusaha menengahi pertengkaran kedua majikannya.
"Diam kau. Kau hanya jongos di rumah ini, jadi jangan sok berlagak memberitahu apa yang harus aku lakukan," ucp Sherly seraya mengacungkan jari telunjuknya ke hadapan Bi Mimah.
"Sherly, tidak usah berlebihan seperti itu. Bi Mimah disini hanya mengingatkan. Hargai orang yang lebih tua darimu, meski dia bekerja untukmu," seru Alea.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Suara Erika terdengar marah menghampiri Sherly dan Alea.
"Perempuan tidak tahu diri ini mengajakku ribut, dia sengaja menyulut emosiku," ucap Sherly kepada Ibu mertuanya seraya menunjuk Alea yang tampak duduk tenang ditempatnya.
"Apa yang kamu lakukan kepada Sherly?" tanya Erika menatap tajam Alea.
"Aku tidak merasa melakukan apa yang dituduhkan oleh Sherly. Tante bisa tanyakan langsung kepada Sherly, bagian mana yang ia sebut sengaja menyulut emosi" jawab Alea santai.
"Kau .... " Sherly menggantungkan kalimatnya. Rahangnya mengeras menahan emosi yang tidak ingin ia perlihatkan di depan Ibu Mertuanya.
"Kuperingatkan kalau keberadaanmu di rumah ini tidak diinginkan. Jadi jangan cari masalah dan berlagak kuasa disini," seru Erika membela menantu kesayangannya.
"Dia juga menantu di rumah ini, Mbak. Jadi dia juga punya hak yang sama dengan semua menantu disini termasuk Mbak Rika dan juga Sherly," sebuah suara tiba-tiba membuat Alea terbuai.
Jantung Alea seakan hendak meloncat girang dari tempatnya. Hatinya laksana pohon ditempa kemarau panjang yang diguyur derasnya hujan, tatkala mendengar seseorang membelanya.
Alea menolehkan wajah kepada Dilla. Ia terpana saat mertuanya melayangkan senyum manis kepadanya. Gadis itu mencoba mengerjapkan mata hingga beberapa kali. Meyakinkan diri akan penglihatannya.
"Kamu tidak perlu membela perempuan ini, Dilla. Kita sama-sama tahu apa yang sudah dia lakukan agar bisa menjadi bagian dari keluarga ini," seru Erika dengan pandangan sinis kepada Alea.
"Dia juga sudah menolak dengan keras untuk menjadi bagian dari keluarga Dinata. Tapi kita yang sudah memaksanya memasuki keluarga ini. Jadi sudah sepantasnya kalau kita memberikan tempat yang semestinya bagi Alea disini,"
"Jangan naif kamu Dilla, sampai kapanpun perempuan dengan kasta rendah, tidak akan pernah pantas menjadi bagian dari keluarga Dinata,"
"Kalau Mbak Rika lupa, aku akan mengingatkan bahwa Ayah mertua kitalah yang memaksa supaya Ravka mempertanggunjawabkan perbuatannya dengan menikahi Alea. Itu berarti, Ayah memberi izin bagi Alea untuk menjadi bagian dari keluarga Dinata. Jadi Mbak Rika tidak punya hak untuk menentukan siapa yang pantas atau tidak menjadi bagian dari keluarga Dinata," wajah Erika memerah ketika mendengar ucapan Dilla yang tak mampu ia bantah. Tangannya terkepal mengalihkan emosi yang memuncak.
"Aku tidak habis pikir bisa-bisanya kamu membela perempuan seperti dia,"
"Dia menantuku Mbak, tentu saja aku akan membelanya seperti Mbak Rika membela Sherly. Walau sesungguhnya Mbak Rika tau siapa yang salah dalam hal ini, tapi Mbak Rika tetap membela Sherly. Jadi tidak ada yang salah dengan yang aku lakukan Mbak,"
"Terserah apa mau mu. Tapi kamu akan menyesal dengan apa yang sudah kamu lakukan sekarang. Kamu memiliki menantu yang hanya membawa aib bagi keluarga,"
"Mbak Rika tidak usah khawatir, aku yang akan mengurus menantuku. Jadi Mbak hanya perlu mengurusi menantu Mbak. Jangan lupa untuk mengajarkan kepadanya etika dan sopan santun," ujar Dilla sembari melayangkan senyum manis tapi menusuk.
"Kita pergi dari sini Sherly, tidak usah didengarkan omongannya Dilla. Untung kamu menikah dengan Alex. Kalau tidak sungguh malang nasibmu memiliki mertua yang punya selera rendah seperti Dilla," sindir Erika seraya menarik tangan Sherly meninggalkan dapur dengan wajah ditekuk.
"Te-terima kasih Ma," ucap Alea terbata.
"Tida perlu berterima kasih. Kamu tidak salah dalam hal ini," Dilla mearih tangan Alea. Membawa tangan itu kedalam genggaman tangannya dan menepuknya perlahan.
"Mama yang seharusnya meminta maaf padamu, karena tidak pernah bersikap layaknya seorang mertua kepadamu," ucap Dilla dengan wajah sendu.
"Aku bisa mengerti kenapa Mama marah kepadaku dan Mas Ravka,"
"Sesalah apapun seorang anak, sudah seharusnya Mama sebagai orang tua meluruskan kesalahan kalian. Mengarahkan kalian kepada jalan yang semestinya, bukan malah larut dalam kekecewaan dan kemarahan. Apalagi kalau kalian sudah bersikeras kalau kalian tidak melakukan kesalahan dengan disengaja. Seharusnya Mama mempercayai kalian,"
"Ma .... " Alea tidak mampu mencari kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hatinya saat ini. Segala suara seolah tersangkut di tenggorokannya. Matanya berkaca-kaca menahan haru yang memuncak di dada.
"Sudahlah Alea, hentikan tangismu mulai dari hari ini. Jalani langkahmu di rumah ini dengan membusungkan dada dan kepala tegak,"
Dilla merengkuh Alea ke dalam pelukannya. Membuat tangis haru membasahi kedua pipi Alea. Kelegaan membanjiri relung hati gadis itu.
*********************************************
maaf yah sementara slow update dulu sampe lebaran nanti. Author masih sibuk dengan segala aktivitas bulan ramadhan yang semakin banyak menjelang lebaran.
sekalian pengen ngerjain karya aku yang satu lagi. Gegara isi kepalanya mikirin cerita yang ini.. yang sana jadi terbengkalai... Jadi mau aku tamatin dulu yang satu lagi, biar ga gantung..
kalo mau mampir baca karya aku yang satu lagi tinggal klik profil yah.. yang disitu lebih ringan ceritanya...
Pernikahan Paksa Alea ini memang butuh waktu yang lebih banyak untuk nulis karena sesungguhnya author pengen nyelipin messege di dalamnya, ga cuma sekedar bacaan tapi bisa jadi pembelajaran..
sementara di karya satu lagi pyur bikin cerita aja.. jadi lebih santai jalan ceritanya...
happy reading dan mohon dimakkumi dengan segala keterbatasan yang author punya.. luv u all
satu lagi, terimakasih untuk dukungan kalian semua.. jujur yah baca semua komen kalian bikin aku tambah semangat buat nulis.. maaf kalo ga bisa di bales satu2.. tapi aku baca terus kok dan tetep kasih like..
sebenarnya kata2 yg diucapkan ravka yg seperti ini sudah jatuh talak satu loh thor iya ngak sih kalau dlm agama? karna dia mengatakan melepaskan?
mana udah dibelikan kalung milyaran sm ravka
alex sm ravka bisa di bodoin uler