Elena hanya seorang gadis biasa di sebuah desa yang terletak di pelosok. Namun, siapa sangka identitasnya lebih dari pada itu.
Berbekal pada ingatannya tentang masa depan dunia ini dan juga kekuatan bawaannya, ia berjuang keras mengubah nasibnya dan orang di sekitarnya.
Dapatkah Elena mengubah nasibnya dan orang tercintanya? Ataukah semuanya hanya akan berakhir lebih buruk dari yang seharusnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Kekuatan Misterius
"Bahagialah, Theo." Wanita berambut hitam itu tersenyum begitu tulus walau tubuhnya tidak begitu sehat. Tangan kurusnya seperti hanya tersisa tulang dan kulit itu mengusap pipi anak semata wayangnya.
"Ibu, tidak! Jangan pergi! Kumohon! Tanpa ibu tidak ada lagi yang peduli padaku!" Anak laki-laki bersurai sama dengan wanita paruh baya itu menangis hingga matanya memerah.
"Siapa bilang tidak ada yang peduli? Dia kan ada?"
"Dia ...."
Wanita itu menunjuk ke arah telapak tangan anaknya, dan saat ia membukanya sebuah tempat bundar yang familiar muncul.
"ini ...."
"Bukankah dia teman pertamamu?"
Tempat bundar berbahan logam itu adalah salep yang pernah diberikan oleh anak berambut merah muda itu.
"Kenapa ini ada disi—"
"Masih ada yang peduli padamu. Jadi, jangan menyerah begitu saja, Theo. Bangunlah sekarang," ucap wanita itu.
"Bangun? Apa maksud—"
Tiba-tiba suara pecahan kaca terdengar begitu keras hingga membuat Altheon mencari sumber suara. Namun, tidak ada satupun serpihan kaca di ruangan ini.
"Bangunlah, Theo!"
Setelah perkataan itu, tubuh Altheon terasa ditarik hingga masuk ke dunia yang begitu gelap.
Altheon membuka matanya secara perlahan di dalam kamar sang permaisuri. Ketika maniknya menangkap sebuah cahaya berkilau tepat di depan matanya lalu melesat begitu cepat ke arahnya, ia langsung bergerak secara reflek menghindarinya.
Sebuah pisau tajam menancap tepat di tempat tidur Permaisuri. Orang bertudung itu mencabut kembali pisaunya lalu melemparkan pisau itu ke arah Altheon dengan begitu cepat.
Altheon berusaha keras menghindarinya namun wajahnya terkena goresan pisau.
Apa-apaan ini!?! Pembunuh Bayaran?! Tepat di malam setelah pemakaman ibu??
Altheon berlari dengan cepat ke arah pintu namun, untuk ke sekian kalinya pisau kembali melesat dan menancap tepat di samping telinga Altheon.
Altheon terjatuh kesamping karena terkejut. Di istana bulan tempat Permaisuri tinggal sudah tidak ada orang selain dirinya, dan ini adalah tempat yang sangat bagus untuk mengirim pembunuh bayaran.
Betapa bodohnya aku! Aku tidak memikirkan hal ini saat aku tidur disini!
Altheon dibuat tidak berdaya di depan pembunuh bayaran tersebut. Tidak ada senjata yang bisa ia gunakan untuk melawannya. Pisau-pisau yang dilemparkan sudah di ambil kembali oleh pemiliknya, membuat Altheon bertahan tanpa senjata sama sekali.
"SIAPA YANG MENGIRIMMU?!!" teriak Altheon begitu keras. Namun, hal itu hanya mengundang kekehan geli dari orang di depannya.
"Apa itu penting sekarang? Nyawamu akan berakhir malam ini. Jadi, jangan lari-larian seperti tikus dan terima saja kematianmu, dan mungkin kamu akan bertemu kembali dengan ibu tercintamu di neraka," ucapnya dengan mata menyipit tajam.
Bertemu ibu?
Altheon mulai gentar. Tapi, ia kembali teringat dengan seseorang yang baru dua kali ia temui. Ia tidak mengerti mengapa anak laki-laki berambut merah muda itu membuatnya tidak bisa melupakan sosoknya.
"Matilah nak!" Orang itu langsung menerjang Altheon dengan belati tajamnya dari atas.
Ujung mata pisau yang terlihat seperti bintang di kegelapan membuat manik biru itu menatapnya seakan melihat langit gelap dengan satu bintang.
Di dalam benaknya ia terus berpikir tidak ingin mati, ia harus pergi tapi tubuhnya tidak bisa bergerak di detik itu. Nyawanya akan melayang dalam tiga detik jika ia tidak menghindar sekarang.
Bergeraklah! Bergeraklah!! Bergeraklah!!!
Jantungnya berpacu dengan begitu cepat hingga ia bisa mendengarnya dengan jelas. Kilasan balik tentang kenangan indah yang pernah ia alami dalam kehidupannya kali ini berputar dengan begitu cepat, menandakan ini adalah ajalnya.
Senyum Permaisuri yang sangat ia sukai dan cintai, kelembutannya, kasih sayangnya. Hingga akhir hayatnya ia tetap tersenyum dengan begitu bahagia karena bisa melindungi anaknya walau dalam waktu singkat.
Lalu, kenangan akan pertemuan tidak disengaja. Pertemuan yang entah mengapa mengubah nasib Altheon saat itu.
Rambut halus berwarna merah muda dengan manik mata merah mudanya sangat memikat siapapun yang melihatnya. Teman pertamanya. Orang pertama yang mempedulikannya selain ibunya sendiri.
"Kamu baik-baik saja?"
Suaranya kembali teringat. Wajahnya yang terlihat khawatir dan uluran tangan kecilnya memberikan sensasi kupu-kupu di dalam hati Altheon.
Setidaknya ... Aku ingin lebih banyak mengobrol dengannya ....
Altheon memejamkan matanya. Tiga detik yang begitu lama itu memberikan banyak kilas balik yang membuat Altheon merasa menyesal tidak melakukan apa yang ingin ia lakukan.
Stab!
Belati itu menancap tepat di jantung Altheon. Besi dingin itu menggesek hingga masuk ke dalam daging, memberikan sensasi panas yang menggerogoti dari dalam.
Namun, detik itu juga sebuah suara yang asing tapi entah mengapa terasa begitu familiar terdengar.
"Akhirnya kamu berhasil membangkitkannya, nak. Sekarang, hiduplah!"
Setelah suara pria asing itu menghilang, sebuah cahaya yang muncul dari jantung Altheon membuat sebuah ledakan yang begitu kuat hingga mengguncang tanah.
Guncangan itu sangat dahsyat hingga getarannya terasa sampai istana utama.
Orang-orang yang berada di istana utama terlihat panik dan berlari keluar. Elena yang terbangun karena guncangan hebat itu langsung berlari ke ruangan Ellios.
"Yang Mulia!" Elena langsung membuka pintu kamar Ellios tanpa permisi. Ellios yang terjatuh di lantai dengan beberapa pecahan guci di lantai membuat Elena langsung mendatanginya dengan cepat.
"Yang Mulia, ayo kita cepat keluar dari sini!!" Elena memapah Ellios di pundaknya dan menuntun keluar istana.
Guncangannya masih terasa begitu kuat hingga langkah Elena sedikit goyah. Namun, ia menguatkan tekadnya untuk menyelamatkan Ellios. Ia tidak ingin terkubur bersama Ellios di puing-puing istana.
Sedangkan di tempat ledakan dahsyat itu terjadi, istana bulan yang sudah kehilangan pemiliknya itu akhirnya perlahan runtuh, menghancurkan seisi kenangan yang begitu berharga bagi seorang anak. Taman yang selalu di rawat oleh seseorang itu harus hancur karena terhantam puing-puing bangunan. Sedangkan Altheon dan orang misterius itu menghilang tanpa jejak seakan tidak pernah ada siapapun disana.
Malam itu benar-benar sebuah bencana misterius yang terjadi tanpa diketahui sebabnya. Para pakar istana mengatakan bahwa itu di sebabkan oleh bencana alam.
Tidak ada yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Keruntuhan istana bulan menjadi sebuah misteri di kalangan para bangsawan.
Banyak yang berspekulasi tentang arwah Permaisuri yang ingin membawa seluruh tempat yang memiliki ikatan dengannya. Ada juga yang berspekulasi bahwa bangunannya sudah terlalu tua untuk bertahan dari guncangan hebat itu.
...★----------------★...
Ketika semua orang tengah ribut dengan fenomena aneh itu. Seorang anak yang tersangka sebagai penyebab fenomena itu sedang terlelap di dalam sebuah hutan dengan wajah begitu tenang.
Tidak ada tanda luka tusukkan yang seharusnya berada tepat di dada sang anak. Hanya meninggalkan sisa darah yang menempel di bajunya.
Sedangkan orang yang menancapkan pisau itu terkapar di samping anak itu dengan bagian tubuh yang telah terpotong-potong.
Sebenernya apa yang terjadi semalam?
To Be Continued