PENGANTIN PENGGANTI
Dianggap sebagai pembawa sial Khansa dikirim ke desa oleh sang Ayah, karena perkataan salah satu peramal yang mengatakan bahwa Khansa adalah pembawa Sial.
Khansa memiliki ibu tiri dan dua saudara tiri. Maharani, ibu tiri Khansa memiliki latar belakang sebagai ratu film terpopuler, sangat pandai bermain trik. Status awalnya hanyalah wanita simpanan ayah Khansa, lalu sekarang malah berhasil menjadi istri sah.
Di kota Palembang, di rumah utama isvara nampak perdebatan sengit sedang terjadi, ini adalah perdebatan tentang perjanjian nikah antara dua keluarga yang telah diputuskan oleh generasi yang lebih tua. Pernikahan diatur dengan keluarga salah satu keluarga besar dari empat keluarga besar yang ada di Palembang.
Seharusnya ini adalah hal yang menggembirakan, karena salah satu anak perempuan dari keluarga Isvara akan menikah dengan salah satu Tuan Muda berkuasa besar di Palembang.
Namun Maharani tidak rela jika putri kandungnya harus menikah dengan pria yang sakit-sakitan. Tuan Muda yang di jodohkan adalah Leon Sebastian yang diketahui tengah mengidap penyakit yang sangat parah, dan keluarga Sebastian menginginkan agar Leon Sebastian memiliki keturunan, karena itulah pernikahan ini diaturkan.
Karena sakit, selama ini tidak pernah ada yang tahu bagaimana rupa Leon Sebastian, yang selama ini terisolasi tinggal di Villa Anggrek.
"Tidak mau! Jihan tidak mau menikah dengan pria cacat itu," protesnya.
"Bu, aku ini cantik lho. Masa Ibu begitu tega menikahkan aku dengan Leon," ujar Jihan.
"Lalu kita harus bagaimana, tetua keluarga sudah memutuskan salah satu anak perempuan dari keluarga Isvara harus menikahi Leon?" tanya Maharani lirih.
Mereka berdua nampak sama-sama berpikir, lalu tiba-tiba Jihan berdiri sembari sedikit berjingkrak dan menepuk tangannya.
"Khansa…" ujar Jihan.
"Khansa," ujar Maharani.
"Iya Bu, lekas jemput Khansa. Biarkan dia saja yang menjadi pengantin untuk Leon," usul Jihan.
Maharani merasa puas jika anak pertamanya ini mewarisi kelicikannya yang cerdas, "kau pintar sekali," pujinya.
Maharani pun pergi ke kamar utama, Tuan Fauzan Isvara nampak masih mengerjakan beberapa berkas bisnisnya. Maharani menghampiri lalu memijit-mijit bahu suaminya itu.
"Ada apa?" tanya Tuan Isvara.
"Tentang pernikahan," jawab Maharani.
"Keputusan para tetua tidak bisa dibantah," jawab Tuan Isvara.
"Ih kau ini, belum selesai bicara sudah kau potong saja," gerutu Maharani.
"Katakan dengan jelas!" perintah Tuan Isvara.
Maharani pun berdiri di depan meja kerja Tuan Isvara, "Kita jemput Khansa ya!" pintanya.
"Khansa?" tanya Tuan Isvara.
"Iya, bukankah Khansa sudah 20 tahun. Usia yang tepat untuk menikah," jelas Maharani.
"Jihan, masih terlalu muda untuk menikah," jelas Maharani lagi sembari membujuk.
"Lagipula, apa kau tega melihat Jihan menikah dengan pria sakit-sakitan seperti Leon?" tanya Maharani dengan melirih.
Tuan Ishvara berpikir sejenak, "lakukan saja seperti yang kau mau, tapi pastikan itu tidak akan membawa malu nama keluarga kita," tutur Tuan Isvara.
Maharani pun bersorak horai gembira dalam hati, "terima kasih."
Sementara itu di Pagar Alam, di lereng bukit Dempo nampak Khansa sedang sibuk menebar jaring ikan di sungai, untuk menangkap ikan semah.
Sungai Lematang adalah sungai besar yang ada di Pagar Alam, yang melewati lereng bukit Dempo. Di sinilah Khansa Isvara dibesarkan, oleh keluarga dari ibu kandung Khansa yang telah pergi selamanya meninggalkan Khansa ketika Khansa berusia sembilan tahun.
Menjelang siang hari, Khansa kembali ke rumah dengan membawa hasil tangkapan ikannya, "hari ini kita akan makan gulai ikan," ujar senang Khansa.
"Tante Anjani, lihat deh ikan semah ini berukuran gembul semua," ujar Khansa sambil tertawa senang.
Namun wajah Anjani dan Nenek Rima terlihat sedih. "Ada apa ini? Kenapa semua nampak sedih?" tanya Khansa.
"Sini duduk!" pinta Nenek Rima.
Khansa pun meletakan ikan-ikan yang baru saja tadi ditangkanya dan duduk di sebelah Nenek Rima. "Ada apa ini Nek?" tanya Khansa lagi.
"Khansa, sebentar lagi kau harus kembali ke kota palembang. Ke rumah ayahmu," jawab Nenek Rima.
"Tapi kenapa? Aku senang tinggal disini bersama Tante Anjani dan Nenek."
"Dengarkan Nenek, usia kau sudah 20 tahun. Saatnya kau menikah," jelas Nenek Rima.
"Ayahmu sudah ada calon untuk kau," jelas Nenek Rima.
"Menikah? Tidak mau!" tukas Khansa.
"Khansa dengar apa kata Nenek," nasehat Tante Anjani.
"Nenek sudah semakin tua, tenaga sudah tidak sekuat dulu lagi. Kalau nanti Nenek tutup usia, Nenek akan tenang karena sudah ada yang menjaga kau nanti," tutur Nenek Rima seraya membujuk Khansa sambil menangis.
"Nenek … jangan menangis, jangan menangis!" pinta Khansa.
"Kalau begitu mau ya menikah!" pinta Nenek Rima.
Khansa pun mengangguk mau, Nenek Rima hanya bisa mengusapi lembut puncak kepala Khansa, satu-satunya harta berharga yang telah ditinggalkan oleh putri kesayangannya itu.
Keesokan paginya Khansa pun pergi ke kabupaten tetangga, kabupaten Lahat. Satu-satunya kabupaten terdekat yang di lewati kereta api. Karena tinggal di lereng gunung dempo maka perjalanan ke Lahat akan memakan waktu dua jam, dengan menaiki angkutan umum, dan akses jalan yang naik turun bukit.
Sesampainya di Lahat, Khansa pun membeli tiket untuk ke stasiun Kertapati, Palembang Kota, membeli tiket kelas eksekutif. Khansa duduk didalam kereta api sambil membaca buku.
Khansa bangun dari kursinya dan ingin pergi ke toilet yang ada di dekat bagian pintu masuk kereta. Tiba-tiba pintu kereta terbuka.
Embusan dingin dan bau amis darah masuk dari pintu, sebuah sosok yang besar terjatuh kedalam dan tak sadarkan diri.
Kemudian disusul oleh sekelompok orang berpakain hitam yang bergegas masuk dan ingin langsung membunuh pria yang tak sadarkan diri itu.
Tapi mereka melihat Khansa yang berdiri sambil memeluki buku di dadanya itu, mereka pun ingin membunuh Khansa untuk melenyapkan saksi mata.
Khansa melihat senjata ditangan mereka dan berpura-pura panik lalu memohon ampun. Sedangkan pria dengan sebuah bekas luka di wajah yang merupakan bos mereka justru tertarik oleh sepasang mata indah yang tidak tertutup oleh cadar. Nafsu bos itu pun bangkit, dan malah mengancam Khansa.
"Jika kau masih mau hidup maka layani kami!" ujar si bos tersebut.
Khansa berdiri didepan pintu toilet kereta api, si bos tersebut menerjang kearah khansa, meletakan satu tanganya di pintu toilet, dan mulai ingin melepaskan baju Khansa.
Detik berikutnya tangannya di genggam oleh tangan kecil Khansa yang putih mulus, pria itu melihat sepasang mata yang dingin menusuk, Khansa tersenyum, membuka pintu Toilet lalu menjempit tangan si bos dengan pintu toilet.
Detik berikutnya Khansa menusuk pelipis bos tersebut dengan jarum perak yang kecil panjang, lalu bos tersebut mati di tempat.
Para anak buah bos tersebut, merasa panik dan hendak menerjang Khansa, tapi tepat disaat itu, pria yang tadi terjatuh ke lantai segera berdiri dan merebut senjata ditangan pria berbaju hitam, tenggorokan para pria berbaju hitam dipotong dan terjatuh satu persatu.
Khansa sudah tahu sejak awal, meskipun pria ini berlumuran darah, tapi dia pura-pura pingsan. Darah ditubuhnya adalah milik orang lain. Pura-pura pingsan karena hanya ingin membuat orang-orang ini lengah.
Khansa memperhatikan sosok pria berbadan tinggi tegap yang ada di hadapannya ini. Wajah tampannya terlihat tegas dan memiliki sudut-sudut tajam. Terlihat dewasa, ningrat dan acuh tak acuh dan terlihat sulit untuk di dekati.
Sementara Leon memperhatikan Khansa yang memililiki tatapan mata yang cerah dan tajam, kulit putih dan alis seperti pohon Willow.
"Tuan Muda, maaf kami terlambat."
Leon mulai mendekati Khansa, selangkah demi selangkah lalu mencubit dagu Khansa, "Hmm … Sebaikanya aku apakan ya?"
Khansa mengerti dia telah melihat hal yang seharusnya tidak dia lihat. "Bagaimana ini, cara melarikan diri," pikir Khansa.
Khansa mundur selangkah, 'plak' dia memukul pipi Leon yang mencubit dagunya. "Jangan kurang ajar!" hardik Khansa.
"Aku adalah calon pengantin dari Tuan Muda Leon Sebastian," ungkap Khansa.
Baru saja ditampar oleh wanita, Leon mentertawai dirinya sendiri sambil mengusap pipinya sambil berkepresi aneh, "Ini adalah pengantinnya," gumam Leon dalam hati.
Khansa yang tidak mengetahui apa-apa melanjutkan ancamannya, Pernikahan Villa Anggrek diketahui oleh seluruh penjuru kota, menggemparkan seluruh kalangan atas.
Khansa berpikir Jika pria ini berani menyentuhnya maka dia akan berada dalam masalah besar, orang di Villa Anggrek tidak akan mengampuninya, terlebih lagi empat keluarga besar di Palembang.
Leon pun semakin tertawa mendengar ancaman Khansa, hari ini Leon ingin dibunuh oleh atas perintah dari mitra bisnisnya, sungguh suatu kebetulan yang indah bisa bertemu dengan pengantinnya.
Leon melepaskan Khansa, dan meninggalkan sebuah kalimat. "Kita akan bertemu lagi secepatnya." Kemudian Leon pergi dengan membawa orangnya.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
MOHON DI PERHATIKAN :
SILAHKAN BACA DULU BAB CADAR KHANSA YAH, AGAR TIDAK SALAH BEDAKAN MANA CADAR MANA NIQAB.
DEMI KELANCARAN MENGHALU KALIAN AUTHOR SANGAT SARANKAN LOMPAT DULU KE BAB CADAR KHANSA.
FOTO INI ADALAH, ILUSTRASI CADAR YANG KHANSA PAKAI YA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
ANNTIE
/Smile/
2024-10-17
0
Rica Arthur
thor dr palembang yaaa soalnya detail bgt nyebutin kota2 nya 😁
2024-07-10
0
ap see see
aku malu🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2024-04-20
0