Yurina, gadis 20 tahun terpaksa mengandung dari seorang CEO tempat ia berkerja, akibat insiden yang terjadi di malam ulang tahun perusahaan.
Selama beberapa bulan Yurina dan Moranno hidup bersama dalam ikatan pernikahan, tanpa di sadari cinta hadir diantara mereka.
Lika - liku perjalanan rumah tangga mereka diwarnai orang - orang yang ingin memisahkan hubungan mereka.
Baik Yurina maupun Moranno, sama - sama menjaga hati mereka untuk sang pasangan hidup.
Berdoa yang benar, berpikir yang benar, dan hidup yang benar, akan membawamu bertemu dengan kebahagiaanmu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 "Beritahu aku, bagaimana cara mengenalmu"
Moranno membuka pintu mobil, dan mempersilahkan isterinya itu keluar, lalu menutup pintu mobil kembali dengan rapat.
Saat memasuki rumah, Moranno melihat ibunya dan Gandis masih berbincang diruang tamu. Moranno menggandeng tangan Yurina, Gandis melihatnya dengan wajah cemburunya.
"Kalian sudah kembali?" Tanya nyonya Agatsa pada putranya.
"Iya mom. Apa mommy ingin tahu hasil pemeriksaan kandungan Yurina." Tanya Moranno dengan wajah terlihat senang menatap wajah ibunya. Moranno dan Yurina menghentikan langkahnya didekat sofa dimana ibunya duduk bersama Gandis.
"Tidak, semua yang ada hubungannya dengan isterimu, mommy tak mau mendengarnya." Jawab nyonya Agatsa ketus.
Wajah Moranno yang sumringah langsung berubah datar. Yurina yang menyadari hal itu langsung mengelus lengan Moranno dengan lembut supaya hati suaminya itu tetap dingin, walaupun perkataan ibu mertuanya yang tertuju padanya itu melukai perasaannya.
Moranno yang merasakan elusan tangan isterinya dilengannya lalu menarik tangan isterinya itu untuk segera pergi meninggalkan ruang tamu.
"Moranno tunggu..." Panggil nyonya Agatsa saat melihat putranya melangkah pergi meninggalkan ruang tamu membawa isterinya.
"Ada apa lagi mom?" Tanya Moranno sambil membalikan wajahnya memandang ke arah ibunya.
"Antarlah Gandis pulang kerumahnya." Perintah nyonya Agatsa pada putranya.
"Naik taxi saja mom." Kata Moranno singkat.
"Moranno ini sudah larut malam." Alasan sang ibu lagi.
"Kenapa tidak sedari tadi pulangnya sebelum larut malam." Kata Moranno mulai kesal.
"Moranno, mommy yang menyuruh Gandis menunggumu. Kenapa juga kau terlalu lama mengantarkan wanita itu periksa kedokter."
"Mom, Yurina isteriku, sudah kewajibanku mengantarkannya memeriksakan kandungannya. Ia mengandung anakku mom. Juga tidak baik seorang pria beristeri mengantarkan seorang gadis, nanti orang tuanya salah paham lagi." Kata Moranno sambil menekan nama seseorang di kontak ponselnya.
"Pak Kasan tolong antarkan nona Gandis pulang kerumahnya." Kata Morano saat ponselnya diangkat diseberang sambungan telepon. Setelah mendapat jawaban, Moranno lalu mematikan sambungan teleponnya.
"Tapi mommy mau kamu yang mengantar Gandis Moranno." nyonya Agatsa bersikukuh.
"Maafkan aku mom, aku tak mau berdebat, sebentar lagi pak Kasan tiba untuk mengantar tamu mama itu pulang." Ujar Moranno sambil membawa Yurina berlalu meninggalkan ruang tamu.
Wajah nyonya Agatsa terlihat kesal dan berusaha menahan amarahnya pada putranya yang tidak bisa diatur olehnya. Hal itu membuat kebenciannya pada Yurina semakin bertambah. Gandis pun tampak sangat kecewa, tapi berusaha tersenyum supaya terlihat kuat dan sabar dihadapan ibu Moranno.
***
"Maafkan mommy yang sering berkata tidak enak didengar." Kata Moranno sesaat setelah berada didalam kamar.
"Iya aku mengerti, ibu melakukan itu karena ibu sayang padamu, ia menginginkan yang terbaik untuk anaknya." Kata Yurina berkata tulus.
"Tapii bukan Gandis, wanita itu sangat licik. Mommy tidak mengenalnya dengan baik." Kata Moranno.
"Apa kau sangat mengenalnya?" Tanya Yurina memberanikan diri memandang wajah suaminya itu.
"Sejak SMU aku satu sekolah dengan Rosalie, Margareth dan Gandis mereka bertiga sekelas, berbeda denganku, tapi aku tidak berteman dengan Gandis, hanya dengan Rosalie karena dia sahabat baik adikku Margareth yang pernah aku ceritakan saat kita dikebun bunga mawar. Hingga kuliah diluar negeri kami bertiga satu kampus, Aku di manajemen bisnis, untuk meneruskan bisnis daddy, Margareth dan Rosalie jurusan kedokteran. Aku juga heran kami bisa satu kampus dengan Gandis. Dia termasuk mahasiswi yang pandai juga. Namun ia anak yang dimanjakan oleh orang tuanya karena sesuatu alasan, sehingga apapun yang diinginkannya harus terpenuhi." Kata Moranno lagi.
Kedua orang tua ku dan orang tua Gandis teman lama, orang tua Gandis sangat baik.
"Ternyata kau cukup lama mengenalnya, juga orang tua kalianpun juga sudah saling mengenal dengan baik. Apa kau juga sudah mengenalku dengan baik?" Tanya Yurina yang masih memandang kearah Moranno yang berbaring disebelahnya.
Moranno yang menatap langit-langit kamar lalu memiringkan posisi tubuhnya menghadap wajah Yurina yang tengah memandangnya sejak tadi.
"Beritahu aku bagaimana cara mengenalmu?" Moranno balik bertanya pada isterinya dengan tatapannya yang tak melepaskan pandangan isterinya.
"Aku.... Tidak tahu..." Kata Yurina yang mendadak gugup mendapat tatapan yang dalam dari suaminya itu. Ia lalu berusaha menghindar dengan membalikan tubuhnya.
"Jangan menghindariku." Tangan Moranno menahan tubuh Yurina dan merapatkannya ketubuhnya. Yuriana berusaha melepasakan diri, namun Moranno semakin erat mendekap tubuhnya.
"Aku... susah.... bernapas...." Kata Yurina terengah-engah disela-sela bicaranya.
"Maafkan aku... makanya kau jangan berusaha menghindariku." Kata Moranno sambil melonggarkan dekapannya.
"Tetaplah seperti ini." Kata Moranno lagi saat isterinya itu sudah tidak memberontak lagi.
"Dengarkan aku baik-baik." Kata Moranno sambil membenarkan posisi selimut keduanya.
"Usia tujuh hari, kau diantar seorang wanita yang mengaku ibumu ke panti asuhan Benih Kasih dengan janji hanya menitipkanmu satu bulan saja sampai ia bisa melunasi biaya rumah sakit saat ia melahirkanmu. Namun ibumu itu tak kunjung kembali."
"Usia enam tahun kau mengalami gizi buruk, karena sangat sulit bila disuruh makan, tubuhmu yang kurus kering menjadi bahan bullyan saat kau masuk Sekolah Dasar. Usia delapan sampai lima belas tahun kau berjualan kue keliling buatan rumahan milik enam orang ibu yang menjadi tetangga panti asuhan."
"Usia enam belas sampai delapan belas tahun, saat kau SMU, kau bekerja paruh waktu di warung makan Ibu Salim sebagai pencuci piring, mulai saat itu kau berkontribusi membantu ibu panti menyediakan sayuran di panti asuhan tempat kau dibesarkan."
"Lulus SMU kau masuk perguruan tinggi mengambil jurusan Tekhnik Sipil. Karena biaya kuliah yang besar kau menambah waktu bekerja di loundry."
"Usia dua puluh tahun kau berkerja di Properti Agatsa Grup menjadi pegawai cleaning service. Karena alasan jarak tempat berkerja, kau dan Lisa sahabatmu memutuskan untuk kost bersama. Disitulah kau memutuskan mengambil cuti kuliahmu, karena kau lebih memilih tetap berkontribusi pada panti asuhan." Tutur Moranno.
"Bagaimana kau bisa mengetahui semuanya itu?" Kata Yurina yang terheran- heran saat mendengar apa yang dikatakan Moranno sangat tepat seperti apa yang terjadi pada dirinya.
"Ada orang-orangku yang kuperintahkan mencari semual hal tentangmu. Bahkan itu garis besarnya saja yang kusampaikan, belum detailnya, misalnya orang-orang dimana engkau berkerja, aku sudah menemui mereka." Tambah Moranno lagi.
"Benarkah? Kapan kau melakukannya?" Tanya Yuriana semakin terheran.
"Setelah aku memintamu menikah denganku sampai waktu aku menikahimu ada jedah waktu tiga minggu untukku mendatangi orang-orang tersebut untuk mengkonfirmasi kebenaran data laporan yang kuterima tentangmu disela-sela kesibukanku."
"Bahkan sebelum aku melihat kau mengunci tangan Gandis sore tadi aku sudah tau kalau kau memiliki ilmu bela diri. Itu sebabnya aku hanya menontonnya dari kejauhan." Ucap Moranno sambil tersenyum mengingat apa yang dilakukan Yurina pada Gandis.
Yurina sedikit malu, ia membenamkan wajahnya pada dada bidang suaminya.
"Juga pada saat insiden malam itu saat aku memperkosamu aku merasa kau begitu kuat melawanku untuk membela dirimu, tapi aku tak dapat menahan hasratku saat aku dibawah pengaruh obat rangsangan itu. Aku sungguh-sungguh minta maaf atas perlakuan jahatku padamu saat itu." Kata Moranno bersungguh-sungguh dari hatinya hingga suaranya terdengar bergetar.
Suasana menjadi hening. Yurina dapat mendengar detak jantung suaminya tepat ditelinganya. Ini untuk ketiga kalinya suaminya itu meminta maaf atas insiden yang terjadi antara mereka berdua dimalam ulang tahun perusahaan.
Entah mengapa, perasaan takut yang sering kadang menghinggapinya saat mengingat kejadian itu tiba-tiba saja sirna, bahkan hatinya terasa nyaman berada dalam dekapan suaminyà itu. Yurina mendongakkan wajahnya melihat suaminya yang memejamkan mata sambil tetap mendekapnya dengan erat.
"Maafkan aku juga yang pernah mengatakan kau pria yang jahat dihadapan dokter Rosalie waktu kita dirumah sakit." Kata Yurina dengan suara yang lirih namun terdengar oleh Moranno.
Moranno lalu membuka matanya dan menatap wajah Yurina dengan dalam.
"Beri aku kesempatan untuk masuk dalam hatimu. Kita buka lembaran baru. Saat pertama kali aku melihat janin dalam tubuhmu dilayar monitor sebelum kita menikah, aku sudah menginginkanmu, sampai tadi aku melihat kedua bayi itu yang bergerak-gerak bertambah-tambah hasratku memilikimu menjadi wanitaku dan ibu dari anak-anakku."
Yurina yang mendengarkan semua ungkapan hati Moranno sudah tak sanggup lagi menatapnya, ia kembali membenamkan wajahnya ke dada pria yang menjadi suaminya itu lalu membalas dekapan Moranno dengan erat.
Walau Yurina tak menjawab ungkapan hatinya dengan kata-kata, tapi Moranno dapat mengetahui dan merasakan dari bahasa tubuh isterinya itu bahwa Yurina setuju dengan apa yang telah ia sampaikan.
Moranno lalu mencium pucuk rambut Yurina dan mengeratkan dekapannya pula pada isterinya itu.
***