Karena kejadian di malam itu, Malika Zahra terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan bocah bau kencur!" gerutu seorang pria.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan pak tua!" Lika membalas gerutuan pria itu. "Sudah tua, duda, bau tanah, hidup lagi!"
"Malik! mulutmu itu!"
"Namaku Lika, bukan Malik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil?
Di dalam mobil, Lika kembali mencoba menghubungi Ratna. Tapi nomornya tetap tidak aktif.
Lika sangat kesal sekali. Ratna sudah kabur. Tadi ia juga menelepon ke tempat kerja dan katanya Ratna sudah mengundurkan diri.
Air matanya berlinang deras. Ia tidak bisa membalas Ratna setelah membuatnya begini. Enak sekali hidupnya Ratna itu. Setelah menjualnya lalu kabur.
Lika hanya mendoakan semoga Ratna tidak tenang selama hidupnya.
Kini Lika menatap kontak sang kekasih. Tertera nama Boni cintaku.
Selama beberapa hari ini tidak ada panggilan atau masuk pesan. Boni tidak menghubunginya.
Wanita itu ingin menghubungi tapi ia takut. Ia sudah menikah sekarang, bagaimana menjelaskan pada Boni.
Jika pun menjelaskan, apa Boni tetap mau menerima dirinya.
Kepala Lika mendadak pusing, ia tidak ingat malam itu. Apa pak tua di sebelahnya menyentuhnya atau tidak?
Jika tidak menyentuhnya, ia masih perawan dan Boni pasti masih mau menerimanya. Karena cinta mereka.
Tapi, kalau pak tua sudah menyentuhnya. Kemungkinan dia akan hamil dan kalau pun tidak hamil ia sudah tidak perawan lagi. Apa Boni mau menerimanya?
"Arghhh!" teriak Lika kesal. Kenyataan hidup apa ini?
Evan yang sedang menyetir kaget. Si Malik mendadak berteriak. Apa kesambet?
Kini mobil berhenti di depan sebuah rumah makan. Perut Evan lapar, ia belum sarapan padahal hari menjelang siang.
"Om!" panggil Lika.
"Hmm," jawab Evan seraya membuka sabuk pengaman.
"Apa malam itu om menyentuhku?" tanya Lika dengan wajah serius. Ia benar-benar tidak ingat apa yang terjadi malam itu.
Evan diam. Ia juga tidak tahu sudah menyentuh Lika atau tidak.
"Om jawab!" desak Lika. Ia bingung sendiri dan butuh jawaban pasti.
"Aku tidak tahu, Malik!" ucap Evan tidak yakin. Ia juga bingung.
"Om jahat!" Lika memukuli tubuh besar itu. "Apa yang harus ku katakan pada pacarku?"
Lika kini mulai menangis. Ia tidak mengerti dengan hidup yang dijalaninya saat ini. Ia merasa tertekan batin.
"Boniku pasti kecewa padaku. Aku sudah menyakitinya. Huhuhu," Lika pun menangis tersedu-sedu. Ia tega menyakiti Boni, pria yang begitu baik dan setia.
Evan diam memperhatikan si Malik yang kembali menangis. Kini bisa-bisanya malah menangisi pacarnya di depan suaminya. Luar biasa sekali wanita itu.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Makanlah!" pinta Evan ketika sudah kembali ke apartemennya. Tadi mau makan di luar, tapi karena Lika terus menangis jadi minta dibungkus.
"Aku tidak mau makan!" Lika menjauhkan nasi bungkus itu dan berlari menuju kamar.
Evan menggeleng. Ia tidak mengerti menghadapi bocah labil itu.
Perut sudah lapar, Evan memilih makan saja. Ia makan dengan lahap sambil menonton tv.
Selama seminggu ke depan, Evan tidak ke kantor. Ia mendapat cuti seminggu. Selama seminggu suntuk ini akan terus-terusan melihat Lika.
Pria itu melirik kamarnya yang tertutup, entah apa yang dilakukan bocah itu di kamarnya. Mungkin masih menangis.
Setelah selesai makan, Evan mengetuk pintu kamar. Ia ingin berganti baju.
"Malik!" panggil Evan seraya mengetuk pintu dengan pelan. Ia tidak seperti Lika yang main gedor-gedor saja.
Tidak ada jawaban, Evan pun menekan handle dan pintu terbuka. Ia melihat Lika bergumul dalam selimut.
"Hei, kamu tidak makan?" tanya Evan. Sepertinya wanita itu tadi juga belum sarapan.
Lika tidak menjawab, membuat Evan menarik selimut. Wanita itu bisa tidak bernafas.
"Apa sih, om?" tanya Lika dengan nada tinggi. Wajahnya sudah penuh dengan air mata.
"Kamu kalau mau tidur yang benar. Kalau nanti kamu mati itu sangat menyusahkanku!" ucap Evan dengan sengit.
"Om!" rengek Lika. Ia duduk di tempat tidur dan menatap Evan.
"Apa?" tanya Evan dengan wajah bingung. Malik lagi uring-uringan tidak jelas.
"Apa Boniku bisa menerimaku yang seorang janda?" tanya Lika. Jika bercerai dari Evan, ia akan menjadi seorang janda. Apa Boni masih mau menerimanya?
Evan menunjukkan wajah anehnya, pertanyaan apa itu?
"Om dan aku terpaksa menikah. Kita kan akan bercerai 2 bulan lagi. Terus menurut om, apa Boniku bisa menerimaku dengan status janda?" tanya Lika dengan pikiran yang berputar-putar.
Lika yakin akan bercerai 2 bulan lagi. Ia yakin jika pun terjadi sesuatu padanya malam itu, ia pasti tidak hamil. Tidak mungkin saja sekali berhubungan badan langsung bunting.
Evan memang tampak sehat dan kuat. Tapi itu pasti hanya covernya saja. Pria itu pasti lemah syah wat. Buktinya bercerai dari istri pertamanya.
Lika juga mendengar kabar jika istri pertama Evan menikah beberapa bulan yang lalu dan kini sedang hamil. Sedang selama bersama Evan, mantan istrinya itu tidak hamil.
Yakin sekali, jika Evan itu pria impoten.
Evan memilih masuk ke kamar mandi. Ia akan membersihkan diri sekaigus keramas. Meladeni Lika, pusing lah kepala batman.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Pagi menjelang, Evan membuka mata dan menguap panjang. Ia bangun dan memegangi pinggangnya.
Tidurnya tidak pernah nyenyak semenjak kamarnya dirampas penjajah.
Tadi malam Evan bersikeras untuk tidur di kamar, tapi ia kalah dari penjajah itu. Lika menggunakan jurus cubitan maut. Cubitan yang sakitnya sampai ke tulang berulangnya.
"Malik, buka pintu! Aku mau mandi!" Evan mengetuk pintu pelan.
"Malik! Malik!" panggil Evan. Pintu tidak dibuka-buka.
Pintu pun terbuka dan terlihatlah wanita yang berwajah kesal.
"Om, nanti pakaianmu akan ku keluarkan saja. Jadi tidak perlu masuk-masuk kamarku!" ucap Lika. Di dapur ada kamar mandi juga, jadi Evan tidak mengganggunya.
Ubun-ubun Evan terasa memanas, seenaknya Malik mengaturnya. Ini tempat tinggalnya.
Lika melengos dan kembali duduk di tempat tidur. Ia kembali berdandan. Hari ini ia akan kembali masuk kerja.
Evan berjalan ke kamar mandi, berjalan melewati Lika dengan tatapan membunuh.
"Minggir, om!" teriak Lika tiba-tiba berlari ke arahnya.
Lika masuk ke kamar mandi dan,
Huweeek... Huweeek...
"Malik! Kamu kenapa?" tanya Evan jadi takut. Apa wanita itu punya penyakit menular?
Lika membersihkan mulutnya. Wajahnya pucat pasih dan tubuhnya mendadak lemah.
"Om, apa-?" ucap Lika begitu keluar dari kamar mandi. Ia menatap Evan dengan tatapan yang mau menangis.
"Apa?" tanya Evan sengit. Sepertinya Lika memang cengeng dan mudah menangis. Muntah saja pun nangis.
"Apa, apa aku hamil?" tanya Lika. Tanda kehamilan kan muntah-muntah. Apa ada anak Evan di perutnya.
"Apa?" tanya Evan yang terkejut dengan apa yang dikatakan Lika.
"Apa aku hamil, om?" Lika mengulang pertanyaannya.
"Apa?"
"Apa aku hamil?"
"Apa?"
"Dasar pak tua budek!!!"
.
.
.
gmn hayo Lika, jadi gak minjem uang ke Evan untuk transfer Boni? 😁
Van, tolong selidiki tuh Boni, kalau ada bukti yg akurat kan Lika biar sadar tuh Boni hanya memanfaatkan dan membodohi nya doang
makanya jangan perang dunia trs, romantis dikit kek sebagai pasutri 😁