Demi menjauhi pernikahan yang diinginkan oleh papanya, Adilla Atmadja, biasa dipanggil dengan sebutan Dilla pun memilih jalan pintas, yakni dengan melakukan hubungan satu malam bersama pria yang tidak dia kenal sebelumnya, hanya demi bisa mendapatkan bibit yang paling unggul untuk menjadi penerus keluarga Atmadja nantinya dari orang tersebut. Di mana ternyata pria itu merupakan seorang CEO perusahaan ternama yang tengah menyamar menjadi orang biasa.
Bagaimana nasib Dilla nantinya? Baca terus kisahnya hanya di karyaku yang ke-11 ini. Terkmakasih^^
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 13. Kuliah
Ya. Kendra bangun dari tidurnya, menatap ke sekitar dan mencari wanita yang sudah dia tiduri. Bukan bukan, maksudnya yang lebih tepat untuk sebutan wanita itu ialah wanita yang telah memperkosa dirinya. Walaupun pada akhirnya dirinya juga menikmatinya. Sangat malahan.
Kendra meraih handuk yang ada di sandaran kursi yang ada di sampingnya, melilitkannya di pinggang lalu berdiri. Pria itu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Siapa tahu saja wanita yang sedang dia cari berada di sana.
Pria bertubuh tinggi dan gagah itu tersentak kaget di kala matanyaa menangkap sebuah pemandangan yang tak biasa.
“Maksudnya dia membayarku atas apa yang kulakukan semalam?”
Kendra menggelengkan kepalanya saat melihat satu gepok uang yang tertera jumlahnya di sana sepuluh juta.
“Shhh!” Kendra menarik satu sudut bibirnya ke atas. Tidak menyangka jika dirinya justru di bayar. Padahal yang seharusnya terjadi itu sebaliknya. “Benar-benar wanita aneh,” ucap Kendra.
Kendra paham, jika ada uang itu berarti Dilla sudah pergi meninggalkan kamar hotel ini. Bahkan Kendra juga tidak menemukan satu jejak pun dari wanita itu.
Ingin menanyakan hal yang lebih lanjut lagi kepada pegawai hotel, dering ponsel miliknya terdegar. Tanda kalau ada orang yang menghubungi dirinya.
Dengan hanya handuk yang menutupi bagian terpenting tubuhnya, Kendra melangkah mengambil ponselnya yang masih berada di dalam saku celana. Sedanngkan celana itu tergeletak di dekat sofa yang ada di sisi ruang kamar tersebut.
“Ya?” sahut Kendra setelah menggeser tombol hijau di layar ponselnya. “Oke, bentar lagi aku ke sana.”
Setelah berkata seperti itu, Kendra memutus panggilan mereka. Lalu pria itu segera masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan diri dari keringat kerja enaknya semalam. Sudah merasakan nikmat yang sangat luar biasa, ia juga mendapat uang yang lumayan banyak dan cukup untuk ngafe dua minggu. Pikir Kendra sembari tertawa kecil mengingat tingkah Dilla semalam.
Tidak ingin terhanyut dalam kenangan yang sangat indah itu, Kendra dengan segera menyelesaikan ritualnya dan menelpon seseorang untuk mengantarkan bajunya ke sini.
Pukul 08:00
Di sebuah kamar, terlihat seorang wanita yang tengah berbaring di atas ranjang. wanita itu baru saja membersihkan diri lagi dan berganti pakaian yang lebih santai. Niat hati ingin pergi ke kampus, harus ia urungkan ketika sadar cara jalannya terlihat sangat aneh.
Beruntung, tadi salah satu asisten rumah bertanya kepada dirinya mengenai cara jalannya. Apakah ada yang sakit atau bagaimana. Menyadarkan Dilla tentang hal semalam yang dia lalui.
“Lo nggak kuliah? Ada jamnya dosen baru loh hari ini,” tanya seseorang dari balik telepon. Menghubungi Dilla sepagi ini, siapa lagi jika bukan Amira.
Ya. Mereka merupakan mahasiswi dari universitas Cempaka Putih. Mereka satu jurusan dan sering kali berangkat bareng, jika Amira tidak ada jadwal nyanyi di malam sebelumnya.
“Biarin deh. Nggak minat banget aku sama yang baru-baru,” balas Dilla yang terdengar malas. Membuat Amira yang mengernyit heran.
“Tumben?” tanya Amira.
Biasanya, jika ada dosen baru dan muda, lebih lagi wajah mereka yang mumpuni, pasti Dilla tidak akan ketinggalan sedikit pun dan akan masuk kelas tepat waktu tanpa diingatkan lebih dulu.
“Semalam aku habis lakuin itu. Ternyata sakit, anj*r!” umpat Dilla. “Kurang ajar itu si Joana yang make bilang tidak sakit sama sekali.” Imbuhya lagi.
“Hah? Lakuin itu? lakuin apaan? Tanam bibit?” cecar Amira dengan nada suara yang keras. Sampai-sampai Dilla mendengar ada suara lain yang menegur Amira.
Sepertinya wanita itu sedang berada di kelas dan suara teriakannya barusan sangat menganggu teman yang lain.
“Santai aja, nggak usah ngegas gitu,” ujar Dilla.
orang lain menjaga keperawanan.
ini malah ngasih gratis