NovelToon NovelToon
Benih CEO

Benih CEO

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Anak Genius
Popularitas:19.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Dhessy

Tentang Kania yang hamil di luar nikah. Tanpa dia tahu, yang menghamilinya adalah seorang CEO muda.

***

Dunia Kania menjadi gelap setelah malam itu. Tak ada lagi Kania yang ceria, tak ada lagi Kania yang murah senyum.

Yang ada hanya Kania yang penuh dengan beban pikiran yang gelisah menanti bulan selanjutnya. Berapa garis yang akan di hasilkan oleh sebuah testpack di bulan depan?

**

Bertahun-tahun Kania berjuang sendiri menghidupi buah hatinya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Kepandaiannya menarik orang-orang untuk menjadikannya bintang. Hingga akhirnya, lewat jalan itulah Kania di pertemukan dengan ayah kandung anaknya yang ternyata bukanlah orang biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhessy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Kedatangan Rama yang tiba-tiba mengejutkan Kania yang sedang memasukkan bunga-bunganya ke dalam mobil Tristan.

Kania meletakkan kembali pot bunga yang sudah dia pegang. Membalikkan badannya dan bergegas masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintunya.

Kania tak ingin menemui Rama.

Sejak kedatangan Kania di rumah Rama yang tak di ketahui oleh siapapun, Kania membatasi hubungannya dengan Rama. Kania tak membalas pesan masuk dari Rama. Tak mengangkat telepon dari Rama juga.

Perlahan Kania harus pergi dari kehidupan Rama. Dia tidak ingin menjadi penyebab pertengkaran Rama dan kedua orangtuanya. Kania juga tidak ingin di jadikan pilihan oleh Rama.

Dan lagi, Dita lebih pantas mendampingi Rama. Dia wanita baik-baik. Tidak seperti dirinya yang memiliki masa lalu yang memalukan.

Ketukan pintu yang keras terus terdengar. Bercampur dengan suara Rama yang terus memanggil nama Kania.

"Buka pintunya, Ka. Kita harus bicara. Kenapa kamu berubah seperti ini? Sulit di hubungi. Dan kenapa barang-barang kamu dan Shaka di kemasi semua?"

Kania enggan bersuara untuk menjawab semua pertanyaan Rama.

"Tolong, Ka. Buka pintunya sebentar saja. Kita harus bicara. Jangan diamkan aku begini." Suara Rama terdengar mulai putus asa. Lima belas menit di depan pintu kamar Kania, namun tidak ada tanda-tanda Kania akan segera membuka pintunya.

Kania masih enggan membukanya. Jangankan membuka pintunya, bersuara saja tidak.

Yang Kania lakukan hanya menatap pintu kamarnya dengan deraian air mata. Cinta yang sempat dia siram dan sudah bertumbuh subur, harus segera di matikan.

Ada yang lebih pantas untuk mendampingi Rama. Tapi bukan dirinya.

"Sudah, Mas. Biar nanti aku yang bicara ke Mbak Kania. Mungkin dia lagi pengen sendiri." Suara Tristan berusaha untuk menenangkan Rama.

Tristan sendiri sebenarnya juga sedikit heran dengan sikap Kania akhir-akhir ini. Dia banyak melamun jika sedang sendirian. Saat ditanya kenapa, dia hanya tersenyum dan berkata tidak apa-apa.

Tapi, seperti kebanyakan wanita. Pasti ada sesuatu yang besar yang di sembunyikan di balik kata tidak apa-apa.

Hanya saja, wanita itu sosok yang paling pintar untuk menyembunyikan rasa. Membalut luka dengan sebuah senyuman, itu hal biasa bagi wanita.

"Kalian mau kemana? Kenapa barang-barang di beresin semua?" Rama memandang semua koper dan tas yang ada di ruang tamu.

"Kita mau pulang ke rumah Bapak dan ibu. Mereka sudah memaafkan Mbak Kania dan meminta Mbak Kania untuk pulang ke rumah lagi."

Rama hanya bisa terdiam dengan penuh tanya di kepalanya. Hal sebesar ini, kenapa Kania tidak mengatakan pada dirinya?

Pikiran Rama terasa begitu kalut. Ada apa dengan Kania-nya? Kenapa tiba-tiba berubah seperti ini?

"Alhamdulillah kalau begitu, Tan. Aku sangat senang mendengarnya." Rama mencoba mengukir sebuah senyuman. Meski rasa kesal ada di hatinya karena Kania tak mengatakan apapun tentang hal ini.

"Mas Rama balik dulu aja. Nanti biar aku yang coba ngomong sama Mbak Kania."

Meskipun merasa enggan, Rama akhirnya mengangguk pasrah. "Kabarin terus ya, Tan. Aku balik dulu."

Tristan tersenyum dan mengangguk. "Baik, Mas. Hati-hati."

***

Setelah memastikan Rama benar-benar pergi dari rumahnya, Kania baru keluar dari kamarnya. Menengok ke kanan dan ke kiri, siapa tahu suara mobil tadi mobil orang lain, bukan mobil Rama. Kania takut Rama masih ada di rumahnya.

"Doorrr!"

"Astaghfirullahaladzim. Tristan, ih, ngagetin!" Kania memukuli lengan Tristan.

Tristan tertawa dan mengaduh karena pukulan Kania. "Udah, Mbak. Sakit."

"Biarin. Kamu iseng, sih."

"Kenapa, sih, Mbak? Ada masalah apa sama Mas Rama?"

Kania menghembuskan napas panjang, lalu menggelengkan kepalanya. "Enggak ada apa-apa."

"Cewek gitu, ya? Bilangnya nggak apa-apa, giliran di cuekin katanya nggak peka," sindir Tristan dengan halus.

"Duh, pengalaman, ya?" balas Kania.

"Kok, malah jadi aku? Yang ada masalah itu Mbak Kania sama Mas Rama. Kenapa coba langsung lari pas Mas Rama datang? Sok-sokan kunci pintu nggak mau keluar."

Senyum di wajah Kania meredup mendengar nama Rama di sebut. "Nggak ada masalah apa-apa. Udah, mau lanjut beresin barang-barang."

"Jangan menghindar lagi. Kenapa, sih, nggak mau cerita aja?"

Kania memejamkan matanya mendengar paksaan adiknya. Sejak dulu memang Kania tak pernah di ijinkan oleh Tristan untuk menyimpan masalah sendiri.

Semua harus di ceritakan pada Tristan tanpa terkecuali. Memang secara status, Tristan itu adiknya. Tapi lebih sering menjadi kakak bagi Kania ketimbang menjadi adik.

"Seminggu yang lalu aku ke rumah Rama. Nggak sengaja dengar pembicaraannya dengan orangtuanya. Selama ini aku menganggap mereka baik padaku itu tulus. Tapi ternyata sama saja dengan kebanyakan orang yang mempermasalahkan masa laluku. Hubungan kami di tentang habis-habisan oleh orangtua Rama. Dan juga, Rama sudah di jodohkan dengan wanita lain. Yaitu Dita, sahabatku. Hal sebesar ini mereka sembunyikan dari aku, Tan. Selama ini, jadi aku jadi kayak orang bodoh di hadapan mereka."

Sebagai seorang laki-laki, Tristan tak mengambil pusing dengan apa yang di ceritakan oleh Kania. Bukan berarti Tristan membenarkan Rama. Tapi masalah ini sudah sering terjadi di luar sana. Ujung-ujungnya, pihak seperti Kania yang harus mengalah.

"Lalu kenapa malah menghindar? Bicarakan baik-baik, kalau mau udahan ya secara baik-baik. Kalau mau berjuang ya, di berjuang berdua."

Kania memandang ke segala arah. Paham bahwa dia juga salah karena lebih memilih diam. "Ya, kesal aja, Tan, sama Rama, juga Dita. Bingung juga mau gimana."

"Makanya di bicarakan. Jangan ngambek, lari-lari begitu, mengunci diri di kamar. Kayak anak ABG aja, sih." Tristan berlalu meninggalkan Kania yang merasa kesal karena di bilang seperti anak ABG.

"Ih..." seru Kania dengan kesal setelah menyadari bahwa Kania memang sedikit kekanakan dalam hal ini.

***

Kepulangan Kania di sambut bisik-bisik rusuh dari tetangga. Bahkan ada yang terang-terangan mengungkit perihal kepergiannya dulu. Namun, Karno dan Wening sudah mewanti-wanti Kania agar tetap diam dan tak perlu memperdulikan omongan para tetangga.

"Oh, udah pulang? Udah ketemu bapaknya si anak itu kali, ya?"

"Eh, itu anaknya sempat saya lihat di tv, ibu-ibu. Pinter banget. Tapi sayang kelakuan ibu bapaknya nggak bisa di jadikan contoh."

"Iya. Semoga anaknya nggak malu, ya, karena kelakuan orangtuanya."

"Si Pak Karno sama Bu Wening kenapa masih mau terima anak yang udah bikin malu begitu, sih? Kalau aku jadi orangtuanya, sudah aku hapus namanya dari kartu keluarga," ucap si ibu yang bernama Yeni.

Hartanti, seorang yang merasa gerah melihat ibu-ibu yang lainnya bergosip mempercepat dalam memilih sayur yang akan dia beli. "Hati-hati, Bu Yeni. Ucapan adalah doa. Jangan sampai apa yang Bu Yeni ucapkan tentang keluarga Bu Wening berbalik ke keluarga ibu sendiri," ucap Hartanti.

"Ih, anak saya nggak kayak gitu. Saya mendidik anak saya dengan baik. Dia tidak akan seperti Kania."

"Oh, ya? Saya ada satu foto anak Bu Yeni, loh. Tapi enggaklah kalau saya sebar. Biar saya sendiri saja yang simpan. Takut Bu Yeni juga di gosipin seperti Bu Wening dan Kania. Jadi, ibu, tolong kalau mau mengoreksi hidup orang lain, mending bercermin dulu, ya. Apa hidup kita sudah pantas untuk mengomentari hidup orang lain."

Hartanti bukan bermaksud membela keluarga Karno. Foto yang dia katakan pun benar adanya. Dia hanya tidak ingin ibu-ibu di kampungnya mendapatkan dosa karena berghibah, membicarakan aib orang lain. Atau istilah Jawa di namakan rasan-rasan.

🌼🌼🌼

Hanum pergi ke butik milik temannya yang seorang designer ternama. Belum tahu kapan akan di pakai, tapi Hanum sudah menyiapkan gaun pengantin untuk Kania dan Devan.

Sosok Kania di mata Hanum adalah perempuan yang baik. Rasanya dia perlu mendengarkan bagaimana pertemuan Kania dengan Devan dulu.

Mendengar dari Devan saja, tidak bisa membuatnya percaya.

Bagaimana bisa seorang perempuan sudah di hamili tapi tidak berusaha mencari pelakunya? Bahkan dia pergi jauh dari semua orang yang mengenalinya.

Kebaikan Kania bisa Hanum lihat dari caranya mendidik Shaka. Cara Kania bersikap kepada orang lain. Semua tak lepas dari pengawasan Hanum.

"Cantik sekali, Liz." Hanum berdecak kagum memandang gaun yang menjuntai karya tangan Eliza Rahman. Karyanya sudah go internasional. Tidak perlu di ragukan lagi.

"Aku penasaran sama yang mau pakai gaun ini, Han."

"Dia cantik banget. Orang yang baik. Nanti kalau sudah saatnya, aku kenalin dia ke kamu."

Hanum sudah tahu apa yang harus dia lakukan setelah ini. Yang pasti, Kania harus segera menjadi menantunya. Dia ingin segera berkumpul dengan Kania dan Shaka.

🌼🌼🌼

Mohon maaf baru sempat update 🙏🙏

1
Ani Sifa
gue berharap endingnya Kania sama Devan walaupun msih menyebalkan critanya ini😀🙏🏻
Ani Sifa
2episode guwe bisa mewek baca ini..😭bayangin ketemu adiknya yg lama g bisa ketemu....gustiii
Ani Sifa
mulek,kenapa kesannya bu Hanum yg mengendalikan anaknya,bbrp tahun jg kok Devan njiteb wae🙆🏻
Ani Sifa
pilotnya adiknya Kania mungkin
Ma Em
Luar biasa
Ragil Kuning
jangankan dunia novel, yg jelas" lbh banyak cerita sekedar hiburan..
di dunia nyata aja banyak tuh samaan nama..
gak ush peduliin nyinyiran orang thor, anggap aja tuh orang bnr" ngehayati cerita kamu
Ragil Kuning
Luar biasa
Ragil Kuning
hati, mulut sama otak devan minta diuleg cabe sekilo itu mah
Wiwik Retno Eni
Luar biasa
nengkirana
lah kan ditinggalin duit ya. kmana itu duit?
Icha Arlita
Luar biasa
Icha Arlita
ampun bang jago 🤣
Mazree Gati
kata katanya bikin jijik,klo sampai nikah sama devan jgn bikin novel thorrr,,,kaya ga ada laki lain
Mazree Gati
sekolah ma tergantung otaknya ga harus sekolah elit,,jgn mau kania pulang aja kasihan toko kuenya
Atiek Sariningtyas
Luar biasa
Mega Mendung
Buruk
Icha Veronica
Luar biasa
Julia Juliawati
nah gitu terima itu rizki anugerah dr author walo jln nya, salah
Julia Juliawati
anak kuliahan tp goblok
Julia Juliawati
bodoh knpa g blg di perkosa. mlh bungkam huuh gedek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!