Seorang pemuda yang rendah diri dan culun, namun baik hati. Mendadak mendapatkan warisan ilmu kanuragan yang luar biasa hebat, sehingga dia berubah menjadi seorang pemuda yang dikagumi banyak gadis.
"Tirta Jayakusuma" namanya. Dia berasal dari keluarga sederhana, mendapatkan Ilmu kanuragan ini dari tokoh sakti pada masa lalu pada jaman Mataram masih berdiri kokoh, yaitu Wasis jayakusuma, seorang Adipati Sakti. Sehingga menjadikannya seorang pemuda yang pilih tanding dan mumpuni dalam olah kanuragan.
Dengan ilmunya dia terlibat konflik-konflik yang seru dan mendebarkan dalam petualangannya bersama sahabat-sahabat setianya menyebarkan kebaikan dan membantu sesama.
Karena kebaikan dan kerendahan hatinya, dia terlibat dalam percintaan dengan beberapa wanita cantik yang berliku dan romantis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon joyokumo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Dinda
Mereka menikmati makan sambil mengobrol ringan,
"Katanya ada live musicnya Din?" tanya Tirta.
"Entahlah, mungkin hari ini gak ada live musicnya, makanya malam ini hanya ada sedikit pengunjungnya," jawab Dinda.
Setelah selesai menyantap makanan Dinda segera ke kasir untuk membayar dan sekalian mengajak Tirta langsung mengantarkannya pulang.
Waktu menunjukkan pukul 22.00, ketika mobil sampai di depan sebuah rumah yang berwarna putih dengan gaya modern. Rumah di kawasan elit di Bukit Sari. Pagar dan rumah berwarna putih , terkesan seperti kantor pemerintahan ataupun istana negara.
Begitu mobil menyoroti pintu pagar, segera saja seorang penjaga sudah membuka pintu pagar dan mempersilakan mobil masuk halaman, tampak nya sang penjaga sudah hafal kalau mobil itu adalah milik sang tuan rumah.
Mobil segera diparkirkan di halaman, Tirta turun dari mobil lebih dulu dan membukakan pintu untuk Dinda dan membimbingnya masuk rumah besar tersebut.
Begitu sampai di teras rumah, ternyata kedua orang tua Dinda sudah menunggu di Teras..
Ibu Dinda langsung menyambut nya.
"Aduh anak mama sudah pulang",, ketika sudah dekat segera sang ibu tahu ada yang tidak beres dengan putrinya.
"Kakimu kenapa nak!" seru sang Mama kawatir.
Tirta segera melepaskan bimbingannya dan digantikan oleh sang Mama.
"Ini Mam, kemarin jatuh waktu Pelatihan" jawab Dinda.
"Perkenalkan ini Mam, Pa, Temen Dinda. Tirta namanya, yang telah banyak menolong Dinda".
Dinda memperkenalkan Tirta pada kedua orangtuanya.
Tirta segera mengulurkan kan tangannya memperkenalkan dirinya.
"Tirta, Bu"
"Tirta Pak".
"Silakan duduk sini Mas Tirta ". Papa nya Dinda mempersilakan Tirta duduk di teras rumah.
Namanya teras, akan tetapi seperti ruang tamu mewah, dengan meja dan kayu jati yang besar. Lampu gantung mewah dan aneka hiasan dinding yang terlihat etnik dan natural.
Mamanya Dinda sibuk dan kawatir dengan kondisi kaki putrinya.
"Apa tidak lebih baik kita bawa ke dokter ya Pa, biar tau lebih jelasnya" kata sang Mama.
"Gak usah Ma, sudah baikan kok, kemaren dah di urut sama Tirta, sudah tidak bengkak juga sudah gak sakit lagi kok Mam", tolak Dinda.
"Kita tunggu sampai besok , kalo sudah membaik ya gak papa, tapi kalo memang ada keluhan kamu harus bilang pada Mamamu ya Din," sang Papa menambahkan.
Pak Danu, Papanya Dinda seorang tengah baya yang terlihat masih gagah walaupun terlihat agak botak sedikit di kepalanya , tapi tidak mengurangi wibawanya. Tidak terlalu tinggi, kulitnya sawo matang dan agak gemuk.
Sedangkan Mamanya Dinda, seorang wanita tengah baya yang masih terlihat cantik , kulitnya putih dan tinggi semampai, kelihatan sekali sangat menjaga tubuh dan wajahnya.
"Tirta ini teman sekelas Dinda Mam Pa. Dialah kemarin yang menyelamatkan Dinda sewaktu dinda jatuh dari tebing".
Dinda kemudian menceritakan kejadian yang menimpanya kepada kedua orang tuanya dengan detail.
"Kurang ajar si Aldi itu Pa!" seru Ibu Dinda setelah mendengarkan kalo kejadian itu di sebabkan ulah Aldi.
"Papa harus ngasih pelajaran pada itu anak Pa" saran Ibunya Dinda.
Pak Danu diam sambil menghela nafas dalam, kemudian berkata,
"Papa kenal baik sama Orang tuanya Aldi Mam".
"Dia lah yang kadang-kadang memberi proyek pada Papa, Mam. Dia orang yang sangat berkuasa di Kota ini, dia orang yang dipercaya oleh Walikota". jawab Papa lemah.
"Kali ini Papa tidak dapat berbuat banyak, tapi Papa akan membicarakan kejadian ini pada orang tuanya Aldi Mam".
Ibu nya Dinda hanya diam mendengar keterangan suaminya, dia juga merasa kalo masalah ini tidak bisa di selesaikan menurut kehendak mereka.
"Ya Sudah Pa, yang penting laen kali Dinda jangan sampai menjadi korbannya anak Itu".
"Jangan kawatirkan masalah Dinda Mam, ada Tirta kok, dia yang akan selalu menjaga Dinda".
"Hush jangan gitu ah anak Mama, Tirta kan orang laen masak mau kamu suruh njagain kamu terus terusan".
Tirta mendengarnya hanya tersenyum.
"Tidak apa-apa Tante , Tirta kan sahabat nya Dinda juga, jadi sudah seharusnya ikutan menjaga Dinda", jawab Tirta.
"Iya kan Mam, Tirta bersedia".sela Dinda.
"Mas Tirta kedepannya titip anak tante yang manja ini ya Mas".
Tirta mengangguk sambil tersenyum.
"Tirta ini bener-bener hebat Pa, bisa melayang di udara, bahkan bisa nangkep Dinda waktu jatuh dari tebing, yang di tolong juga gak cuma Dinda saja Pa, tapi ada Selvi teman Dinda".
Dari cerita Dinda, papa nya mulai merasa kalo putrinya ini sangat mengagumi pemuda di depannya ini.
Kemudian pak Danu memperhatikan lebih seksama lagi pemuda yang duduk di hadapannya ini.
Pemuda yang agak pendiam, pemalu berwajah teduh dan terkesan rendah diri. bertubuh agak ceking dan agak jangkung.
Dari penampilannya terlihat agak lusuh, mungkin dari keluarga biasa saja, pikir pak Danu.
Tapi aura Tirta memanglah bukan aura pemuda sembarangan, seperti ada bayang-bayang wibawa kuat yang keluar dari tubuhnya. Mata yang lembut tapi memiliki sorotan mata yang tajam yang bisa mengintimidasi lawan, tapi membuat orang yang menatapnya, apalagi para gadis, langsung takluk hatinya.
Pak Danu segera menyadari, pemuda di hadapannya benar-benar seorang pemuda yang luar biasa. Dia semakin percaya pada cerita putrinya, walaupun pada awalnya kurang mempercayai cerita putrinya yang seakan-akan lebay dan berlebihan.
Setelah menghabiskan jahe hangat yang di suguhkan padanya, Tirta segera berpamitan pada keluarga Dinda.
Dinda menyuruh sopir untuk mengantarkan Tirta pulang .
"Terimakasih Ta, buat semuanya. Besok kita ketemu di kampus". Tirta mengangguk dan segera masuk mobil yang disiapkan untuk mengantar dirinya.
Dinda masih menunggu di depan rumahmya sampai mobil berbelok dan sudah tidak kelihatan lagi.
Terasa hatinya kosong, terbawa oleh kepergian Tirta.
"Ayoo anak Mami,, Tirta sudah pergi, masuk !, diluar dingin, besok kan masih bisa ketemu lagi".
"Iya Mam".
Dengan diiringi sang Mama, Dinda meninggalkan halaman rumahnya. Di Ruang tamu, Papa duduk di sofa sambil melihat hape, mengetahui Istri dan putrinya sudah masuk rumah , Papa langsung menyuruh mereka duduk .
"Bagaimana kondisimu Dinda, apa memang sudah bener-bener sudah sembuh?" tanya Papa.
"Kelihatannya memang begitu Pa, sewaktu jatuh, kaki Dinda hampir tidak ada rasa, seperti mati rasa, tapi setelah itu sakitnya minta ampun, untunglah pagi harinya Tirta datang dan memijit kaki Dinda. dan sekarang kaki Dinda sudah gak bengkak dan sakit lagi". Dinda segera menunjukkan pergelangan kakinya pada sang Papa.
"Bener-bener luar biasa temenmu itu Din, dah anaknya sederhana dan lembut, eh punya kemampuan yang hebat pula",jawab sang Papa.
"Tapi demi kebaikan kalian, sebaiknya jauhin konflik dengan Aldi. Ayahnya benar-benar orang yang tidak bisa di ajak kompromi. Banyak pengusaha yang rela berbuat apapun untuk mengambil hatinya orang tua Aldi!".
"Ya sudah kamu istirahat sana, sudah malam, biar besok kakimu bisa benar -benar pulih" saran sang Mama.
Dinda segera pergi ke kamarnya untuk beristirahat.
ceritanya mah bagus thor🥰