Divya Veronika Ibrahim Gadis Manis yang punya segudang mimpi yang ingin dicapai nya.
Perjodohan nya dengan Tuan Muda yang tak lain sahabat masa kecilnya dulu berjalan rumit karena masa lalu orangtua mereka.
kisah ini ditulis berdasarkan pemikiran dari sang penulis,jika ada kesamaan tempat,Nama,Karakter bahkan alur cerita, mohon untuk memakluminya
karya pertama ku
Bissmillah dukung terus Ya jangan lupa like dan komen nya,terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RhinYani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuan Monster (Part 2)
Ya Tuhan sudah ingin ku hajar rasanya si sombong ini.
"Lantas mengapa Tuan juga mau menerima perjodohan ini.Mengapa Tuan tidak menolaknya?"
Divya memberanikan diri membuka mulutnya.Rasa kesal karena perkataan Haris sudah tak bisa dibendung lagi.
"Apa kau pikir aku bisa menolak Om Fram,atau ayahku?"
Pria itu malah balik bertanya.
"Dengar,aku menerima mu hanya karena ingin menghukum mu saja"
"Atas dasar apa Tuan?"
Merasa tidak berbuat salah apapun,Divya memberanikan membela diri.Apa salahnya hingga harus di hukum monster ini.
"Kesalahan pertama mu.Kau berani menantangku saat pertama bertemu dipinggir jalan.Memaki ku di tengah keramaian.
Bahkan kau membututi ku sampai ke Danau,memperhatikan apa yang aku lakukan disana,itu kesalahan keduamu"
"Hei Tuan apa ini ? Bukankah sudah saya katakan,saya tidak membuntuti anda"
Divya membantah apa yang di tuduhkan Haris.
Tapi bukan tuan muda namanya kalau dia menyerah hanya sampai disana.
Demi mendapatkan kesenangan ia bahkan selalu menyalahkan orang lain,atau bahkan menindas siapapun yang dia inginkan.
Begitulah dia.Selalu merasa benar.
"Lantas apa yang kau dapatkan di ponsel ini"
Melempar ponsel ke pangkuan Divya.
"Kau mendapat rekaman tingkah konyolku,bukan?"
Pertanyaan yang di jawab cepat oleh gadis yang memang merasa tidak bersalah.
Dan tidak sepantasnya di hukum,seperti ini.
"Tidak,saya tidak merekam apapun.
Tuan periksa saja lagi ponsel ini,tidak ada rekaman video apapun"
Divya menyodorkan kembali ponselnya.
"Tepat sekali,itu jawaban yang aku inginkan"
Haris tergelak senang "BODOH !"
Apa ,bodoh ?
Ah yaaa Astaga saat itu aku mengatakan jika aku merekam tingkah konyol dia,
untuk melepaskan diri darinya .
Aaaa mati aku.*B*agaimana ini?
"Kau ingat sesuatu,NONA BODOH"
Haris mengintimidasi dengan mengetuk ngetuk meja .
"Aku memang berbohong soal rekaman itu"
Mata Divya melirik ke arah Rudi,dia tahu ini karena ulah kakaknya.Saat pulang dari danau Divya menceritakan semua kejadian yang menimpanya.
Sudah pasti Haris tahu darinya.
Rudi yang merasa Divya tengah melempar kesalahan lewat sorot matanya hanya angkat bahu sambil tersenyum,seakan mengatakan Ini bukan urusanku,selesaikan saja. Aku tidak ingin terlibat masalah kalian.
Divya tertunduk kesal.
"Apa yang kau lakukan,meminta bantuan kakakmu?
Memintanya membela mu?
Hah ! Dia tidak akan membela mu .
Dan aku,aku tidak akan melepaskan siapapun yang berani menantang ku, sekalipun kau adik sekertaris ku sendiri"
Tegas Haris.
"Jadi ,apa maksud tuan,saya harus bersedia di nikahi,sebagai hukuman begitu?"
Divya menyimpulkan apa yang diinginkan pria aneh di hadapannya.
Begitu saja bertele-tele,kenapa tidak bilang saja kau mau menikah denganku.cih...
"Pernikahan ini,atas dasar perjodohan.Kau tidak boleh berharap lebih dariku.Mengerti !"
Haris memperingatkan Divya dengan tegas,
bahwa dia hanya menikah karena permintaan sang Ayah.
Santoso bahkan mengancam akan pergi jauh jika Haris menolaknya.
Sementara Haris tahu sang ibu yang tak pernah perduli perasaannya,selalu saja mendesak Haris untuk menikah dengan gadis dari kalangan sosialita.
Yang tak satupun disukainya.
"Baik Tuan"
Divya sudah tak punya pilihan lagi selain menerima semuanya dengan ikhlas.
Ia ingin menolak tapi disisi lain pamannya juga terus memohon.
Setelah mendapat jawaban terakhir Divya ,Haris bangun dari sofa.
Rudi dan Divya juga sontak ikut berdiri.
"Sudah selesai Tuan" Tanya Rudi.
"Ya,antarkan aku pulang...!" Haris menjawab sambil merapihkan stelan jas nya.
"Tidak ingin makan dulu tuan?" Tanya Rudi lagi ,mengedarkan pandangan pada meja yang sudah di penuhi beberapa menu makanan.
"Biarkan calon istriku yang makan,lihat tubuhnya kurus krempeng begitu,makan yang banyak jangan membuatku malu"
Haris melirik Divya,terlihat senyum menyeringai di bibirnya.
Ia berlalu meninggalkan ruangan,
Sebelum Rudi mengikuti tuan nya,ia menyuruh Divya makan dan menunggunya kembali,setelah mengantar Haris pulang.
Kilasan kejadian di Restauran masih terlintas di pikirannya,hingga ia kembali ke rumah dan berbaring di atas tempat tidurnya.Divya menutupi wajahnya dengan selimut .
Alasan tak masuk akal dia buat-buat.
Apa-apaan itu? Memaki di tengah keramaian? Jelas-jelas jalanan sepi saat itu.
Membuntutinya? kurang kerjaan .
Kalau soal rekaman memang aku berbohong.
Matanya masih belum terpejam.
Divya masih tidak mengerti mengapa Rudi memintanya untuk mengikuti apa yang diinginkan Tuan Haris.
Jangan membatah itu yang dikatakannya.Ah menyebalkan !