Setelah kedua orang tuanya meninggal, Amy pindah ke Bordeaux -sebuah kota Indah di Prancis, dan berteman dengan Blanche Salvator yang ternyata merupakan anak dari seorang Mafia paling di takuti bernama Lucien Beaufort.
Dengan wajah yang karismatik, mata biru dan rambut pirang tergerai panjang, Lucien tampak masih sangat muda di usia 35 tahun. Dan dia langsung tertarik pada Amy yang polos. Dia mendekati, merayu dan menggoda tanpa ampun.
Sekarang Amy di hadapkan pilihan : lari dari pria berbahaya yang bisa memberinya segalanya, atau menyerah pada rasa yang terus mengusiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertolongan datang tepat waktu.
“Ada perlu apa? Cepat katakan, aku nggak punya banyak waktu!” ucap Amy setelah sampai di taman yang terletak sangat dekat dengan asrama dan kampusnya.
Amy masih mengenakan baju dan mantel yang tadi di kenakannya saat sekolah, dan bersyukur untuk itu karena cuaca semakin dingin saja. Amy mengeratkan mantelnya lalu duduk di bangku taman sambil melirik sinis ke arah Om Jonathan yang berdiri di dekatnya.
Entah kenapa, dulu Amy melihat teman Papanya ini begitu tampan dan berwibawa, tapi kini dia terlihat sangat menyebalkan dan membuat Amy muak.
“Ini! Tanda tangani!” ucap Jonathan sambil menyerahkan selembar amplop besar berwarna coklat.
“Apa ini?” Tanya Amy tanpa mengambilnya, dia hanya melirik amplop itu sekilas lalu kembali menatap Jonathan.
“Makanya di buka! Biar tau!” kesal Jonathan sambil menarik tali pengkat amplop lalu mengambil dokumen yang ada didalamnya dan melemparkannya persis di pangkuan Amy.
Amy menarik napas dalam, lalu mengambil dokumen-dokumen yang berserakan itu.
“Surat kuasa penyerahan saham perusahaan sebesar 50% pada Jonathan Pradipta?” ucap Amy membaca tulisan tebal yang ada di salah satu lembar dokumen. Amy menatap Jonathan sambil mencibir, “Om Jo, jauh-jauh datang ke Prancis untuk meminta saham perusahaanku? Sebesar 50%?” ulang Amy tak percaya.
Jonathan mengangguk sambil mengangkat salah satu alisnya dan menatap Amy dengan sinis. Dia bahkan melipat kedua tangannya di dada, seolah dirinya datang sebagai pahlawan bukan sebagai pengemis.
“Apa Om Jo begitu percaya diri bahwa aku bakal tanda tangan?” Tanya Amy lagi –tak percaya.
“Kau tidak punya pilihan! Kau harus tanda tangan!”
“Kalau aku nggak mau?”
“Kau akan hidup menggelandang di Prancis! Nggak akan ada uang bulanan dan pasti sekolah pun akan mengeluarkanmu! Kau mau hidupmu sia-sia seperti itu?” ucap Jonathan panjang lebar.
"Aku yakin sekali, walaupun aku tanda tangani pun, yang bulanan ku nggak akan kau berikan, " ucap Amy dengan senyum sinis.
“Om Jo sudah Tanya pada tante Siska? Apakah dia setuju, Om Jo menyalipnya dari belakang seperti ini? Aku yakin tante Siska nggak tau masalah ini, kan?” Tanya Amy sambil meremas dokumen yang Jonathan bawa jauh-jauh dari Jakarta ke Prancis.
“Heh Tol*l!” Jonathan terkejut karena surat berharganya –yang sudah di bubuhi materai 10 ribu, di remas hingga tak berbentuk lagi oleh Amy.
Jonathan merebut kertas itu dari tangan Amy, memperbaikinya hingga berbentuk rapi seperti semula, namun tidak bisa –kertas itu sudah terlanjur kusut.
“Kau ini benar-benar membuat aku emosi saja! Apa nggak bisa kamu itu nurut aja, biar hidupmu tenang! Hah!” teriak Jonathan dengan lantang tepat di depan wajah Amy.
Amy memicingkan mata dan menatap tajam ke arah Jonathan, “hidup tenang katamu? Hidupku akan tenang jika tidak ada lintah-lintah serakah seperti kau dan Siska!” balas Amy tak kalah lantang.
“Kalian berdua itu manusia serakah! Nggak tau diri! Nggak tau terima kasih! Membalas kebaikan orang tuaku dengan perbuatan kotor dan Hina seperti ini! Lihat saja! Jangan panggil aku Amy jika aku nggak bisa membalas perbuatan kalian!”
Jonathan menatap Amy –terkejut lalu tertawa terbahak-bahak, “kamu? Mau membalasku? Dengan apa? Dengan baju-baju hasil rancanganmu? Kau pikir sekolah fashion di sini bisa memberimu kekuatan? Untuk melawanku? Yang sarjana hukum ini!”
“Aku nggak perlu sekolah hukum untuk melawan kalian! Lagipula, kalau lulusan sekolah hukumnya seperti Om Jo, sepertinya sekolah hukum itu sudah gagal total, karena alumninya bukan jadi penegak hukum, malah jadi sampah masyarakat!”
Mendengar ucapan Amy yang begitu telak kepadanya, Jonathan langsung naik pitam. Dia mengangkat tangannya –hendak memukul Amy.
Amy yang terkejut, sontak menutup mata dan mengangkat tangan untuk melindungi wajahnya.
“Kau siapa? Berani sekali mau memukul Ma chérie?”
Amy terkejut mendengar suara baritone yang amat sangat dia kenal. Amy membuka matanya dan benar saja, Lucien sedang berdiri tepat didepan Amy, menahan tangan Jonathan yang sudah terangkat ke atas.
“Siapa kau! Jangan ikut campur urusan orang!” teriak Jonathan yang semakin kalap. Dia melayangkan tinjunya dengan tangan yang lain, karena tak bisa melepaskan tangan yang saat ini di cengkram Lucien.
Lucien tampak berdecih sinis, lalu menahan satu tangan Jonathan yang lain. Hingga Jonathan semakin kesal dan marah karena tak bisa menggerakkan kedua tangannya.
“Lepaskan aku! Siapa kau! Kenapa mengganggu urusan orang!” teriak Jonathan dengan keras. Dia berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Lucien, namun gagal. Lucien begitu kuat, kekuatan Jonathan tak berarti apa-apa baginya.
Saat Jonathan sekuat tenaga menarik tangannya, dengan santainya Lucien melepaskan cengkramannya sehingga membuat Jonathan terjungkal ke belakang.
“Ups.. pardon…” ucap Lucien tanpa merasa bersalah sama sekali.
Lucien langsung menoleh ke arah Amy, sambil berkacak pinggang dia menatap wajah Amy yang terlihat tegang, “siapa dia? Kenapa dia mengganggumu? Benarkah dia mantan pacarmu?” tanya Lucien.
Amy membola tak percaya, “siapa? Jangan gila! Mana mungkin dia mantan pacarku! aku tidak pernah punya pacar apalagi dengan orang seperti dia! ” ucap Amy dengan mimik wajah jijik. Dia melirik Jonathan yang memaki-maki sambil bangun dari duduknya.
“Lihat saja! Akan aku laporkan kau! Bangs*t! kau pikir aku nggak punya kenalan polisi di Prancis! Awas kau! Kita lihat saja nanti!” dumel Jonathan sambil menatap Lucien dan Amy bergantian.
Lucien melirik Amy, “bicara apa dia?" tanyanya bingung, karena Lucien tak paham bahasa Indonesia.
“Dia bilang akan melaporkanmu ke polisi. Dia punya kenalan polisi di Prancis,” ucap Amy menjelaskan.
“Apa? Hahahaha...,” tawa Lucien menggelegar, lalu dia mendekati Jonathan, menarik kerah bajunya dan mencengkramnya dengan erat.
“Ma-mau apa kau! Aku ini pengacara! Aku di lindungi hukum!” teriak Jonathan dengan wajah pucat.
“Bilang pada Polisi yang akan kau lapori, namaku Lucien Beaufort!” ucap Lucien. Lalu dia menoleh kea rah Amy, “tolong terjemahkan, sayang.”
Amy menahan senyum, “Namanya Lucien Beaufort, siapa tau Om Jo mau melaporkannya.”
“Dasar sialan! Awas kau Amy! Aku nggak akan tinggal diam! Kau akan menggelandang di sini! Nggak akan ada lagi uang kiriman untukmu!” teriak Jonathan sambil berlari meninggalkan Amy dan Lucien yang masih memandangi dirinya dengan tatapan sinis.
Lucien mendengus sambil terkekeh melihat Jonathan yang lari pontang panting –ketakutan. Lalu setelah Jonathan menghilang, Lucien langsung menoleh ke arah Amy, “sekarang… tolong jelaskan padaku, siapa dia, sayang?”
Amy menghela, “Ayo kita cari caffe dekat sini. Di luar sangat dingin…” ucap Amy sambil mengeratkan mantelnya dan berjalan meninggalkan Lucien.
Dengan tenang, Lucien mengikutinya dari belakang, masih menanti jawaban dari Amy.
🤔🤔🤔🤔🤔
Semua akan indah pada waktunya..
Karma tidak akan salah tempat..
❤️❤️❤️❤️❤️
Jangan beri kesempatan pada lintah penghisap darah!!!
💪💪💪💪💪❤️❤️❤️❤️❤️