Selama tiga tahun ini, Hilda Mahira selalu merasa tertekan oleh ibu mertuanya dengan desakan harus segera memiliki anak. Jika tidak segera hamil, maka ia harus menerima begitu saja suaminya untuk menikah lagi dan memiliki keturunan.
Dimas sebagai suami Hilda tentunya juga keberatan dengan saran sang ibu karena ia begitu mencintai istrinya.
Namun seiring berjalannya waktu, Ia dipertemukan lagi dengan seorang wanita yang pernah menjadi kekasihnya dulu. Dan kini wanita itu menjadi sekretaris pribadinya.
Cinta Lama Bersemi Kembali. Begitu lebih tepatnya. Karena diam diam, Dimas mulai menjalin hubungan lagi dengan Novia mantan kekasihnya. Bahkan hubungan mereka sudah melampaui batas.
Disaat semua permasalahan terjadi, rahim Hilda justru mulai tumbuh sebuah kehidupan. Bersamaan dengan itu juga, Novia juga tengah mengandung anak Dimas.
Senang bercampur sedih. Apa yang akan terjadi di kehidupan Hilda selanjutnya?
Yuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Reyhan
Beberapa hari berlalu. Setelah urusan tentang perusahaan orang tuanya selesai, Reyhan segera terbang ke tanah air. Sungguh ia sangat tak betah berada di luar negeri. Walau hanya satu minggu, tapi ia merasa sudah berminggu minggu lamanya berada disana.
Apa karena ia merindukan Hilda? entahlah, Reyhan sendiri juga tak yakin.
Sesampainya di bandara, Reyhan tak langsung pulang ke rumah. Ia malah menyuruh supir taksi untuk mengantarkan ke Cafe miliknya.
Reyhan celingukan kesana kemari mencari keberadaan Hilda. Mulai dari ruang depan, ruang karyawan, kamar mandi, bahkan pantry pun ia datangi, tapi dirinya masih tak menemukan keberadaan wanita yang ingin ia temui.
Reyhan pikir Hilda sedang tidak masuk kerja. Hingga ia mencoba menelponnya beberapa kali namun ponselnya tetap tidak aktif dan berada di luar jangkauan.
Karena tak melihat keberadaan Mita saat ini, akhirnya Reyhan bertanya kepada salah satu pelayan cafe yang juga teman Hilda.
"Apa kau tahu kenapa Hilda tidak masuk kerja hari ini?"
"Apa pak Reyhan gak tau kalau Hilda sudah tidak bekerja disini lagi?"
"Apa? Tidak bekerja di sini lagi? Sejak kapan?"
"Sekitar enam hari yang lalu"
"Apa kamu tahu alasannya?."
"Waktu itu Hilda tidak sengaja menumpahkan makanan ke salah satu pengunjung cafe. Hilda merasa tak bersalah. Menurutnya ada pengunjung lain yang sengaja menghalangi kakinya hingga terjatuh. Pelanggan itu gak terima dan meminta Hilda di pecat saat Itu juga."
"Dan Mita benar-benar memecat Hilda?"
"Iya pak Reyhan. Pengunjung itu mengancam akan melaporkan kasus ini dan membuat cafe bapak bangkrut."
"Sekarang kamu tau dimana Mita?."
"Bu Mita belum datang. Mungkin sebentar lagi"
"Baiklah, terima kasih. Kamu lanjut kerjanya"
"Baik pak."
Lima belas menit kemudian. Mita sampai di Cafe Sekitar pukul 10.00. Ia berjalan santai menuju meja kerjanya.
Deg
"Pak Reyhan?" lirih Mita yang sangat terkejut melihat Reyhan duduk di kursinya.
"Bapak sudah kembali?" lanjutnya berbasa basi.
Reyhan mengeratkan rahangnya. Terlihat jelas bahwa laki laki ini sedang menahan amarah.
"Jam berapa ini?" Suara dingin mulai berbicara.
Mita melihat jam tangannya sekilas. "Ja.. ja..jam sepuluh pak."
"Saat aku pergi, apa kamu selalu datang terlambat?"
"Ti.. tidak pak. Baru kali ini saya datang terlambat. Itu pun juga karena ban mobil saya bocor tadi."
Rehan hanya tersenyum miring. Pintar sekali wanita ini mencari alasan. Padahal ia sering mendapat laporan kalau selama dirinya pergi, Mita memang selalu datang di siang hari.
Sebenarnya Reyhan tak mempermasalahkan hal itu. Tapi semakin kesini Reyhan merasa sikap Mita sudah melampaui batas.
Dulu saat pertama kali Mita menjadi pelayan di cafe ini, dia sangat rajin, cekatan, ia juga sangat baik pada semua orang. Juga karena Reyhan merasa kasihan dengan kehidupan Mita yang memprihatinkan.
Mita harus menjadi janda di usianya yang masih muda juga harus menjadi single parent untuk menghidupi sendiri seorang anak yang masih balita. Hingga akhirnya Reyhan memutuskan untuk mengangkatnya menjadi manajer di cafe miliknya.
Tapi entah mengapa setelah Mita memiliki harta yang cukup, ia malah berubah jadi sosok yang tegas dan keras. Ia bahkan tak segan untuk memarahi dengan lantang para pelayan yang tidak patuh dengan aturan.
"Apa yang akan kamu jelaskan padaku?."
Deg
Mita terdiam. Ia tahu bahwa ia harus memberi alasan pada Reyhan tentang pemecatan Hilda yang ia dilakukan beberapa hari yang lalu.
"Beri saya satu alasan yang masuk akal agar saya juga tidak memecat kamu!"
"Maafkan saya pak Reyhan. Maafkan saya. Saya terpaksa melakukannya demi menjaga nama baik Cafe ini. Saya tidak mau Cafe ini sampai di tuntut dan mengalami kerugian besar yang menyebabkan banyak pegawai yang akan berhenti bekerja nantinya."
Reyhan masih diam.
"Pak Rehan Maafkan saya. Jika bukan karena keadaan yang terpaksa, saya tidak mungkin berani memecat Hilda. Tolong jangan pecat saya. Kasihani saya pak. Saya sangat butuh pekerjaan ini untuk menghidupi anak saya." Mita berlutut dan memeluk kaki Reyhan.
"Baiklah saya hanya memberi kamu satu kesempatan. Jika kamu melakukan kesalahan fatal, maka saya tidak akan mengampunimu. Dan kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang kamu lakukan nantinya. Mengerti!"
"Iya pak, saya mengerti. saya tidak akan mengecewakan bapak lagi. Sekali lagi terima kasih atas kesempatan yang bapak berikan."
Mita akhirnya tersenyum puas karena dirinya berhasil meyakinkan Reyhan sekaligus menyingkirkan Hilda dari Cafe ini. Rupanya tak sia sia ia menerima kerjasama dari wanita itu.
Sementara Reyhan, Ia memilih untuk mendatangi kontrakan Hilda. Sesampainya disana, ia mengetuk pintu berulang kali. Tak ada sahutan apapun dari dalam sana. Hingga beberapa menit berlalu dirinya mendatangi pemilik kontrakan.
"Hilda sudah tidak mengontrak lagi disini"
"Hah? Sejak kapan?"
"Dia pamit semalam. Katanya mau pulang kampung saja."
Reyhan terdiam.
"Hilda itu akhir akhir ini sering mengalami musibah."
"Musibah? Maksutnya?"
"Iya. Sejak tidak bekerja di Cafe, dia itu jualan kue keliling"
"Jualan?"
"Sudah melamar pekerjaan di berbagai tempat, tapi tidak ada satupun yang mau menerimanya. Padahal semua syarat sudah terpenuhi. Hanya ada satu kekurangan dari Hilda, karena dia sedang hamil. Maka dari itu tak ada yang mau menerimanya bekerja di tempat mereka. Nah dari situlah musibah sering menimpa Hilda."
"Musibah apa ya bu?."
"Pernah waktu pulang dari melamar kerja, pas malam itu dia diikuti dua orang laki laki sampai ke kontrakan dan hampir di lecehkan. Beruntunglah pada saat itu saya datang, dua orang itu akhirnya kabur."
Jantung Reyhan berdebar membayangkan kejadian itu. Hilda pasti ketakutan malam itu. Pikirnya.
"Ada lagi mas, Saat dia memutuskan jualan kue keliling. Paginya itu kue nya tiba tiba hancur semua saat mau di jajakan. Dia sangat sedih dan menangis, karena uang untuk modal dagang itu dia ambil dari tabungan persalinannya. Saya kasihan melihatnya. Akhirnya dia gunakan sisa uang tabungannya untuk modal membuat kue lagi."
"Lalu?."
"Pada hari itu kue nya memang habis terjual sih Mas. Tapi malam harinya dia di datangi sepasang suami istri menuntut ganti rugi. Kata mereka anaknya sakit perut parah hingga masuk rumah sakit setelah makan kue buatan Hilda. Benar-benar kasihan Mas. Jangankan dapat untung, balik modal aja enggak"
Reyhan ikut sakit hati mendengar semua cerita ibu kontrakan.
"Apa Hilda cerita sama ibu kemana dia akan pergi?"
"Tidak. Dia hanya mengatakan akan pulang ke kampung. Itu saja."
Reyhan menghela nafas berat dan menghembuskannya cepat.
"p iya mas, semalam pas Hilda mau pamit, saya lihat kaki Hilda berdarah. Tepat di lutut dan kaki bagian bawahnya. Seperti habis jatuh. Saat saya tanya, dia tidak menjawab apapun. Dia hanya minta doa dari saya supaya di hindarkan dari segala macam bahaya. Setelah itu di pergi."
"Hilda..."
.
.
.