"Mulai sekarang kamu harus jadi Istriku dan juga Ibu sambung dari Ratu!"
"Siapa kamu? apa hak kamu memaksa aku menikah?"
"Aku Ayahnya Ratu! anakku menyukaimu dan aku harus memenuhi keinginan putriku yang ingin kamu menjadi ibunya!"
"Tapi ingat jangan berharap lebih pada ku! karena statusmu hanya Istri Rahasia dan juga Ibu Sambung Ratu!"
Deg!
"Aku belum bilang setuju!"
"Kamu tidak punya pilihan selain setuju!"
****
Nayyara dipaksa menjadi istri rahasia dari CEO Kejam bernama Ravindra dan juga Ibu sambung anak kecil lucu bernama Ratu.
Nayyara tidak bisa menolak karena Ravindra mengancamnya.
Apakah Cinta akan hadir diantara Ravindra dan Nayyara? Atau justru Nayyara pergi setelah memberikan kasih sayang yang tulus pada Ratu?
Simak cerita nya hanya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAYYARA-23.
Pagi ini sesuai rencana, Tari sudah berada di kediaman keluarga Ravin ditemani Asih Ibunya dan juga Iskandar yang merupakan Ayah mertua Ravin atau Kakeknya Ratu juga.
Sejak Mawar meninggal, Iskandar jarang meluangkan waktunya untuk bertemu Ratu, semua itu juga tidak terlepas dari hasutan Asih dan Tari, mereka tidak ingin Iskandar malah lebih menyayangi Ratu.
Iskandar kini sedang berdiskusi dengan security yang menjaga keamanan rumah Ravin, bagaimanapun juga Iskandar datang tanpa pemberitahuan lebih dulu.
"Tari, kamu yakin semuanya bakal berhasil?" tanya Asih masih sedikit cemas, Tari dengan sombongnya mengangguk.
"Yakinlah Bu, selama ini Ravin juga masih diem kan? itu artinya dia gak punya bukti sama sekali." ucap Tari masih percaya diri, dia tidak akan pernah mengira jika diamnya Ravin itu akan segera jadi malapetaka untuknya.
"Iya juga ya, tapi kenapa perasaan Ibu tetep gak enak ya." gumam Asih, dia merasa ada yang janggal dan dia tau betul jika Ravin bukanlah orang yang mudah dibodohi.
"Udah pokoknya Ibu tenang aja, selama ini Ayah selalu percaya sama kita kan? jadi semuanya pasti aman." ucap Tari, Asih pun mengangguk saja mengikuti rencana putrinya yang super licik itu tapi sayang seringkali rencana mereka gagal.
Tidak berapa lama datanglah Iskandar yang sudah berkomunikasi dengan security, dia masih menghargai Ravin yang merupakan menantunya.
"Ayo kita masuk, biarkan mobil di parkir oleh security." ucap Iskandar.
"Iya Ayah." Iskandar memang sudah mendapat izin tadi, Ravin sudah mengizinkan keluarga dari Mawar untuk masuk.
Ravin memang sudah menduga hal ini akan terjadi, apalagi dia sudah mendapat informasi dari Leo.
"Ternyata dia benar-benar ingin bermain denganku." gumam Ravin dingin, tangannya mengepal kuat karena ingatannya berputar saat Ratu sengaja ditinggalkan dijalan yang sepi meskipun Ravin juga salah karena abai saat itu.
"Semua bukti sudah ada disini Bos, dan saya pastikan semuanya valid." suara Leo membuat Ravin tersadar dari lamunannya.
"Bagus, semua yang saya minta sudah di siapkan?"
"Sudah Bos, beberapa petugas juga sudah berjaga disekitar sini."
"Bagus, kita liat apa yang akan mereka mainkan sebagai dramanya." Ravin tersenyum sinis, Leo jadi bergidik sendiri.
Tari sudah salah memancing amarah Ravin, selama ini Ravin diam bukan takut tapi sedang mempersiapkan sesuatu yang besar.
"Assalamualaikum." suara Iskandar terdengar.
"Waalaikumsalam." Ravin berdiri tegap menyambut Ayah mertuanya itu, Tari dan Asih berjalan penuh percaya diri, sorot mata Ravin menajam melihat 2 wanita kurang ajar itu.
"Apa kabar Pak Iskandar?" tanya Ravin penuh nada sindiran, Iskandar terkejut mendengar panggilan Ravin padahal biasanya Ravin akan memanggil dengan sebutan Ayah juga.
"Apa maksud kamu Ravin?" Iskandar nampak marah, Ravin tersenyum santai.
"Gak ada maksud apapun, saya kira anda sudah lupa jika Ratu adalah cucu anda."
DEG!
Iskandar langsung kena ulti, pria paruh baya itu memang jarang bahkan bisa dihitung beberapa kali saja menemui Ratu, hanya Dea dan Raka yang dikenal sebagai Opa-Oma oleh Ratu, jika ditanya siapa Iskandar maka Ratu akan menjawab tidak tau saking jarangnya bertemu.
Ravin tentu saja kecewa karena bagaimanapun juga Ratu adalah cucu Iskandar, memang Ayah mertuanya itu sibuk tapi bukan berarti Ratu sampai dilupakan.
"Ravin jangan keterlaluan dong, aku tau kamu marah sama aku gara-gara masalah kemarin, tapi aku kan udah jelasin kalo itu bukan salah aku tapi salah pengasuh itu yang sengaja fitnah aku!" Tari dengan berani langsung bersuara lantang.
"DIAM!" Ravin menatap tajam Tari, muak sekali rasanya melihat wajah wanita itu.
"Siapa yang minta lo bersuara hah?!" suara Ravin begitu dingin sampai Tari pun tersentak kaget.
"Jangan membentak Tari, Ravin!" Iskandar tidak terima, Ravin tersenyum sinis.
"Jangan pernah berpikir jika saya tidak tau niat anda kemari Pak Iskandar, sebelum anda menjelaskan lebih baik lihat bukti ini." Ravin memberi kode pada Leo untuk memberikan semua bukti yang ada.
Leo yang paham langsung menunjukkan semuanya, wajah Tari dan Asih langsung pucat pasi, mereka tidak menyangka jika Ravin sudah menyiapkan kejutan berupa semua kebusukan Tari dan Asih.
'Sial! kenapa jadi gini?' batin Tari panik.
"Gimana ini Tari?" bisik Asih yang juga ketakutan.
"Mana aku tau Ibu." Tari juga ketakutan.
Iskandar tanpa bicara apapun langsung mengambil semua bukti, dia melihat satu persatu mulai dari video, foto hingga rekaman suara.
Wajahnya memerah, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat, bahkan Tari dan Asih bisa mendengar semua rekaman serta video yang diputar.
Semua bukti sudah jelas, jika dari awal mereka memiliki niat untuk membuat Mawar dibenci bahkan ingin menyingkirkan Mawar begitupun Ratu.
"Kurang ajar!" Iskandar langsung menatap tajam istri dan anaknya itu, hatinya sakit melihat cacian yang pernah dilontarkan oleh Asih pada Mawar.
"Ayah aku-"
"DIAM! KALIAN BERDUA...." nafas Iskandar memburu, ponsel milik Leo hampir saja dilempar oleh Iskandar tapi tidak jadi.
"Pak Iskandar sudah tau semuanya kan? jadi silahkan simpulkan sendiri, jika anda masih membela mereka maka jangan harap bisa bertemu Ratu lagi, masalah ini sudah masuk ke jalur hukum dan mereka akan segera di penjara.."
"Jangan halangi saya, dan silahkan selesaikan masalah ini di rumah tunggu polisi menjemput istri serta anak anda." tegas Ravin tersenyum remeh pada Tari dan Asih, kedua wanita itu langsung gemetaran tamat sudah riwayat mereka.
Setelah mengatakan itu Ravin langsung pergi keatas untuk menemui Ratu yang masih bermain bersama Dea dan Raka, Iskandar terdiam membisu.
'Selama ini aku sudah keterlaluan pada cucuku sendiri? bagaimana mungkin aku bisa sebodoh ini?' batin Iskandar merutuki dirinya sendiri.
"KALIAN BERDUA!"
Tari dan Asih sudah menangis ketakutan, kedua wanita itu mencoba kabur tapi dibantu oleh Leo alhasil mereka tidak jadi kabur dan dibawa menuju ke rumah Iskandar sebelum di kirim ke kantor polisi.
****
Ravin kini menemani Ratu yang masih ingin main di kamarnya, sementara Dea dan Raka sudah keluar untuk mengerjakan sesuatu.
"Papa ndak kelja?" tanya Ratu polos, biasanya jam segini Ravin akan berada di kantor.
"Engga soalnya Papa mau nemenin Ratu main." ucap Ravin tersenyum, dia mulai meluangkan waktu dan memperhatikan Ratu dengan lebih baik.
"Woahh, benelan? jadi hali ini Latu boleh main cama Papa cepuacnya?" Ratu begitu antusias, Ravin mengangguk.
"Boleh dong, nanti Papa suapin juga biar Ratu makannya lahap."
"YEAYYY!" Ratu langsung bersorak senang, Ravin tersenyum dengan mata yang sudah berembun ternyata putrinya bahagia dengan hal-hal sederhana.
"Ratu kangen sama Kakak Nayya gak?"
"Kakak Nayya?"
'Tiba-tiba pengen liat Nayya, aneh banget.'
Bersambung.......
.
.
rasain noh kenak senggak sama papi raka kn,, makanya jngn ego mulu yg diutamakan ravindra....