Tania seorang gadis yatim piatu yang tinggal bersama paman dan bibinya yang kebetulan tidak memiliki keturunan. Di usianya yang ke 20 tahun ini Tania harus berjuang sendiri melanjutkan hidupnya karena paman dan bibinya pun sudah meninggal dunia.
Memiliki seorang sahabat yang baik, tentu merupakan anugerah bagi Tania. Shasa adalah sahabat yang selalu ada untuknya. Mereka bersahabat mulai dari SMA. Siapa yang menyangka persahabatan mereka akan berubah menjadi keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada yang hilang
Beberapa hari kemudian.
Saif sedang menempuh perjalanan bisnis mewakili sang ayah ke luar negeri, tepatnya ke Singapura. Ia hanya pergi seorang diri. Saat di Bandara ia tidak menyangka akan dipertemukan dengan orang yang tidak ingin dia temui. Namun sudah takdirnya untuk bertemu dengannya. Bukan maksud Saif ingin memutus tali silaturahim. Namun ada kalanya ia harus menghindar dari orang yang hanya akan mengulik lagi lukanya yang baru saja sembuh. Saif sudah berusaha untuk pura-pura tidak melihat. Kedua orang itu pun mungkin tahu diri. Mereka juga pura-pura tidak melihat Saif. Namun ternyata Allah sudah membuat rencana lain. Mereka justru bertemu lagi di dalam pesawat dengan tujuan yang sama. Dan tidak disangka kedua orang tersebut duduk di dalam kelas bisnis bersebelahan dengan Saif. Tiga orang yang saling mengenal bahkan sangan dekat tadinya kini bagaikan orang asing.
"Ya Allah, cobaan apa lagi ini." Batin Saif.
Sementara itu, Maya dan Zain sedang menampakkan keromantisannya saat duduk berdua.
Saif memasang earphone di telinganya dan menutup matanya dengan penutup. Ia menyetel lagu-lagu sholawat dan tilawatil untuk mengalihkan perasaannya saat ini.
Beberapa saat kemudian, pesawat pun mendarat di Bandara Internasional Singapore.
Mereka bersiap untuk turun. Saif segera turun terlebih dahulu untuk menghindari dua orang itu.
Setelah mengambil kopernya, Saif masuk ke toilet untuk buang air kecil. Tidak disangka di sana ia berpapasan dengan Zain.
"Saif... "
Zain mencekal tangan Saif. Saif pun menoleh tanpa jawaban.
"Saif, aku ingin bicara denganmu sebentar saja."
"Maaf aku sedang keburu."
"Aku tunggu nggak pa-pa."
Saif masuk ke salah satu ruang kamar mandi. Dan Zain pun menunggunya di samping pintu toilet.
Beberapa saat kemudian, Saif keluar.
"Saif... "
"Waktuku tidak banyak. Hanya lima menit."
"Okey, okey. Nggak pa-pa lima menit saja sudah cukup."
"Okey."
"Saif, aku hanya ingin minta maaf kepadamu karena aku menikahi Maya tanpa pamit kepadamu. Mungkin kamu mendengar kabar yang tidak enak tentang aku dan Maya. Tolong jangan dengarkan. Kami tidak pernah berhubungan di belakangmu. Aku dekat dengannya setelah kalian bercerai. Dan kenapa secepat ini kami menikah, itu karena aku yang meyakinkannya. Apa lagi anakku butuh sosok seorang ibu setelah istriku meninggal."
"Sudah?"
"Saif, aku mohon jangan benci kami. "
"Zain, aku sudah ikhlas dengan takdirku. Aku menjauhi kalian bukan karena aku benci. Tapi karena aku ingin waras. Sekarang Maya sudah menjadi istrimu. Dia hanya masa laluku. Jadi jangan pernah ungkit lagi."
"Terima kasih ya. Semoga kamu juga nantinya akan menemukan sosok pendamping yang akan menjadi jodoh dunia akhiratmu."
"Aamiin."
Akhirnya mereka pun selesai berbincang. Saif langsung kembali dan mengambil kopernya dk tempat penitipan barang lalu pergi ke parkiran karena sudah dijemput oleh seorang sopir.
Di Indonesia.
Setelah mengeluarkan motor dari dalam rumah, Tania mengunci pintu rumahnya. Lalu ia menuntun sepedanya ke luar gang. Ia sudah siap untuk berangkat kuliah. Setelah sampai di luar gang, Tania memakai helm dan naik ke atas motor.
"Bismillahirrahmanirrahim... "
Tania langsung menarik stater motor berangkat menuju kampus. Beruntung hari ini cuaca cerah.
Sampai di kampus, ternyata Shasa belum datang. Tania menunggunya di depan kelas. Lima menit kemudian, Shasa pun datang.
"Hai, tumben kamu datang duluan?'
"Ya , kan udah ndak kerja di counter hehe... "
Tidak lama kemudian, seorang asisten dosen datang masuk ke dalam kelas.
"Lho kok pak asdos yang masuk, ke mana Pak Saif, Sha?"
"Ah iya aku lupa. Abang ndak masuk hari ini karena ada perjalanan bisnis."
"Ke mana?"
"Singapore."
"Oh... "
Perkuliahan pin dimulai. Namun, entah mengapa hari ini Tania tidak fokus. Seperti ada yang hilang dalam jiwanya. Tania lebih banyak ngelamun sampa-sampai kena tegur asisten dosen.
Setelah asisten dosen selesai memberi materi dan keluar dari kelas, Shasa langsung menegur Tania.
"Tania, kamu kenapa sih dari tadi?"
"Ha.. aku? Ndak pa-pa kok."
"Hem... ndak pa-pa gimana? Dari tadi ndak fokus gitu. Kayak ada sesuatu. Ada apa? Ayo cerita!"
"Beneran ndak ada, Sha. Ke kantin yuk!"
"Ayuk!"
Mereka pun pergi ke kantin.
Kembali ke Singapore.
Saif baru saja sampai di hotel. Ia menata barang-barangnya ke dalam lemari. Kungkinan ia akan menginap selama tiga hari di sana. Setelah selesai membereskan barang-barangnya, Saif masuk ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu'. Setelah itu, ia melaksanakan shalat Dhuhur. Saat berdo'a entah mengapa tiba-tiba ia teringat kepada Tania.
"Ya Allah, maafkan hamba."
Saif pun melipat sajadah dan menaruhnya di atas sofa. Setelah itu, ia naik ke atas tempat tidur. Siang ini ia ingin beristirahat karena nanti malam ia akan menghadiri jamuan makan makan malam. Namun, entah mengapa ia enggan memejamkan mata. Saif pun memainkan handphone nya. Tidak sengaja ia melihat story Shasa di aplikasi WA. Story Shasa sedang berselfie dengan Tania di kantin. Shasa dengan pose dia jari, sedangkan Tania dengan menambah tangan di dagunya. Keduanya sama-sama memakai jilbab warna pink salem. Dalam captionnya, Shasa menulis "Yang di sampingku kayaknya lagi galau." Tanpa sadar Saif mengulum senyum dan memberikan tapi love pada story tersebut.
"Galau? Tania galau kenapa? Ah, kenapa aku penasaran. Mereka kan anak muda. Apa mungkin Tania sedang patah hati? Ah, ndak mungkin. Shasa bilang dia tidak punya pacar." Batin Saif.
Saif pun menutup handphone nya. Ia mencoba kembali memejamkan mata. Dan setelah beberapa saat kemudian, Saif pun terlelap.
Saif sedang berjalan di tepi pantai. Ia berhenti sejenak dan memandang lurus ke arah laut. Ombak pun datang perlahan. Percikan air membasahi pakaian Saif.
"Abang... abang... jangan bang!"
Seseorang memeluk Saif dari belakang.
"Abang, jangan pergi! Aku takut."
Saif tertegun. Ia menatap tangan lembut yang saat ini masih bertengger di perutnya. Saat ia menoleh dan ingin melihat perempuan itu, suara sering handphone membangunkannya dari mimpi.
"Bunda."
Saif pun langsung menerimanya.
"Assalamu'alaikum, bun. " Ucapnya dengan nada serak.
"Wa'alaikum salam. Bang, kamu sudah sampai kan?
"Ya Allah, maaf tadi abang lupa buat ngasih tahu bunda. Abang sudah nyampe dari tadi kok, bun."
"Maaf ya, bunda mengganggu. Abang sedang tidur ya?"
"Ndak pa-pa, bun. Ini juga sudah hampir sore, abang mau shalat Ashar."
"Ya sudah. Abang hati-hati di sana ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Setelah menutup panggilannya, Saif kembali mengingat mimpinya.
"Ya, Allah mimpi di siang bolong. Siapa perempuan tadi?" Lirihnya.
Saif pun bangun dan masuk ke kamar mandi.
Sementara Shasa sedang merasa heran karena baru kali ini abangnya menyukai story nya.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maaf baru bisa up kak, beberapa hari ini othor sakit kepala dan kurang enak badan. Tidak kuat mantengin layar handphone. Semoga readers tidak kecewa dan memakluminya. Terima kasih banyak atas supportnya 🙏
Biar lebih gampang merawat Tania dan full pahala
Aku yakin ayah ,bunda sama Sasha setuju
semoga cepat sembuh dan kabar bahagia untuk Tania soon y Thor 🤲🥰