NovelToon NovelToon
Generasi Gagal Paham

Generasi Gagal Paham

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Anak Genius / Murid Genius / Teen School/College
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Generasi sekarang katanya terlalu baper. Terlalu sensitif. Terlalu online. Tapi mereka justru merasa... terlalu sering disalahpahami.

Raka, seorang siswa SMA yang dikenal nyeleneh tapi cerdas, mulai mempertanyakan semua hal, kenapa sekolah terasa kayak penjara? Kenapa orang tua sibuk menuntut, tapi nggak pernah benar-benar mendengarkan? Kenapa cinta zaman sekarang lebih sering bikin luka daripada bahagia?

Bersama tiga sahabatnya Nala si aktivis medsos, Juno si tukang tidur tapi puitis, dan Dita si cewek pintar yang ogah jadi kutu buku mereka berusaha memahami dunia orang dewasa yang katanya "lebih tahu segalanya". Tapi makin dicari jawabannya, makin bingung mereka dibuatnya.

Ini cerita tentang generasi yang dibilang gagal... padahal mereka cuma sedang belajar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 27 Raka dalam Dilema

Hari demi hari, langkah Raka semakin berat. Walau di luar ia masih menebar senyum, dalam hatinya ada kekacauan yang tak bisa ia jelaskan. Kegiatan mereka makin padat. Setelah undangan dari kementerian, kini komunitas lain juga mulai menghubungi mereka menyatakan dukungan, tapi juga menuntut lebih banyak. Mereka bukan lagi siswa biasa. Mereka kini simbol.

“Raka, lo jadi moderator diskusi forum minggu depan ya?” kata Dita saat mereka selesai latihan bicara di perpustakaan.

Raka hanya mengangguk. Tapi batinnya berteriak.

Di rumah, ia menghadapi tekanan lain. Ayahnya mulai curiga karena Raka sering pulang malam dan sibuk dengan laptop. Ibunya mencoba memahami, tapi tak mampu menahan kekecewaan ketika nilai ujian matematika Raka anjlok.

“Kamu jadi lupa belajar. Bikin podcast, ikut forum, demo pula. Mau jadi apa nanti?” tanya sang ayah saat makan malam.

Raka menunduk. “Aku cuma pengen... suaraku didengar.”

“Suara apa? Kamu sekolah untuk belajar, bukan cari panggung.”

Ia memilih diam. Di kamarnya, ia menatap naskah sambutan yang ditulisnya semalam. Tangannya gemetar. Ia merasa terbelah antara menjadi ‘anak baik’ di mata keluarganya atau menjadi dirinya sendiri.

Suatu malam, saat ia tengah mengedit episode podcast, notifikasi masuk.

“Selamat malam, Raka. Kami dari Jurnal Pendidikan Nasional. Ingin mengundangmu untuk jadi narasumber di webinar kami bulan depan.”

Raka menatap pesan itu lama. Lalu balas:

“Boleh saya pikirkan dulu?”

---

Besoknya, ia bertemu dengan Nala, Dita, dan Juno di kafe kecil yang biasa mereka datangi. Raka datang paling akhir, dengan mata lelah dan ransel berat.

“Lo kenapa?” tanya Nala.

“Kayak baru berantem sama seisi rumah,” Juno menimpali.

Raka hanya tertawa pahit. Ia duduk, meletakkan laptopnya di meja, lalu menatap mereka satu per satu.

“Gue ngerasa semua ini terlalu cepat. Kita cuma anak SMA. Tapi sekarang semua orang minta kita ngomong. Kita diajak tampil, diwawancara, bahkan disebut role model.”

“Bukankah itu bagus?” kata Dita.

“Ya. Tapi lo nggak ngerasa kayak... kita kehilangan masa SMA kita? Dulu kita bisa bebas main, sekarang kita harus hati-hati ngomong.”

Nala menatapnya. “Gue ngerti. Tapi kita juga yang milih jalan ini, Rak. Dan lo yang pertama kali bilang ‘kita harus lawan sistem’. Lo inget?”

Raka mengangguk pelan. “Gue inget. Tapi gue nggak nyangka dampaknya sebesar ini. Gue takut...”

“Takut apa?”

“Takut kita dimanfaatin. Takut kita dikorbankan.”

Sore itu, Raka berjalan sendirian pulang. Langit mendung, dan pikirannya makin berat. Ia berjalan pelan melewati taman, lalu duduk di bangku kayu dekat kolam.

Ia mengeluarkan jurnalnya, yang biasa ia isi diam-diam. Di halaman terakhir, ia menulis:

“Kalau perjuangan ini harus membuat gue kehilangan kepercayaan keluarga, nilai, dan masa muda... apa gue siap? Atau ini cuma ego remaja yang haus pengakuan?”

Ia menutup jurnal itu cepat ketika seseorang duduk di sebelahnya.

“Nulis apa?”

Ternyata Juno. Ia menyodorkan teh hangat dalam gelas kertas.

“Gue tahu lo gelisah. Tapi lo nggak sendiri, Rak.”

“Kadang gue ngerasa sendirian banget.”

“Gue juga. Tapi setiap kali gue mau nyerah, gue inget kita nggak mulai ini buat populer. Kita mulai ini karena kita tahu ada yang salah.”

Raka menghela napas. “Kalau kita gagal?”

“Berarti kita pernah nyoba.”

Kata-kata itu menenangkan. Raka menatap danau kecil di depannya. Ia tahu jawabannya tak akan datang malam itu juga. Tapi ia tahu satu hal: dia tak sendiri.

Minggu berikutnya, saat forum diskusi remaja nasional digelar, Raka tampil sebagai moderator. Ia mengenakan kemeja putih dan celana hitam sederhana. Rambutnya ditata rapi oleh ibunya pagi itu, yang akhirnya memeluknya tanpa berkata apa-apa.

Forum berjalan lancar. Raka memimpin dengan tenang, menyisipkan pertanyaan tajam dan memberikan ruang kepada peserta untuk menyampaikan keresahan mereka.

Setelah sesi selesai, salah satu pembicara dosen muda dari universitas ternama menghampirinya.

“Kamu punya bakat. Dan suara. Jangan pernah takut bersuara. Tapi juga jangan pernah lupa, tetap jadi manusia yang belajar.”

Raka mengangguk.

Di perjalanan pulang, ia menerima pesan dari ayahnya:

“Tadi Ibu nunjukin kamu di livestream. Ayah bangga. Tapi jangan lupa, pendidikan bukan cuma di luar. Di rumah juga penting. Kita obrolin nanti malam, ya.”

Air mata Raka menetes pelan.

Malam itu, ia tidur dengan damai. Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu, ia tak lagi ragu. Ia mungkin belum punya semua jawaban, tapi kini ia yakin: selama ia jujur pada dirinya sendiri dan tetap bersama teman-temannya, ia bisa melalui semua ini.

1
Ridhi Fadil
keren banget serasa dibawa kedunia suara pelajar beneran😖😖😖
Ridhi Fadil
keren pak lanjutkan😭😭😭
Irhamul Fikri: siap, udah di lanjutin tuh🙏😁
total 1 replies
ISTRINYA GANTARA
Ceritanya related banget sama generasi muda jaman now... Pak, Bapak author guru yaaa...?
Irhamul Fikri: siap, boleh kak
ISTRINYA GANTARA: Bahasanya rapi bgt.... terkesan mengalir dan mudah dipahami pun.... izin ngikutin gaya bahasanya saja.... soalnya cerita Pasha juga kebanyakan remaja....
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!