NovelToon NovelToon
GITA & MAR

GITA & MAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Fantasi Wanita / pengasuh
Popularitas:4.2M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Gita yang gagal menikah karena dikhianati sahabat dan kekasihnya, menganggap pemecahan masalahnya adalah bunuh diri dengan melompat ke sungai.

Bukannya langsung berpindah alam, jiwa Gita malah terjebak dalam tubuh seorang asisten rumah tangga bernama Mar. Yang mana bisa dibilang masalah Mar puluhan kali lipat beratnya dibanding masalah Gita.

Dalam kebingungannya menjalani kehidupan sebagai seorang Mar, Gita yang sedang berwujud tidak menarik membuat kekacauan dengan jatuh cinta pada majikan Mar bernama Harris Gunawan; duda ganteng yang memiliki seorang anak perempuan.

Perjalanan Gita mensyukuri hidup untuk kembali merebut raga sendiri dan menyadarkan Harris soal keberadaannya.


***

Cover by Canva Premium

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

018. Siapa Pak Harris?

Mar meninggalkan Harris dengan perasaan sedikit mendongkol. Kalau ditanya bagaimana perasaannya, tentu saja ia sedih. Gita memang bukan siapa-siapanya Harris dan pria itu tidak memiliki keharusan memperhatikan Gita. Mar cuma sedih teringat nasib Gita, tubuhnya sendiri yang dalam sehari ini sudah banyak menerima ketidakadilan. Terbaring di ruang ICU tanpa seorang pun yang menemani.

Bahkan syoknya atas pengkhianatan Rama belum pulih. Ia sudah harus menghadapi masalah Mar yang bertubi-tubi.

Apa ini hukuman buat aku yang nggak bersyukur? Sampai-sampai Tuhan ngasih aku cobaan lebih gede lagi?

Tuhan … aku mau kembali ke ragaku. Aku kangen jadi seorang Gita. Aku janji akan hidup lebih baik dan nggak akan pernah mikir soal bunuh diri. Sumpah … enggak lagi-lagi.

Mar menyeret langkah ke arah kamar yang dari dalamnya terdengar siaran televisi kompetisi dangdut.

“Gita … semoga kamu nggak akan berakhir tinggal di kamar belakang ini selamanya.” Mar melangkah masuk dan melihat Surti sedang melakukan tiga kegiatan sekaligus. Rekan sekamarnya itu sedang duduk di lantai menyeterika, bertelepon sekaligus menonton acara kompetisi dangdut.

“Halah, umur kamu itu masih muda. Masih disebut berondong. Masa kelahiran tahun segitu, kok, minta disebut om-om? Kalau kamu yang muda dipanggil om-om, lantas aku yang tua disebut apa? Jenglot?” Surti terkikik-kikik.

Lalu saat menyadari kedatangan Mar, Surti memintanya masuk dengan lambaian tangan. Pekerjaan Surti bertambah satu macam lagi. Mencoba mengajak Mar berbicara.

Surti multitasking banget ….

Kayaknya lebih cekatan dia dari si berengsek Monic.

“Udah ketemu Pak Harris? Chika masih demam? Mukamu, kok, gitu?” Surti memberondong Mar dengan tiga pertanyaan sekaligus.

“Udah ketemu, nggak demam lagi, nggak apa-apa.” Mar menuju satu ranjang di mana bungkusan Gita yang ia bawa dari rumah sakit tadi berada. Ternyata meninggalkan bungkusan itu di meja dapur mempermudah ia mengenali ranjang mana yang harus ia tempati. Surti meletakkannya di sana. "Silakan dilanjut dulu kerjaan dan telfonannya. Saya…aku ngecek hape dulu.” Mar menunjukkan ponsel Gita pada Surti.

“Hmmm …. Mar hape baru,” kata Surti pada lawan bicaranya di telepon. “Kayaknya dia udah ngerti pake hape mahal. Berjasa banget itu yang bisa ngajarin Mar. Aku ngajarin dia pake kalkulator aja sulit.” Lagi-lagi Surti terkikik tanpa rasa bersalah seakan Mar tak berada di kamar itu.

Mar duduk di salah satu ranjang dan mulai mengecek pesan masuk terlebih dahulu. Mar mengembuskan napas lega. Setelah proses yang berbelit-belit akhirnya ia bisa memiliki ponselnya sendiri. Pesan paling atas dan terbaru datang dari ibunya.

‘Git, sudah sampai di rumah? Tumben Gita nggak nelf atau chat ngabarin udah sampai. Ibu telf juga nggak jawab. Kabari Ibu segera.’

Tidak perlu waktu lama Mar langsung mengetikkan balasan untuk sang ibu. Seraya berusaha keras mengabaikan suara-suara aneh dari kegiatan Surti yang heboh bertelepon.

‘Aku udah di rumah. Tadi nggak ngasih kabar karena ketiduran. Ibu bisa tidur sekarang. Padahal udah aku bilang berkali-kali jangan tidur larut malam. Aku udah gede, Bu. Nggak ditungguin tiap hari. Ya udah … aku mau ke toilet. Tidur ya cintaku ….’

Mar terus menggulir deretan pesan. Mencari satu nama yang entah kenapa masih ia pikirkan untuk berbaik sangka. Nyatanya memang tidak ada. Pria yang kemarin masih berstatus sebagai tunangannya mungkin sekarang tengah tidur memeluk sahabatnya.

"Dari dulu dunia memang sudah seberengsek ini," bisik Mar.

Semua orang mungkin akan mengata-ngatainya bodoh karena mau banyak membantu Rama. Salahkah kalau ia bersimpati dan mengasihani kekasihnya itu sebagai salah satu teman seperjuangan menaklukkan kota besar dan meraih mimpi mereka bersama-sama?

Dulu Rama baik. Pria itu selalu ada buatnya atau buat ibunya. Rama tidak pernah perhitungan soal waktu dan tenaga. Sepanjang apa yang telah terjadi, satu-satunya kejahatan Rama adalah mengkhianatinya.

Tapi bukannya semua memang kayak gitu? Semua pasangan yang berkhianat dulunya memang baik banget sampai mereka ketauan berkhianat? Andai Lily nggak nunjukin langsung di depan mataku, mungkin bisa aja aku nggak akan percaya. Mungkin aku bakal tetap menjalin hubungan dengan laki-laki berengsek itu.

Mar membereskan perlengkapannya cepat-cepat. Tubuh dan pikirannya sama penat. Setelah mengaduk-aduk lemari kecil tempat Mar menyimpan pakaian, akhirnya ia memutuskan mengenakan training olahraga dan kaus oblong sebagai piyama tidurnya.

"Kamu kayak anak SD mau ikut Porseni," kata Surti mengomentari Mar yang bersiap-siap tidur.

"Iya nggak apa-apa." Mar sudah tak selera lagi menjawab komentar Surti. Ia ingin cepat-cepat tidur dan berharap terbangun dalam tubuh aslinya.

*****

"Papi pergi sekarang, ya. Baik-baik di rumah sama Mbak Mar. Nggak usah sekolah dulu kalau masih demam." Harris menciumi pipi Chika yang masih mengenakan piyama dan memeluk Teddy Bear kecil.

Kalau kemarin penglihatan Mar dipuaskan dengan penampilan Harris berkemeja di siang hari dan berkaus di malam hari. Mar juga dipuaskan secara tidak sengaja dengan Harris dan lilitan handuknya. Dan pagi itu Mar kembali harus berpura-pura tidak terkesima melihat Harris dalam setelan jas lengkap. Mar menunduk sambil menatap dan memainkan kedua ibu jari kakinya. Ia tersipu sendirian.

Ganteng. Apa pemandangan begini yang diliat Mar setiap pagi? Pantes Samsul maksa banget kemarin. Standar Mar udah tinggi kayak begini. Paham, sih, kenapa Mar makin enggak selera liat kelakuan dan penampakan si Samsul.

Mar mempertahankan wajah datarnya di depan Harris.

"Mar, saya pergi ke kantor sekarang. Kalau kamu ada perlu sesuatu hubungi nomor yang biasa." Harris memasukkan ponsel ke balik jasnya. Hari itu ia akan mengikuti acara serah terima jabatan di kantor pusat. Salah satu direktur mereka memasuki masa pensiun.

"Mmmm ... Pak?"

"Ya?"

Sahutan Harris membuat Mar membeku beberapa detik. Ia perlu menarik napas sebelum melanjutkan. Suara Harris masih memiliki efek tak biasa buatnya. "Hari ini jadi ngeliat saudara saya?"

"Saudara kamu? Jadi...jadi. Asisten saya pagi ini datang melihat kondisi saudara kamu. Saya pergi sekarang."

Menyebalkan. Pagi ini bangun tidur dan masih bertubuh mini itu menyebalkan. Menghadapi tuan rumah yang sok sibuk ini juga menyebalkan. Ditambah anak perempuan kecil ini yang ngeliat aku kayak ngeliat orang asing, itu juga menyebalkan.

Apa aku akan terkurung di sini selamanya? Atau memang ini neraka yang aku dapatkan setelah Tuhan mendengar niat bunuh diriku?

Mar menghela napas panjang dan berat. “Pfft … sampai kapan aku mikir soal itu terus.”

Mar memandang Harris yang masuk ke mobil yang ia setir sendiri. “Ternyata memang enggak pake supir,” gumam Mar.

“Kan, ada supir. Supir yang biasa anter aku. Bukan anter Papi. Mbak Mar lupa,” kata Chika meninggalkan teras dengan menyeret langkahnya.

Mar lalu membekap mulutnya sendiri.

Acara serah terima jabatan di kantor pusat perusahaannya berlangsung pukul sembilan pagi. Harris pergi lebih pagi karena berniat mendatangi Rumah Sakit Daerah untuk kedua kalinya. Kunjungannya terakhir kali ke tempat itu menyisakan banyak pertanyaan.

“Pak Harris?” sapa seorang dokter perempuan saat Harris sedang bicara dengan perawat ruang ICU.

“Oh, yah … apa kabar, Dok?” Harris yang sedikit terburu-buru tidak siap dengan sapaan itu. Dan ia juga sebenarnya tidak mengenali siapa yang menyapanya. Hanya merasa pernah mengobrol sebentar.

“Ada keperluan apa di ICU, Pak? Ada yang sakit?” Dokter perempuan memandang wajah perawat di depan Harris untuk meminta penjelasan. Namun rupanya perawat tersebut memilih menyelamatkan pekerjaannya dengan tetap bungkam. Harris hanya mengangkat bahu. “Kalau begitu saya permisi, Pak. Kalau ada apa-apa bisa hubungi saya. Atau saya bisa membantu dengan menghubungkan dokter lain untuk Bapak.”

“Terima kasih, Dok,” sahut Harris dengan sopan. Ia menunggu sampai dokter perempuan itu benar-benar menghilang baru kembali meraih kertas dan membaca laporan.

“Saya tidak akan mengatakan apa pun soal pasien di ICU. Pada siapa pun,” kata perawat tanpa diminta.

“Oh, terima kasih. Boleh saya masuk ke dalam?” Harris menunjuk pintu ruangan di mana Gita berada.

“Boleh, Pak. Tentu boleh.” Perawat mendahului Harris menuju pintu ruang ICU dan menjelaskan secara terperinci soal keadaan Gita.

Tiba di dalam Harris meminta perawat untuk meninggalkannya sendiri. “Saya tidak lama, tapi saya perlu waktu berdua dengan pasien,” ucap Harris. Perawat menurutinya dengan pergi keluar dan menghilang dari penampakan kaca yang tembus pandang. Harris segera mengalihkan perhatiannya pada sosok Gita yang tertidur dengan selang oksigen.

Kali ini Harris punya kesempatan memandang Gita dari dekat. “ Ternyata dari dilihat dari dekat begini kamu lebih cantik. Semakin tidak percaya kalau kamu saudara Mar. Aku nggak tau dari mana Mar ketemu kamu. Sejak kemarin Mar jadi sosok lain. Salah satunya adalah mengakui kalau kamu saudaranya. Padahal … aku ikut menjemput Mar ke rumahnya. Mar adalah yatim-piatu yang dulu bekerja menjadi asisten rumah tangga tetangga Samsul. Tidak ada orang lain yang dikenal Mar selain Samsul dan juga … almarhumah istriku. Mar yang biasa menyebut dirinya sendiri dengan Mar, sekarang sudah pintar menggunakan kata ‘saya’ dan berbahasa Inggris.” Harris terkekeh. “Dan juga … Mar tidak pernah memandangku seperti dua hari ini.” Harris bicara sambil mondar-mandir di ruangan seakan sedang mendikte sesuatu. Langkahnya lalu terhenti dan kembali menatap Gita.

Harris memandang wajah oval Gita dan rambut hitam panjangnya. “Gita … kamu siapa? Apa yang terjadi sampai kamu berakhir di tempat ini? Apa aku perlu mendatangi kantor kamu? Kamu masih bekerja di situ, kan? Kamu pasti punya teman yang mengenali kamu.” Harris menyentuh jemari Gita dengan telunjuknya. Perlahan-lahan sampai ujung telunjuk Harris menyentuh punggung tangan Gita yang pucat. “Bahkan Mar yang sekarang berani memintaku merawat kuku. Luar biasa. Mar kayaknya lupa siapa aku dan apa pekerjaanku.”

Jemari Harris lainnya seakan iri dengan telunjuk yang menyentuh punggung tangan lembut milik seorang wanita. Jemari lainnya terentang hendak meraih tangan terkulai itu untuk digenggam. Namun, sebuah telepon masuk membuat semua jari harus bersabar.

“Halo? Sudah ketemu di mana kantornya? Benar ada Sales Manager bernama Gita? Hmmm … oke. Besok atau lusa sepertinya saya akan cross check langsung.”

To be continued

1
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
aseekkkkk akhirnya pakk harris tau yg mna jin nya🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

ayoloh monic siap2 karma mu dtang

siapa karin......???
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
alhamdulillah lily kau best nya syukurlah kamu dtang ,dih monic pura2 sedih ngak nagruh buat lily
ayolohh harris tau ni jin gita msuk ke tubuh mar😆😆😆😆
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
waduhhh jangan sampai monica kpincut harris juga
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 ksian pak harris ampe gk bisa merem asik cari jin apa yg merasuki markisah🤣🤣🤣🤣🤣
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
astagfirullah gita akmu kebangetan gk tau terimakasih nya sma majikan🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
astagfirullah mar🤣🤣🤣🤣🤣🤣 yg jdi majikan siapa bawahan siapa ya hbis eetalah ini markisah dipecat sma harris🤣🤣🤣🤣🤣
nah kan lain kan mkin bingung pak harris
Rifa Mukherjee
/Sob//Grin//Grin/
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
kyak nya saat samsul dorong gita,markisah ngeliat dech jdi samsul mencoba bunuh markisah

waduhhh mar kamu kebangetan dech liat2 pak harris😆😆😆
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
kwkwkwk surtii cocok jdi sahabat mu gita🤣🤣🤣🤣

ya ampun hasan🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
kwkwkkwwk tenang aja kamu mar kamu dudah diakaui cantik banget kok sma pak harris🤣🤣🤣🤣🤣
ehemm pak harris kepo juga ternyata😂😂😂
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
kwkwkwkwk ampe kuku rambut smua nya mar🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
kocak mar aneh kan kok tiba2 bisa bhsa inggris🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
wkwkwkwk nek imah langsung nurut,nah kan berarti samsul yg dorong gita😂

waduhh mar mar kocak amat🤣🤣🤣🤣🤣
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
jangan2 samsul yg dorong gita
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
cekik aja samsul nya marr
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
uhuiiiiii pasti pak haris jatuh cinta sma gita😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
~Sheren💕HS
laahh malah Mar udah laporan ini
~Sheren💕HS
yakinn Pak Harris ga tauu..kan bnyam cctv
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
🤣🤣🤣🤣🤣 gita🤣🤣🤣🤣🤣
L𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
astagfirullah nagakak🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 ayoloh mar denger suara pak haris saja udah klepek2😆😆😆😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!