KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Ceklek!
Begitu pintu terbuka, Roy dan Aluna berdiri di ambang pintu, menyambut sosok yang sudah sangat mereka kenal. Senyum hangat langsung mengembang di wajah keduanya saat melihat Lucky berdiri di sana. Meski bukan kali pertama mereka bertemu, perasaan hangat dan haru tetap saja hadir setiap kali melihat anak dari dua sahabat lama mereka—Damian Evander Raze dan Elena Valeria Raze—yang telah lebih dulu tiada.
"L-lucky!" Seru Roy dan aluna, nada suaranya hangat, penuh ketulusan dan kerinduan.
Lucky menatap dua orang paruh baya yang tampak sangat awet muda, bahkan rambut roy masih hitam pekat sementara Aluna berhijab.
Lucky membalasnya dengan senyuman hangat."Om! Tante!" Ia segera menyalimi sahabat kedua orang tuanya itu. Lucky baru mengetahui bahwa Roy dan aluna itu sahabat mendiang orang tuanya, semenjak seminggu yang lalu.
"Kamu mirip sekali dengan papahmu, nak!" Ucap Roy memeluknya.
Lucky tertegun dalam pelukan roy. Ada rasa haru dan rasa kecewa yang tak bisa ia sembunyikan didalam dadanya. Ia teringat masa kecilnya yang membangkitkan luka tersebut. Rasa Kekecewaan membuncah terhadap kedua orang tuanya yang telah meninggalkannya sejak usianya 3 tahun, menitipkannya pada kakek dan nenek di Amerika. Bukan ditinggal mati, tapi seperti dilupakan.
Selama 32 tahun, ia tak pernah sekalipun bertemu orang tuanya secara langsung. Hanya foto yang menjadi pengobat rindu. Tak ada surat, tak ada pelukan hangat yang menyapa, tak pernah dirawat dan merasakan kasih sayang dari sosok orang tuanya.
Kenyataan pahit itu semakin dalam ketika mendengar pernyataan Robert—pengusaha nomor 1 didunia sebelumnya yang pernah mencintai ibunya lucky sekaligus sahabat kecil kedua orang tuanya. Robert mengaku dia mencintai elena, dan mengatakan fakta secara langsung terhadapnya. 'Jika orang tuanya dulu pernah melakukan hubungan diluar nikah semasa kuliah, dari situlah lucky hadir kedunia'. Bagi Robert itu pengkhianatan cinta dan kehormatan, memantik dendam yang membara setelah mendengar kabar elena hamil. Robert kecewa, sedih, marah dan diam-diam menyimpan dendam. Tanpa pikir panjang, Robert memutuskan mengambil alih perusahaan milik keluarganya secara keseluruhan. Dengan hati yang dipenuhi rasa dendam akibat dikhianati, ia merampas paksa perusahaan keluarga lucky lalu menghabisi nyawa keluarga lucky satu persatu. Namun, ia tidak memb*n*h Damian dan elena, Karena keduanya melarikan diri dan pindah ke indonesia dari jauh-jauh hari semenjak perusahaan nomor dua didunia itu direbut paksa oleh Robert, membiarkan lucky tinggal disana seorang diri. Pencaharian terus menerus dilakukan Robert terhadap orang tua lucky, ingin menghabisinya juga. Namun, Rebecca, selaku istrinya Robert mendapat informasi lebih dulu dan langsung saja menghabisi nyawa Damian serta elena melalui orang suruhannya. Rebecca dendam pada dua orang itu, karena mereka juga Robert tidak pernah mencintainya dan seringkali berselingkuh dengan selirannya. Tepat setelah kematian kedua orang tuanya, lucky baru tiba di Indonesia, melarikan diri juga dari Robert yang habis-habisan mengincarnya. Bagi Robert, dalang dibalik ini semua adalah lucky Raze. Si anak tidak diinginkan, bahkan Robert pernah mengatakan lucky anak h4ram, secara tidak langsung.
Dalam hatinya, Lucky semakin percaya bahwa ia hanyalah anak yang tak diinginkan, hasil dari sebuah aib yang ingin disembunyikan. Dan keyakinan itu membuatnya tumbuh dalam sunyi yang dipenuhi tanya dan kekecewaan yang mendalam.
Waktu umur 9 tahun. Ia pernah bertanya pada dirinya sendiri. 'aku ini beneran anak h4ram ya? Kalau iya, pantas saja orang tua ku tidak pernah memperdulikan aku. Mereka tega menelentarkan ku. Padahal, mereka bisa saja membawaku kabur ke indonesia saat itu, tapi mereka nggak melakukan apapun. Nggak berjuang, nggak menjemput. Mereka ngebiarin aku hidup sendiri dalam kesedihan.'
'sial! Orang yang tulus ada dua, kakek dan nenek. Meskipun mereka berdua nggak sepenuhnya menyayangiku, mereka tetap merawatku. Dan Didunia ini ada 1 orang yang paling tulus dan bener-bener peduli sama gue , Arhan putra Pratama. Dialah yang ngebantuin gue saat jatuh, yang peduli sama gue tanpa banyak tanya, yang ngerangkul gue tanpa syarat, dan yang baik sama gue tanpa berharap pamrih. Dia sosok asing yang baru gue kenal, tapi sikapnya melebihi orang-orang yang gue kenal, bahkan orang yang berstatus keluarga. Ternyata benar, kadang orang-orang diluar sana, yang bahkan tidak memiliki ikatan darah, justru lebih peduli dan tulus sama kita dibandingkan dengan keluarga yang terikat hubungan darah.' Batin lucky sedih. Sekuat tenaga ia menahan tangis.
Roy mengurai pelukannya. "Sayang, kamu habis diantar sam lucky, HM?" Tanyanya lembut pada bella.
"Iya, pih. Di anterin sama dia." Jawab Bella lembut.
"Kalian lagi pdkt ya?" Tebak Aluna tersenyum.
"Nggak, Tante. Saya cu-cuma nganterin Bella kesini. Terus dia ngajak saya mampir kerumah, saya tadinya nolak! Tapi Bella nya maksa Tante, ya udah saya iyain aja." Karang lucky dengan senyum canggung.
Bella melongo, mendengar karangan lucky yang membawa-bawa namanya. "Siapa yang bilang gitu? Kamu jangan ngarang-ngarang cerita ya, Lucky. Saya nggak ada nyuruh-nyuruh kamu mampir kesini." Bella menatap Roy dan Aluna yang terlihat percaya-percaya aja. "Mom, pih! Jangan percaya sama lucky. Dia bohong! Bohong banget. Bella nggak ada nyuruh gitu, malahan Bella ngusir dia dari sini, dianya ngeyel dan katanya mau ketemu Sean." Ia klarifikasi.
Lucky menggaruk tengkuknya, nyengir, malu dan canggung tanpa berani menatap Roy dan aluna. CK, baru awal imagenya sudah jelek dihadapan calon mertua.
"Bella! Nggak boleh gitu, sayang. Lucky baik loh sama kamu. Dia nganterin kamu kesini, harusnya kamu berterimakasih sama dia, nak. Jangan marah-marahin dia." Ujar Aluna lembut, merasa tidak enak.
Bella menghela nafas dengan mata terpejam. Capek.
Mendengar itu lucky full senyum. Tubuhnya ditegakkan harus berwibawa dihadapan mertua.
"Ayo, masuk dulu lucky. Kamu mau bertemu Sean ya?" Tanya Roy.
"Iya, om. Saya mau ketemu Sean, dia ada didalem?" Tanya lucky gugup.
"Ada, dia lagi sama Arsa (anak Sabrina dan arhan)." Jawab Aluna.
Lucky mengganguk pelan, sesekali melirik Bella. Mata gadis itu mendelik sinis kearahnya. Lucky menelan ludahnya susah payah, tegang, ngeri.
Roy dan aluna segera mengajak lucky dan Bella masuk kedalam rumah.
"Assalamualaikum." Ucap Bella sopan.
"Apa itu assalamualaikum?" Tanya lucky disebelahnya.
"Itu salam dalam Islam. Artinya, ‘semoga keselamatan tercurah untukmu’," jawab Bella pelan.
Lucky mengangguk pelan, seolah menyimpan makna kalimat itu dalam hatinya. "Indah juga, ya..." gumamnya pelan nyaris tak terdengar.
Setiba diruang tamu. Mata lucky langsung menangkap sosok Sean yang duduk disofa sambil memangku laptopnya. Disampingnya, Arsa duduk, kepalanya menyandar dipundak Sean dengan tatapan fokus menatap layar laptop, memerhatikan dalam diam.
Suara langkah kaki menggema diruangan. Sean dan Arsa yang sedang fokus, segera mengalihkan perhatiannya. Laptopnya ditutup dan diletakkan dimeja. Sean bangkit dari duduknya, berjalan bersama Arsa menghampiri dan menyambut kedatangan tamu.
"Aish! Arsa! Kamu disini juga? HM?" Tanya lucky berjongkok, mengajaknya tosan.
Arsa terdiam, tanpa membalasnya. Lucky tersenyum kikuk, menarik tangannya kembali. Ia merutuki dirinya sendiri yang sok asik.
'monyet! Malu banget!' umpat lucky membatin.
"Maaf, bang. Arsa belum terbiasa kalau diajak tos-tosan gitu." Ujar Sean menurunkan pandangannya, mengusap-usap kepala Arsa.
"Iya, nggak apa-apa. Santai aja, Abang paham!" Jawab lucky menatap kesegala arah, menyembunyikan raut malunya.
"Dek!" Ucap Bella lembut, berjongkok sambil merentangkan tangannya.
"Tante Bella!" arsa tersenyum sumringah, berlari kecil dan memeluk tantenya erat.
"Gimana kabar kamu? HM?" Tanya Bella disela pelukannya.
"Alhamdulillah baik tan. Tante gimana kabarnya?" Tanya Arsa balik.
Bella menjawabnya. Kedua manusia itu berpelukan hangat, saling bertanya-tanya. Sesekali bercanda dan tertawa. Diam-diam lucky memerhatikan. Senyum tipis terbit diwajahnya, senang dan kagum dengan sikap Bella yang begitu baik dan lembut terhadap anak kecil.
'cocok jadi ibu dari anak-anak gue nih!' batin lucky terpana. Tak bisa menyembunyikan kekagumannya pada wanita itu, Meski Bella selalu saja jutek padanya.
"Ayo, duduk dulu nak!" Pinta Roy.
Lucky tersentak dari lamunannya. "I-iya, om!" Katanya salah tingkah sendiri dan duduk disofa.
Roy dan aluna saling bertukar pandang, melempar senyuman kecil. Mereka semua duduk disofa, Bella duduk bersama Roy, Aluna dan Arsa yang tengah dipangku. Didepannya. Lucky duduk bersama Sean disebelahnya. Jamuan disajikan dan diletakkan oleh beberapa art dimeja kaca dengan sangat sopan, curi-curi Pandang ke arah lucky. Sungguh tak menyangka lucky akan hadir kesini.
"Ayo, diminum dulu lucky. Ini makanannya juga, nak. "Tutur Aluna lembut.
"I-iya, tan." Gugup Lucky, hanya menatap tanpa meraihnya.
"Mbak Bella. Suruh bang lucky minum dong, masa cowoknya didiemin aja." Celetuk sean membuat jantung lucky berpacu cepat. Wajahnya merah, entah karena malu atau perasaan.
Bella memutar bola matanya malas. "Dia bukan cowok aku, dek!"
"Tapi mukanya merah banget! Telinganya juga ikutan merah tuh! Hahaha!" Goda Sean lagi, menunjuk telinga lucky yang memerah. Tak bisa menahan senyum makin salah tingkah .
"Ayo, diminum dulu, nak." Roy mendorong cangkir kearahnya. Mengalihkan perhatian agar lucky tidak canggung.
Lucky berhedem menghempaskan rasa canggungnya sejenak. "Makasih, om!"cicitnya. Tangannya yang gemetar meraih secangkir kopi. Sementara Sean merekam secara diam-diam.
"Gemetaran banget om, hati-hati gelasnya jatuh om!" Celetuk Arsa polos sambil nyengir.
Sontak lucky tersedak kopi panas yang baru diteguk. Ia terbatuk-batuk, lidahnya yang panas dijulurkan, meniup-niupnya pelan.
Prang!
Gelas yang digenggamnya terlepas. jatuh, pecah berantakan kelantai dengan suara yang cukup nyaring. Semua orang terdiam membisu. Sean yang tengah merekam tercengang, send. Wajah lucky pucat, kaget, panik dan malu, sementara Bella menatapnya dengan eskpresi terkejut dan marah.
"Astagfirullah, om!" Ucap Arsa mengerjab-ngerjabkan matanya polos.
"Ma-maaf, om, Tante. Saya nggak sengaja, saya ganti ya gelasnya!" Ucap lucky meringis, tangannya ingin menyentuh.
Namun Sean langsung menariknya. Roy memanggil art untuk membersihkan pecahan gelas yang berserakan dilantai. Setelah dibersihkan. Lucky menunduk merasa bersalah, tapi mulutnya terus-terusan meminta maaf.
"Saya ganti ya om!" Ucap lucky tak enakan.
"Tidak usah, nak." Jawab Roy dan aluna santai.
"Saya ganti aja om." Tanpa menunggu jawaban Roy dan aluna. Ia menyalakan ponselnya, mengirimkan sesuatu pada seseorang.
Tak membutuhkan waktu lama. Pintu rumah berbunyi. Art membukakan pintu seperti biasanya dan kembali membawa sebuah kotak, kemudian diserahkan pada Roy.
"Ini paket siapa?" Tanya Roy heran.
"Gelas om!" Jawab lucky.
"Gelas?" Tanya Roy heran. Dengan rasa penasaran, ia membukanya. Didalamnya, ada satu set cangkir dan teko kristal. Ditengahnya tertera logo emas ekslusif brand mewah dari perusahaan arhan.
"I-ini kan.... Harganya 250 milliar!" Ucap Aluna menelan ludahnya susah payah, menatap secangkir gelas satu paket dengan teko.
"Apa? Dua ratus lima puluh milliar?" Pekik Bella terkejut.
Lucky menutup kedua telinganya menggunakan dua tangan. 'berisik sekali ini perempuan!' gerutu lucky.
"Iya, nak. Ini produk dari perusahaan almarhum Arhan..... Lihat aja nih," Aluna meminta mendekat. Bella beringsut dan menatap cangkir tersebut tanpa berani menyentuhnya. Kalau jatuh, ia tidak punya duit untuk mengganti, 250 milliar. Duit segitu bisa mencukupi dirinya hidup seumur hidup, bahkan bisa tujuh keturunan jika irit. Pikir Bella.
"Kenapa bisa semahal ini mih?" Tanya Bella serius.
"Itu bukan sembarang gelas, Bella," ucap Aluna. "Itu produk langka dari perusahaan almarhum Arhan. Cuma dibuat satu di dunia, dari kristal terbaik, dikerjakan tangan pengrajin top dunia. Nilainya bisa sampai 250 miliar keatas kalau dilelang… karena bukan cuma barang, tapi warisan."
"Pantes aja papah kaya." Kata Arsa pelan, paham sekarang.
"Padahal, ditoko material harganya murah ya. Mih, paling 30 ribuan. " Ucap Bella, mengulas senyum dibalik cadar seolah.....
"Lucky, kamu seriusan ngegantiin ini? Mahal banget loh, nak." Roy menatap serius.
"Gak papa om. Murah segitu mah!" Jawab lucky sombong.
"Sombong banget sih!" Sinis Bella.
"Harus!" Jawab lucky melipat tangannya, menaik turunkan alisnya.
Sementara itu. Bella menonton video yang dikirimkan Sean dengan volume kecil, ia mendengus kesal, lalu membaca pesan di grup mansion squad yang beranggotakan lima belas orang. Yaitu, lucky, arhan, Leon, Sabrina, Bella, Raka, Kevin, Sean, Rara, Mala, Aldo, raya, Revan, Eva, dan livy.
Revan: Allahu Robbi bang! Dateng kerumah orang cuman buat mecahin gelas doang! (Emote ngakak)
Raka: Si lucky emang gak kira-kira. Dia yang ngejatuhin, gue yang malu sendiri.
Kevin: ada gerangan apa lucky?
Livy: waduh, om Roy, Tante Aluna! Minta ganti tuh! Parah banget!
Aldo: tahan bang! Tahan! Jangan ngamuk-ngamuk di rumah orang! (Raka, Kevin, livy dan Mala langsung mengirimkan emote ngakak)
Sabrina: astaghfirullah.... Kok bisa gitu dek?
Sean: biasa kak. Bang lucky lagi grogi ada mbak Bella. Jadinya saltingan deh!
Bella mengetik.....
Raka: geloooo! saltingnya sampe banting gelas gitu, bro!
Revan: pecahin gelas doang? tanggung banget bang! Harusnya banting piring sekalian!
Bella memecahkan tawanya membaca pesan Raka yang ditimpali Revan. Sean ikutan ngakak. Aluna, lucky, Arsa dan Roy menatap heran keduanya.
"Kalian kenapa?" Tanya lucky mengerutkan alisnya.
Tawa Sean dan Bella berubah menjadi senyuman dan menggeleng cepat.
"Opa! Oma! Arsa pamit dulu ya! Mau ke kamar!" Ucap Arsa sopan disertai anggukan kepala.
"HM!" Jawab Aluna dan Roy mengulas senyum hangat pada cucunya itu. Arsa pamit dan pergi meninggalkan kelima orang itu diruang tamu, menyisakan keheningan sesaat.
"Om! Tante!" Panggil lucky pelan, menumpu lengannya diatas paha, pertanda serius.
"Iya, ada apa nak?" Tanya Roy lembut, menaikkan sebelah alisnya. Diam-diam Sean mengarahkan kameranya, merekam.
Lucky menarik napas dalam-dalam, menatap roy dan aluna dengan raut wajah serius. "Sebelumnya saya meminta izin pada om, Tante. Untuk melamar anak om dan Tante, Bella." Ucap lucky gugup setengah mati, sembari mengeluarkan kotak cincin. "Bukan melamar om, saya ingin segera menikahinya detik ini juga."
Sean terperangah. Bella melongo, sementara Roy dan aluna terkejut bukan main mendengar niat baiknya.
"Gimana, om Tante?" lucky gemetaran, peluh keringat banjir membasahi pelipis dan badannya.
"Alhamdulillah. Kita terima niat baik kamu, nak. Tapi gimana dengan Bella ya nak, karena om sama Tante nggak bisa memaksa. Ini pilihan dia, yang menentukan dia." Roy dan aluna tersenyum, melirik Bella. "Sayang, gimana? Kamu terima ajakan nikah dari lucky?" Tanya Aluna lembut, menunggu dengan perasaan bahagia, berharap anaknya bisa berjodoh dengan anak mendiang sahabatnya sendiri.
"Maaf, Aku nggak terima, mom. Aku belum siap dan aku nggak mau buru-buru menikah." Ucap Bella lembut namun tegas. Menatap lucky dengan pandangan yang jelas menolak. Rekaman Sean terhenti dan kekirim ke grup.
Ruangan langsung sunyi, suasana berubah. Lucky menatap Bella dengan tatapan sulit ditebak, hatinya berdenyut seolah tersayat.
Bella berdiri dengan tatapan dingin. "Dengar, Lucky. Sudah berkali-kali saya bilang, saya belum siap menikah. Jadi, jangan buang-buang waktu untuk saya lagi. Cari wanita lain saja! Saya tolak kamu, dan saya serius. Kamu pikir saya harus terus-terusan nolak kamu sampai kapan? Sampai Saya menerima gitu? Ingat. Saya nggak pernah, dan nggak akan pernah punya perasaan sama kamu. Kamu itu bukan tipe saya. bukan sama sekali, tapi selamanya!" Ucap Bella dengan suara tajam dan penuh ketegasan, lalu berbalik menaiki anak tangga, meninggalkan mereka yang terpaku.
Roy dan aluna mematung dengan perasaan kasihan dan prihatin sekaligus tidak menyangka mendengar penolakan tak perasaan dari putrinya. Sean menelan ludahnya susah payah, merasa canggung dan sedih.
Lucky memejamkan matanya. Tangannya meremas pelan kotak cincin digenggamnya. Hatinya perih dan sesak membuatnya sulit menarik napas. Rasa kecewa dan sakit mengalir dalam dadanya. Namun, lucky mencoba menahan diri. Kepalanya ditegakkan, tersenyum menyembunyikan hatinya yang hancur.
"Lucky maafin Bella ya.... Maaf ya nak! Maaf banget! Tante..." Tenggorokan Aluna tercekat.
"Nggak apa-apa tante, saya paham." Ucap lucky santai, meski hatinya getir." Om, Tante, Sean! Saya pamit dulu ya. Ada meeting!" Alasannya. lucky bangkit, tanpa menunggu ia menyalimi Roy, Aluna, dan menjabat tangan Sean. "Kirim salam buat kakak kamu, ya!" Kata lucky menepuk pundak Sean pelan. Sebelum akhirnya bergegas pergi meninggalkan mereka semua yang terdiam memandanginya.
Disepanjang mobil melaju. Kalimat Bella terus terngiang-ngiang dibenaknya. lucky meremas dadanya yang terasa sangat sesak. Setir mobilnya dipukul berulang kali dan dicengkram erat-erat, melampiaskan rasa sakit yang tak tertahankan.
"Lucu ya?" Ia tertawa lirih.
"Jadi... aku cuma berjuang sendiri, ya? Kamu nggak pernah lihat, nggak pernah anggap. Segala usaha, semua keberanian yang aku kumpulin buat berdiri di depan kamu hari ini… ternyata perjuangan dan niat aku nggak ada artinya Dimata kamu. Kamu tolak aku mentah-mentah dengan kata-kata yang begitu menyakitkan, seolah aku nggak pernah punya tempat sedikit pun di hatimu. Sakit banget, Bel... Sakit banget, apalagi yang bagian kamu mengatakan aku bukan tipe kamu sama sekali, selamanya pun bukan.....Rasanya kayak dihancurin hidup-hidup, bel. Sesak banget...." matanya memerah tampak berkaca-kaca, sejenak ia menengandahkan kepalanya keatas, menghalau air mata yang nyaris tumpah.
Lucky mengendarai mobilnya, memarkirkannya asal. Ia masuk kedalam kontrakan sederhana, private, karena rumahnya sedang dibangun lebih mewah lagi. Didalam kamar, lucky menghempaskan segala barang kelantai dengan amarah dan kelelahan yang membuncah.
"Bgst! Anj1ng!" Umpat lucky dengan suara pecah, melempar kotak cincinnya ke lantai, lalu menginjaknya berulang kali. Melampiaskan amarah dan rasa sakit yang menggantung didadanya.
"Arghhh!" Teriaknya terduduk lemas dengan kepala menyandar ke pintu, sambil mengusap-usap kepalanya dengan kasar. Matanya memerah, basah. Air mata mengalir deras membasahi pipinya. Lucky meraih wine disampingnya, lalu menengaknya hingga tandas dalam sekejap.
"Aku kecewa, hancur... tapi entah kenapa, meski seberat ini, aku gak bisa nyerah. Bego ya? Hahaha!" Lucky tertawa frustasi.