NovelToon NovelToon
GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Aplikasi Ajaib
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

Hancurnya Dunia Aluna Aluna Seraphine, atau yang akrab dipanggil Luna, hanyalah seorang siswi SMA yang ingin hidup tenang. Namun, fisiknya yang dianggap "di bawah standar", rambut kusut, kacamata tebal, dan tubuh berisi, menjadikannya target empuk perundungan. Puncaknya adalah saat Luna memberanikan diri menyatakan cinta pada Reihan Dirgantara, sang kapten basket idola sekolah. Di depan ratusan siswa, Reihan membuang kado Luna ke tempat sampah dan tertawa sinis. "Sadar diri, Luna. Pacaran sama kamu itu aib buat reputasiku," ucapnya telak. Hari itu, Luna dipermalukan dengan siraman tepung dan air, sementara videonya viral dengan judul "Si Cupu yang Gak Tahu Diri." Luna hancur, dan ia bersumpah tidak akan pernah kembali menjadi orang yang sama.

Akankah Luna bisa membalaskan semua dendam itu? Nantikan keseruan Luna...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6 : JEJAK YANG TERSISA

Malam setelah insiden di gudang olahraga adalah malam yang paling tidak tenang bagi Luna. Ia meringkuk di atas tempat tidur tipisnya, menggenggam sapu tangan putih milik Xavier seolah benda itu adalah jimat pelindung. Kata-kata Xavier terus bergema di kepalanya: "Singa tidak pernah memohon pada hyena."

Luna tahu ia bukan singa. Ia hanyalah seekor kelinci yang kebetulan dilindungi oleh bayangan yang kuat. Namun, rasa aman itu tidak bertahan lama.

Pagi harinya, saat Luna baru saja menginjakkan kaki di gerbang sekolah, suasana terasa berbeda. Tidak ada tawa keras. Yang ada hanyalah bisik-bisik yang tajam dan tatapan penuh penghinaan yang lebih berat dari biasanya. Luna mempercepat langkahnya, mencoba mencari Xavier di antara kerumunan, namun sosok misterius itu belum terlihat.

Saat Luna sampai di depan mading (majalah dinding) utama sekolah, ia melihat kerumunan besar. Di tengah mading itu, tertempel beberapa lembar foto hasil cetakan besar.

Luna mematung. Dunia seolah berhenti berputar.

Foto-foto itu bukan foto Luna. Itu adalah foto rumah kontrakan Luna yang kumuh, foto bibinya yang sedang bekerja sebagai buruh cuci dengan pakaian lusuh, dan yang paling menyakitkan, foto sebuah dokumen hutang lama mendiang ibunya yang belum terlunasi.

Di atas foto-foto itu, tertulis sebuah judul dengan spidol merah besar : "PROFIL KELUARGA SI PENIPU CUPU. MISKIN TAPI BERLAGAK JADI PAHLAWAN."

"Jadi ini alasan kamu nggak pernah bawa orang tua ke sekolah, Luna?" suara melengking Selin muncul dari balik kerumunan.

Selin berdiri di sana, tampil sempurna dengan riasan tipis dan tas branded-nya. Ia tampak sangat puas melihat wajah Luna yang memucat. Di sampingnya, Reihan berdiri bersedekap, menatap Luna dengan pandangan yang sulit diartikan, antara kasihan dan jijik.

"Selin... dari mana kamu dapat ini?" suara Luna bergetar. "Ini privasi keluargaku! Kamu nggak punya hak!"

"Hak?" Selin tertawa, diikuti oleh sorakan dari siswa lain. "Di sekolah ini, orang miskin sepertimu nggak punya hak untuk menyimpan rahasia. Kamu sudah mempermalukan aku dan teman-temanku kemarin di gudang dengan membawa si 'pahlawan gadungan' itu. Sekarang, biarkan satu sekolah tahu siapa kamu sebenarnya."

Selin maju selangkah, berbisik tepat di telinga Luna agar semua orang bisa mendengar. "Bibimu itu buruh cuci di kompleks belakang rumahku, kan? Pantas saja seragammu selalu bau sabun murahan. Dan ibumu... mati meninggalkan hutang? Wow, Luna. Kamu benar-benar sampah masyarakat."

PLAK!

Suara tamparan itu tidak keras, tapi cukup untuk membuat seluruh koridor menjadi sunyi senyap. Bukan Luna yang menampar Selin. Tapi Luna yang secara refleks menepis tangan Selin yang hendak menyentuh bahunya.

"Jangan sebut nama ibuku dengan mulut kotormu," ucap Luna. Untuk pertama kalinya, ada nada kemarahan yang dingin di suaranya. Air matanya tidak jatuh kali ini. Kebencian telah membekukan rasa takutnya.

Reihan sedikit terperanjat melihat reaksi Luna. Ia melangkah maju, hendak menengahi, namun sebuah tangan menahan bahunya dari belakang.

Xavier sudah ada di sana.

Penampilannya tetap "cupu". Rambutnya menutupi dahi, kacamatanya sedikit melorot, dan ia membawa setumpuk buku perpustakaan. Namun, genggaman tangannya di bahu Reihan membuat sang kapten basket itu tidak bisa bergerak.

"Lepasin, Xavier!" desis Reihan.

Xavier melepaskan genggamannya dengan santai, lalu berjalan melewati Reihan seolah pria itu hanya tiang listrik. Ia berdiri di samping Luna, menatap foto-foto di mading dengan ekspresi datar.

"Foto yang bagus," ucap Xavier tenang.

Semua orang bingung. Selin mencibir, "Tentu saja bagus! Biar semua orang tahu dia itu siapa!"

Xavier mengambil salah satu foto rumah Luna, memperhatikannya dengan teliti. "Sudut pengambilannya bagus. Tapi ada satu masalah teknis."

Xavier menoleh ke arah Selin. "Mengambil foto dokumen pribadi dan menyebarkannya tanpa izin adalah pelanggaran Pasal 32 UU ITE di negara ini. Ancaman pidananya enam tahun penjara. Dan karena kamu melakukannya di lingkungan sekolah, kepala sekolah harus bertanggung jawab atas kelalaian pengawasan."

"Lo pikir gue takut sama ancaman hukum?!" tantang Selin, meskipun matanya mulai terlihat gelisah.

Xavier tidak menjawab. Ia mengeluarkan ponselnya, ponsel lama yang layarnya retak dan menekan sebuah tombol. "Aku sudah mengirimkan salinan mading ini ke email pengacara sekolah dan dinas pendidikan. Atas nama 'Anonim'. Mereka akan sampai di sini dalam sepuluh menit untuk menanyakan kenapa foto dokumen hutang yang bersifat rahasia bisa terpampang di mading utama."

Wajah Selin mendadak pucat pasi. "Lo... lo bohong!"

"Silakan cek ponselmu. Jika ayahmu adalah pemilik butik terkenal, dia pasti sudah menerima telepon dari bagian hukum sekarang karena namanya tercatat sebagai wali murid yang anaknya melakukan perundungan siber."

Tepat saat itu, ponsel Selin berdering. Nama "Papa" muncul di layar. Selin gemetar saat mengangkatnya, dan hanya dalam beberapa detik, terdengar suara teriakan marah dari seberang telepon yang bisa didengar oleh orang di sekitarnya.

Selin menatap Xavier dengan tatapan penuh kebencian dan ketakutan. "Lo... siapa sebenarnya lo?!"

Xavier hanya memperbaiki posisi kacamatanya. "Aku hanya orang yang suka membaca buku hukum di perpustakaan. Kamu seharusnya lebih sering ke sana daripada ke salon."

Xavier menarik tangan Luna, menuntunnya menjauh dari kerumunan yang kini mulai berbisik-bisik menyalahkan Selin. Kali ini, tidak ada yang berani menghalangi jalan mereka. Bahkan Reihan hanya berdiri mematung, menatap punggung Xavier dengan rasa penasaran yang semakin besar.

Mereka sampai di taman belakang yang sepi. Luna melepaskan tangan Xavier dan langsung terduduk di bangku taman. Kemarahan yang tadi menopangnya kini menguap, digantikan oleh rasa malu yang luar biasa.

"Xavier... sekarang semua orang tahu kalau aku miskin," bisik Luna sambil menutupi wajahnya. "Semua orang tahu tentang hutang ibuku. Aku nggak punya tempat sembunyi lagi."

Xavier duduk di sampingnya, tapi kali ini ia tidak memberikan cokelat hangat. Ia hanya memberikan keheningan.

"Kenapa harus sembunyi, Luna?" tanya Xavier akhirnya. "Kemiskinan bukan kejahatan. Keburukan karakter adalah kejahatan. Mereka yang seharusnya sembunyi karena telah bertingkah seperti binatang."

"Tapi dunia nggak melihatnya begitu! Di sekolah ini, kalau kamu nggak punya uang, kamu bukan siapa-siapa!"

Xavier menatap langit. "Mungkin sekarang begitu. Tapi ingat ini : emas tetaplah emas meskipun terkubur di dalam lumpur paling kotor sekalipun. Dan suatu saat, lumpur itu akan tersapu bersih, menunjukkan kilau yang akan membuat semua orang ini buta."

Xavier merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sebuah amplop kecil yang tidak mencolok. "Ini untukmu."

"Apa ini? Aku nggak mau uang, Xavier."

"Ini bukan uang," ucap Xavier datar. "Ini adalah brosur beasiswa khusus dari 'Seraphine Foundation'. Nenekku maksudku, kenalanku mengelola yayasan ini. Mereka mencari siswi berprestasi yang sedang dalam tekanan. Jika kamu bisa mempertahankan nilaimu sampai ujian bulan depan, mereka akan melunasi semua hutang keluargamu dan memberimu perlindungan penuh."

Luna tertegun memegang brosur itu. "Seraphine Foundation? Aku pernah dengar... itu yayasan internasional yang sangat tertutup."

"Cobalah. Itu adalah satu-satunya jalan keluar yang logis untukmu saat ini," kata Xavier sambil berdiri.

"Xavier, tunggu!" Luna menahan ujung jaket Xavier. "Kenapa kamu melakukan semua ini? Kenapa kamu punya akses ke yayasan sebesar itu? Kamu... sebenarnya siapa?"

Xavier terdiam sejenak. Angin bertiup kencang, menerbangkan beberapa helai rambutnya yang menutupi mata. Untuk sesaat, Luna melihat tatapan mata Xavier yang sangat tajam, sangat dingin, dan sangat dewasa tatapan seorang pelindung yang telah melalui banyak pertempuran.

"Aku hanya bayangan, Luna," jawab Xavier pelan. "Dan bayangan hanya akan menghilang saat cahaya yang ia lindungi sudah cukup terang untuk bersinar sendiri."

Xavier pergi, meninggalkan Luna dengan brosur di tangannya dan sebuah harapan baru yang mulai berdenyut di jantungnya.

Tanpa Luna ketahui, di dalam mobil mewah di luar pagar sekolah, Xavier kembali melapor.

"Target sudah menerima brosur awal. Dia mulai menunjukkan kemarahan, bukan lagi sekadar kesedihan. Ini kemajuan bagus. Madam, saya rasa kita bisa mempercepat fase sabotase pada keluarga Selin. Dia sudah terlalu berani menyentuh privasi Aluna."

Suara Nenek terdengar tegas. "Lakukan. Hancurkan bisnis butik ibunya dalam semalam. Biarkan gadis itu merasakan apa artinya menjadi tidak punya apa-apa."

"Dimengerti."

Xavier menutup komunikasinya. Penyamaran "cupu"-nya masih sempurna, tapi di balik itu, ia sedang menggerakkan bidak catur yang akan meratakan siapa pun yang berani menyakiti gadis yang ia cintai dalam diam itu.

1
Ayu Nur Indah Kusumastuti
😍😍 xavier
Ayu Nur Indah Kusumastuti
semangat author
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!