Sovia dan Angga baru menikah beberapa Minggu, ayah Angga kemudian menikah dengan seorang wanita yang usianya sana seperti Angga. pernikahan Sovia di penuhi kebahagiaan, namun setahun setelah itu tiba-tiba banyak kejadian yang mencurigakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sofia mulai berubah.
Setelah dari pusat perbelanjaan Sofia membeli beberapa pakaian, begitu pula dengan Wati. Sofia memilih beberapa pakaian yang cocok untuknya, dia juga tidak akan memperlihatkan bagian tubuhnya seperti memakai pakaian terlalu seksi ataupun minim.
"Ayah ingin kita ke mana lagi setelah ini?" tanya Sofia.
"Kita pulang saja, Ayah sudah capek." jawab Adi.
"Kita makan warung di pinggir jalan saja mas, aku lapar tadi di sana makanannya seafood seafood melulu, kepalaku pusing kalau setelah habis makan seafood." ujar Wati.
"Ya sudah, kamu mau makan apa?" tanya Adi.
"Sofia, bagaimana kalau kita makan bebek goreng saja? kita pilih makanan yang ada di sekitar jalan ini saja?" tanya Wati
"Boleh Bu." jawab Sofia yang kemudian mencari warung pinggir jalan.
Setelah menemukannya Sofia menghentikan mobilnya, Dia bersama Wati dan Adi memesan beberapa makanan di sana. "Sebentar Ayah." ucap Sofia ketika ponselnya terus berdering.
"Apakah Angga yang menelpon mu?" tanya Adi.
Sofia menganggukkan kepalanya, setelah itu dia mengambil ponselnya.
"Halo sayang." Angga menelepon dari seberang tempat dia berada di kantin perusahaan bersama dengan Inggrid.
"Iya mas, ada apa?" tanya Sofia.
"Kamu sudah makan belum?" tanya Angga.
"Sudah mas, memangnya ada apa?"
"Tidak ada apa-apa, oh ya kamu ada di mana?"
"Ya tentu saja di rumah mas, mau ke mana lagi? memangnya orang pincang sepertiku bisa jalan-jalan dengan bebas?" jawab Sofia yang seolah memberikan sakit dan luka kepada Angga.
"Kok kamu bicara seperti itu sih, sayang? kamu kan sudah bisa belajar berjalan walaupun memakai alat bantu jalan. Tapi kan kamu sekarang sudah lebih baik." ucap Angga.
"Ya lebih baik lah mas daripada tidak bisa jalan dan duduk di kursi roda terus." jawab Sofia dengan nada ketus.
Angga merasa jawaban yang dikeluarkan oleh istrinya begitu menyentak hatinya, kata-kata itu begitu menohok dan terkesan ingin menyakiti Angga. "Oh ya sayang, nanti aku mau mengajakmu jalan-jalan ya." ucap Angga.
"Tidak usah mas, nanti aku ke rumah sakit aku mau konsultasi sama dokter Hermawan." jawab Sofia yang kemudian langsung mematikan ponselnya.
Angga yang berada di kantin perusahaan nampak dia sangat terkejut, tiba-tiba saja Sofia langsung mematikan ponselnya.
"Ada apa?" tanya Inggrid kepada Angga.
"Tiba-tiba saja Sofia mematikan ponselnya." jawab Angga.
"Ya biarin saja, cepat kita makan. Lagi pula aku sudah lapar." ujar Inggrid yang kemudian meminum segelas jus alpukat yang dia pesan.
Sedangkan Sofia dia kembali duduk bersama dengan Adi dan Wati. "Apa Angga menelepon mu, Sofia?" tanya Wati.
"Biasa lah Bu pura-pura baik dan pura-pura perhatian." jawab Sofia.
"Ya kamu pura-pura aja, pria seperti itu tidak boleh dikasih hati, kalau perlu dikasih racun ataupun sianida." jawab Wati yang kemudian melirik Adi. "Maaf mas nggak maksud seperti itu sih." ucap Wati.
"Kamu tidak usah minta maaf seperti itu, mereka berdua memang sudah menyakiti kita, kalau kita membalas mereka itu namanya karma jelek mendapatkan balasan." jawab Adi.
Setelah selesai makan di warung pinggir jalan, Sofia dan yang lain kembali ke rumah. terlihat sekali kalau Sofia benar-benar sangat kelelahan. Sekitar 30 menit kemudian Angga juga sudah sampai di rumah dia mencari keberadaan Sofia.
Ketika berada di ruang keluarga terlihat Sofia Adi dan Wati sedang berbincang-bincang, bahkan mereka nampak begitu bahagia. Tidak lama kemudian Erna dan si mbok juga datang dengan membawa beberapa kue kering dan makanan ke ruangan itu.
"Apa yang kalian lakukan di sini? kenapa kalian kumpul di sini?" tanya Inggrid ketika melihat suaminya dan yang lain berada di ruang keluarga.
"Memangnya kenapa kalau kami berkumpul di sini? memangnya ada larangan kalau kami dilarang berkumpul di sini?" jawab Wati.
"Kamu ini benar-benar tidak punya sopan santun Wati, kamu sebagai pembantu kenapa tidak punya tata krama kepada majikanmu ini? apa kamu mau aku pecat sekarang juga. kalau tidak, sekarang kamu ke masih barang-barangmu dan sekarang kamu aku pecat!" seru Inggrid.
"Pekerja yang ada di rumah ini aku yang memperkerjakan mereka dan aku yang membayar mereka, kamu tidak ada hak untuk memecat mereka sayang." ujar Adi.
"Kenapa kamu bicara seperti itu sayang, lihatlah sikap dari Wati itu, dia tidak menghargai ku. Aku ini istri kamu, kenapa kamu malah membela pembantu itu!" bentak Inggrid.
"Sudahlah, lebih baik kamu ke kamar saja dan makanlah." kata Adi.
"Sayang kenapa kamu terus membelanya!" Inggris sembari menghentakkan kakinya.
Adi tidak menjawab, Dia kemudian berbicara dengan si mbok juga Erna. Sedangkan Angga Dia mendekati sang istri yang sedang makan kolak pisang buatan si mbok.
"Kelihatannya lezat sekali sayang." ucap Angga.
"Tentu saja lezat, ini buatan mbok." jawab Sofia.
"Suapi aku sayang," minta Angga sembari membuka mulutnya. Sofia sedikit terdiam, dia menatap suaminya yang sudah membuka mulutnya.
Entah mengapa perasaan Sofia begitu tidak nyaman bahkan tidak ingin melayani suaminya itu tiba-tiba muncul. "Kamu ambil saja di belakang, lagi pulang kalau habis aku kan tidak bisa jalan cepat ke dapur." kata Sofia.
Seketika mulut Angga langsung tertutup, setelah mendengar jawaban istrinya. "Kenapa kamu bicara seperti itu sayang, aku kan juga mau makan dari tanganmu." kata Angga.
Mau tidak mau Sofia akhirnya menyuapi Angga, Inggrid yang melihat itu dia benar-benar kesal. Angga bersikap begitu manja kepada Sofia, sebagai istri gelap ataupun selingkuhan Angga. Terlihat Inggrid begitu kesal, berbeda dengan Wati dan Adi menatap wajah kesal Inggrid.
"Lihat lah mas, istrimu itu sudah kebakaran jenggot ketika melihat kekasih gelapnya disuapi istrinya." bisik Wati di telinga Adi.
"Tidak usah pakai embel-embel istri seperti itu, lagi pula sebentar lagi aku juga akan membuangnya." jawab Adi.
"Semoga saja kata-katamu itu benar adanya, jika sampai kamu terjerat pesonanya kembali akan ku buat kamu kembali lumpuh total." bisik Wati wati di telinga Adi yang membuat raut wajah Adi seketika pucat.
"Tenang saja, jiwa dan ragaku ini adalah milikmu, lagi pula uang yang aku miliki juga milikmu semua kok." ujar Adi yang membuat Wati tersenyum.
Tanpa sengaja ketika Adi dan Wati berbicara seperti itu, Inggrid menoleh menatap suaminya yang terlihat begitu romantis kepada Wati. "Kalian sedang berbicara apa mas?" tanya Inggrid.
"Bicara apa?" tanya balik Adi.
"Kenapa kamu kalian berdua senyum-senyum seperti itu?" Inggrid nampak kesal.
"Memangnya aku tidak boleh senyum sama mereka? lalu apa aku harus menutup mulutku terus menerus sembari marah-marah? Kamu kira aku ini orang gila." jawab Adi yang kemudian meminta Wati untuk menyuapinya.
"Minggir." Inggrid langsung mengambil paksa makanan yang ada di tangan Wati kemudian dia hendak menyuapi Adi. Namun sayangnya adil langsung menolak dengan alasan meminta Inggris untuk segera mandi.
"Oh ya mas, sebentar lagi aku mau ke rumah sakit." ucap Sofia.
"Aku akan mengantarmu sayang." jawab Angga.
Mendengar itu Inggrid semakin dibuat kesal.
"Tidak usah mas, aku akan diantar sama sopir saja, kamu istirahat saja di rumah aku yakin kamu kecapean. Lagi pula aku juga mau ke rumah sakit bersama ayah, mungkin pulangnya agak malam." kata Sofia yang kemudian meminta Angga untuk segera mandi.
*Bersambung*
terima kasih atas dukungannya semoga kalian senang dengan novelku ini. jangan lupa baca novelku yang lain.
*istri barbar bos mafia*
*My sugar Daddy.
*Sugar baby tuan muda lumpuh*