NovelToon NovelToon
La' Grande

La' Grande

Status: tamat
Genre:Tamat / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:959
Nilai: 5
Nama Author: Shan_Neen

Seorang penulis pemula yang terjebak di dalam cerita buatannya sendiri. Dia terseret oleh alur cerita yang dibuatnya, bahkan plot twist yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Penasaran kelanjutan cerita ini? Ikuti lah kisah selengkapnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Marlin berjalan menyusuri jalan kecil di salah satu area distrik Ginko yang bebas kendaraan roda empat, untuk mencari alamat toko yang akan dia renovasi nanti.

Nampak area tersebut adalah kawasan bisnis yang cukup padat, dengan banyak toko dan kedai yang buka, baik siang maupun malam.

Sore itu, dari jalanan yang dilewati Marlin, tercium semerbak aroma makanan yang membuat perutnya meronta.

Banyak orang berjalan disekitar sana, dan berhenti di toko yang ingin mereka kunjungi.

Setelah berjalan cukup lama, dia kini tiba di depan sebuah bangunan yang seperti baru selesai diperbaiki. Catnya pun nampak masih baru, putih bersih dan masih ada sisa lapisan pelindung yang menempel di rangka jendelanya.

Marlin melihat ponselnya, mencari gambar bangunan yang akan dia kerjakan, untuk memastikan apakah benar ini tempatnya.

Seseorang terlihat muncul dari dalam bangunan sebelum Marlin sempat mengetuk pintu.

“Apa Anda orang dari La’ Grande yang menelepon tadi siang?” tanyanya.

“Benar, Nyonya. Saya Marlin Yang dari La’ Grande. Saya datang kesini karena ingin melihat langsung bangunannya,” ucap Marlin.

“Masuklah,” seru si pemilik toko.

Marlin pun mengekor masuk. Dia mendapatkan tour singkat, sembari melihat setiap inci bangunan tersebut.

Buku catatan selalu siaga di manapun dan kapanpun dia berada, untuk mencatat setiap hal penting yang mungkin bisa berguna nantinya.

Selain buku catatan, ada juga buku kecil seperti diari yang selalu ada di dalam tasnya, yang jarang dia keluarkan di depan banyak orang.

Buku itu berisikan catatan Marlin tentang alur cerita yang ditulisnya, yang kini tengah ia perbaiki.

Dia masih berharap bisa kembali ke dunianya yang sesungguhnya, dan melanjutkan cerita miliknya. Meskipun di sini dia bisa menjadi dirinya sendiri, dan mendapatkan kesempatan menjadi desainer interior, yang tak bisa didapatkan di dunianya.

Selepas dari tempat itu, Marlin kembali berjalan di jalanan yang kini mulai ramai dipadati pejalan kaki.

Gadis yang masih mengenakan pakaian kerjanya yang terlihat formal itu pun, membaur diantara kerumunan orang-orang yang ada di sana.

Tiba-tiba, netranya menangkap keberadaan seseorang, yang sangat ingin ia temui setelah Ethan.

“Camilla?” gumamnya saat melihat kepala bagian marketing La’ Grande, disalah satu kedai di sana.

Marlin melihat Camilla tengah bersama seorang pria dengan perawakan tinggi, berkulit putih serta rambut hitam legam.

Dia mengenakan kaus hitam dengan lengan sesiku dipadu celana jeans abu-abu.

“Siapa pria itu? Itu bukan Ethan. Hah! Apa mungkin Camilla selingkuh?” gumam Marlin.

Dia heboh sendiri dan ingin melihat siapa yang ada di depan wanita idolanya.

Sayangnya, Marlin tak bisa melihat dengan jelas dari arah jalan, tempat di mana dia berada saat ini.

Ketika dirinya hendak masuk, pelayan di luar mengatakan bahwa saat ini semua meja sudah penuh dan dia harus menunggu.

Akhirnya Marlin yang penasaran dan memang ingin mempertahankan alur ceritanya itu, memilih untuk mengamati mereka dari kedai di seberang.

Terdapat sebuah toko es krim dan kue kering di seberang tempat Camilla berada.

Marlin masuk kesana dan memesan sesuatu. Untungnya tempat itu tak terlalu penuh, sehingga Marlin bisa memilih untuk duduk di meja yang berada dekat jendela.

Dari tempatnya, gadis itu masih bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi di kedai seberang.

“Camilla, aku mohon kau harus tetap dengan Ethan. Kalian harus bersama. Ceritaku bisa rusak kalau kau bersama pria lain,” gumam Marlin seorang diri.

Dia terus memperhatikannya, hingga rasa lelah dan kantuk menyerang.

Mata Marlin berkali-kali terpejam, meski dia masih memaksa untuk tetap terjaga dan melihat siapa pria yang bersama Camilla.

Namun tubuhnya tak mau berkompromi, dan gadis itu pun tertidur, dengan satu tangan menyangga dagunya, dan kepalanya bersandar pada kaca jendela yang ada didekatnya.

Entah sudah berapa lama Marlin tertidur, hingga saraf otaknya seolah disengat listrik tegangan rendah, membuat dirinya terbangun dengan kaget.

“Sudah bangun?” tanya seseorang, yang entah sejak kapan sudah duduk satu meja dengannya.

Marlin yang belum sepenuhnya bangun, masih memegangi kepalanya karena merasa pusing.

Dia bahkan belum sadar ada seseorang yang menemaninya disana.

“Berapa lama aku tertidur?” gumamnya.

Tiba-tiba dia teringat alasannya berada disana. Marlin pun menoleh ke arah seberang, dan tak mendapati Camilla di kedai tadi.

“Hah... kemana dia pergi?” ucapnya kaget, bahkan sampai berdiri dari kursinya.

“Hei, apa yang sedang kau cari?” tanya orang tadi, mengikuti arah pandangan Marlin.

Gadis itu pun menoleh dan kembali terkejut melihat siapa yang ada di depannya.

“Aiden? Bagaimana kau bisa di sini?” tanya Marlin.

“Kau sendiri sedang apa tidur di sini sendirian? Bahkan saat bangun pun kau bertingkah sangat aneh,” ucap Aiden.

Marlin kembali terduduk, dan meneguk air di depannya. Dia mencoba menenangkan diri terlebih dulu sebelum menjawab Aiden.

“Aku baru selesai melakukan kunjungan ke tempat yang akan ku renovasi. Meski sudah ada datanya, tapi aku hanya ingin memastikan sesuatu sebelum memulai pekerjaan,” jawab Marlin.

Dia menyendok es krim yang hampir mencari semua karena terlalu lama didiamkan.

“Kau sendiri sedang apa disini?” tanya Marlin balik.

“Aku hanya menemui teman lama di sekitar sini. Lalu aku tak sengaja melihat gadis ceroboh yang selalu tidur di sembarang tempat,” ejek Aiden.

Hal itu sontak membuat Marlin kesal, hingga kedua pipinya mengembung bak ika buntal.

“Hahaha...,” Aiden terbahak melihat ekspresi gadis tersebut.

“Kenapa kau tertawa? Apa ada yang lucu?” tanya Marlin kesal.

“Kenapa namamu bukan Fugu saja? Kau lebih mirip ikan itu dari pada Marlin. Hahaha...,” ledek Aiden.

“Menyebalkan. Sudahlah, aku mau pulang,” ucap Marlin sambil beranjak dari duduknya.

Dia berjalan keluar, di susul Aiden dengan langkah kakinya yang panjang.

“Kenapa kau mengikuti ku. Kau bilang akan menemui teman lama,” ujar Marlin.

“Dia sudah pulang, dan sekarang tentu saja aku juga mau pulang,” sahut Aiden.

Dia mengimbangi langkah kecil Marlin yang cepat dengan santainya, sambil menyimpan kedua tangannya di balik punggung.

Marlin tak mau berdebat lagi. Dia kesal karena kehilangan targetnya, dan kini bertemu Aiden yang selalu menjahilinya.

“Hei, mau kemana kau?” tanya Aiden.

“Tentu saja menunggu bus,” sahut Marlin tanpa menoleh.

Gadis itu berjalan menuju halte bus, yang berlawanan arah dengan area parkir mobil.

Tiba-tiba saja, Aiden meraih tangan Marlin dan menariknya ikut dengan pria itu menuju ke arah sebaliknya.

“Mau kau bawa aku kemana?” tanya Marlin yang kesulitan mengimbangi langkah Aiden.

“Pulang. Apa lagi?” jawab Aiden singkat.

Dia membawa Marlin ke parkiran mobil, dan meminta gadis tersebut masuk ke dalam mobilnya.

“Ini sudah malam. Kau lebih aman jika pulang denganku,” ucap Aiden, seolah tau penolakan Marlin yang bahkan belum terucap.

Gadis keriting itu pun memilih menurut dan ikut bersama Aiden. Seperti biasa, sepanjang jalan Marlin yang sudah lelah pun tertidur kembali di sana, meninggalkan Aiden sendiri mengemudi mobilnya.

“Dasar gadis ceroboh. Kenapa kau selalu begini? Apa menurutmu semua tempat itu aman?” gumam Aiden melibat kelakuan Marlin.

Bersambung▶️▶️▶️▶️▶️

Jangan lupa like, komen, rate dan dukungan ke cerita ini 😄🥰

1
Evelyne
haiii... awal yg bagus... cuuusss... kita lanjut... apakah semakin seru di part selanjut nya...☺️🤗
🐌KANG MAGERAN🐌: semoga suka ya kak 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!