"Ma... Ma... Papa atu mana? Tata Dindin, Papa atu ladi dipindam ama ante-ante dilang di pelempatan. Matana ndak ulang-ulang," Seru seorang gadis cilik bernama Rachel Helene R dengan mata bulat polosnya.
"Diam, Achel. Mama nanti nanis," seru Ronand Oliver R, yang merupakan kembaran dari Rachel.
Perpisahan antara sepasang manusia yang saling mencintai, membuat dua anak kembar kekurangan kasih sayang terutama dari sang ayah. Diusir oleh mertua karena mengandung bayi perempuan, padahal sang suami belum mengetahui kehamilannya. Tak disangka oleh perempuan bernama Chiara Jane itu jika ia melahirkan anak kembar dan salah satunya adalah laki-laki.
Akankah kedua anak kembar itu bisa kembali menyatukan kedua orangtuanya? Dengan otak cerdasnya, ia berusaha menghalangi orang-orang yang ingin kedua orangtuanya berpisah. Akankah Chiara mau untuk mempertemukan kembali si kembar dan ayahnya? Ikuti kisah si kembar yang lucu dan menyebalkan namun berotak genius hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembalinya Julian
Hoamm...
"Tumben jam segini istriku sudah kirim pesan," gumam seorang pria dewasa yang baru bangun tidur dan melihat ponselnya, dia adalah Julian Thomas Roberto.
Deg...
Jantung Julian seakan ingin melompat dari tempatnya membuat dia langsung memelototkan mata dan terduduk di atas ranjang. Tangannya mengucek matanya berulangkali seakan tak percaya dengan pesan yang dikirim oleh istrinya. Sebenarnya bukan pesan mengejutkan atau bagaimana, namun entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak. Pesan yang aneh, seakan menyiratkan suatu hal tidak baik.
"Manis sih, tapi nggak kaya biasanya. Ngapain Chiara minta maaf, orang dia nggak salah. Malah terlalu sempurna untukku. Aku bahkan belum bisa mandiri dan memanjakannya menggunakan uangku," gumamnya yang kemudian mencoba menghubungi sang istri.
"Mohon maaf, nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif. Silahkan coba beberapa saat lagi,"
"Astaga... Semoga ini bukan pertanda buruk," ucapnya setelah mencoba menghubungi Chiara berulangkali.
Suara dari operator membuat Julian sedikit frustasi. Ini masih tengah malam, dia berharap kalau istrinya baik-baik saja dan melanjutkan tidurnya. Perbedaan waktu 4 jam dengan negara tempat istrinya tinggal, membuat dia dan Chiara sedikit kesulitan saat berkomunikasi.
Julian Thomas Roberto merupakan anak dari pasangan Martha Selina dan Fabio Axel Roberto. Di balik bayang-bayang nama ayahnya yang merupakan pengusaha dan pebisnis sukses, tak membuat Julian manja juga mengandalkan bisnis keluarganya. Setelah menikah dengan Chiara, ia membangun bisnisnya sendiri. Jika Papa Fabio membangun perusahaan property dan ekspor impor, berbeda dengannya. Ia membangun perusahaan yang bergerak dalam pengembangan game dan robot.
"Sebentar lagi kita akan tinggal bersama lagi," ucap Julian mencoba meyakinkan dalam hatinya bahwa perpisahannya dengan sang istri tinggal menghitung hari bahkan jam saja.
Julian berada di luar negeri untuk mendapatkan investor baru karena pengembangan robot dan game memang masih sulit di dalam negaranya sendiri. Sehingga ia membutuhkan teknologi dan bahan baku yang langsung disurvey di luar negeri.
Sudah 6 bulan dirinya di luar negeri, investor dan bahan pendukung pembuat game juga robot sudah berada di tangannya. Sebenarnya saat Julian belum berangkat ke luar negeri, istrinya sudah hamil. Namun Chiara memang belum tahu dan baru mengetahuinya setelah Julian berangkat.
***
"Papa..." seru seorang wanita paruh baya dengan raut wajah paniknya berlarian di tangga rumah, dia adalah Mama Martha.
"Jangan lari-larian di tangga, Ma." tegur Papa Fabio dengan rasa khawatirnya.
"Ada apa?," lanjutnya saat sang istri sudah berada di hadapannya dengan nafas ngos-ngosan.
"Chiara, Pa." ucap Mama Martha yang wajahnya tampak pucat dan pias karena mengingat sesuatu.
"Chiara kenapa? Chiara sudah mau melahirkan? Atau bagaimana?" tanya Papa Fabio yang merasa geregetan dengan istrinya.
"Bukan itu, Pa. Chiara pergi..." seru Mama Martha.
"Pergi? Kemana? Paling juga pergi ke pasar atau jalan-jalan keliling komplek. Bukannya setiap pagi sampai siang memang seperti itu," ucap Papa Fabio dengan tatapan anehnya.
"Lihat, Pa." ucap Mama Martha sambil menyerahkan ATM, buku nikah, dan cincin pernikahan milik Chiara.
"Lho... Tumben cincin pernikahannya Chiara lepas? Apa udah kekecilan?" tanya Papa Fabio yang merasa sedikit kejanggalan.
"Bukan kekecilan, Papa. Chiara memang pergi dari rumah ini. Buku nikah juga ngapain ditaruh di atas nakas," seru Mama Martha yang geregetan sendiri.
"Apa?" seru Papa Fabio yang baru tersadar dari kebodohannya sendiri.
"Tapi beneran Chiara kabur? Mungkin saja dia baru pergi kemana gitu," lanjutnya yang masih belum percaya.
"Mama sudah tanya pada ART, kalau tidak ada yang melihat Chiara dari pagi sampai sesiang ini keluar kamar. Mama juga udah cek kamarnya," seru Mama Martha yang kesal dengan suaminya itu.
"Paijan... Cek CCTV," seru Papa Fabio tiba-tiba memanggil ketua bodyguard di rumahnya.
"Baik, Tuan." seru Paijan yang langsung menjalankan perintahnya.
Papa Fabio dan Mama Martha mengikuti Paijan ke ruang CCTV. Dengan jeli, mereka melihat bagaimana Chiara pergi saat dini hari dengan berjalan mengendap-endap. Namun yang Mama Martha lihat justru mata menantunya yang tampak berkaca-kaca.
"Nona Chiara pergi lewat pintu belakang, Tuan." ucap Paijan memberitahu.
"Retas CCTV jalan," titah Papa Fabio namun Paijan menggelengkan kepalanya.
"Mohon maaf, Tuan. Jalan yang dilewati Nona Chiara tidak ada CCTV," jawab Paijan dengan tatapan menyesalnya.
"Bagaimana ini, Pa? Chiara kabur ini. Nggak mungkin dia pergi sepagi itu kalau cuman untuk urusan biasa. Mana celingak-celinguk kaya maling," ucap Mama Martha dengan raut wajah paniknya.
"Apa dia habis bertengkar sama Julian? Makanya pergi dari rumah ini," tanya Papa Fabio entah pada siapa.
"Mungkin. Sebentar... Biar Mama hubungi Julian," ucap Mama Martha yang langsung keluar dari ruang CCTV.
"Terimakasih, Paijan. Tolong retas ponsel Chiara. Siapa tahu masih bisa dicek posisinya," suruh Papa Fabio kemudian pergi dari sana.
***
"Gimana, Ma?" tanya Papa Fabio yang melihat raut wajah istrinya tampak seperti orang depresi.
"Julian malah tanya kenapa ponsel Chiara nggak aktif, Pa." jawab Mama Martha dengan rasa takutnya.
"Ada apa ini sebenarnya? Tidak mungkin Chiara pergi dari rumah ini tanpa sebab. Dia gadis yang baik dan tidak neko-neko, pasti ada satu hal besar hingga mengambil keputusan untuk kabur." ucap Papa Fabio mencoba menerka-nerka penyebab menantunya pergi.
"Permisi, Tuan dan Nyonya. Ada yang ingin saya bicarakan," ucap seorang wanita tua yang tak lain adalah pembantu di rumah itu, Bibi Meimei.
Mama Martha dan Papa Fabio terkejut melihat kedatangan Bibi Meimei. Raut wajahnya begitu serius, seakan ingin membicarakan hal penting. Papa Fabio memintanya untuk duduk dan menyuruhnya segera berbicara.
"Mohon maaf apabila ucapan saya sedikit menyinggung Nyonya. Namun saya melihat sendiri bagaimana Nona Chiara menangis setelah mendengar ucapan Nyonya Martha dan teman-teman arisannya. Mungkin ini alasan Nona Chiara pergi dari rumah," ucap Bibi Meimei yang kemarin tak sengaja melihat Chiara di dekat ruang tamu sambil menahan tangis.
Deg...
"Ucapan apa, Bi?" tanya Papa Fabio sambil melirik sekilas ke arah istrinya yang diam dengan wajah tegangnya.
"Mengenai cucu perempuan dan laki-laki. Nyonya menangis sebelum hendak masuk ke kamar karena mendengar ingin dipisahkan dari suaminya kalau anak Nona Chiara perempuan," jawab Bibi Meimei.
"Mama..." seru Papa Fabio yang langsung memanggil sang istri.
"It... Itu hanya bercanda, Pa. Mana Mama tahu kalau Chiara juga mendengarnya," ucap Mama Martha dengan gugup mencoba membela diri.
"Tapi mental orang itu beda-beda, Ma. Pasti Chiara takut jika suatu saat nanti dipisahkan sama suaminya hanya karena anak yang dikandungnya itu perempuan. Makanya dia memilih pergi dari rumah ini," ucap Papa Fabio sambil meraup wajahnya yang tampak frustasi.
"Terus sekarang ini bagaimana? Kalau Julian sampai tahu Chiara pergi karena ucapan Mama, dia akan marah besar." lanjutnya membuat Mama Martha tak kalah takutnya.
"Padahal anak dari Chiara itu katanya..."
Mama, Papa, Chiara... Julian pulang...
Deg...
oma ada saingan tuh cucu super cerewet
kasian opa sakit kepala tuh