Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰
------------------------
"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"
Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.
"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."
Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?
"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"
Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.
Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Muhamad Zain Al-fahrezi
Semenjak Ifa pindah ke lantai bawah. Ifa memang sedikit lebih mudah melakukan apapun. Apalagi, dekat dengan dapur juga. Jadi, ketika malam Ifa merasa haus atau lapar Ifa tinggal ke dapur saja. Tanpa perlu menuruni anak tangga.
Ifa benar-benar bersyukur punya keluarga yang sangat mendukung dan menyayanginya. Hari-hari berat yang Ifa lewat terasa ringan akan perhatian, kasih sayang keluarga.
Bahkan, ketakutan akan Akmal lenyap begitu saja. Apalagi memang, tak ada satupun dari pihak Akmal yang datang. Padahal, Ifa yakin jika pertemuannya dengan saudara Akmal pasti menyadari akan kehamilan Ifa. Tapi, sampai saat Ifa mau melahirkan pun, Akmal tak pernah datang.
Ingin rasanya tertawa sinis, tapi Ifa hanya bisa memendamnya.
Hidupnya terasa lucu namun menyakitkan.
Ifa berjuang seorang diri, menjaga dan merawat janin yang ada di perutnya. Sampai di mana hari Ifa melahirkan.
Rasanya baru kemaren, Ifa mengalami segala cobaan hidup. Sampai di nyatakan hamil. Ifa menjaganya seorang diri. Bahkan, kini mau melahirkan pun Ifa berjuang sendiri.
Ifa tak bisa membayangkan, jika ia tak punya keluarga ataupun saudara. Mungkin, Ifa tak akan sekuat itu.
Rasanya benar-benar terlalu cepat atau memang Ifa sudah benar-benar berdamai dengan takdirnya.
Kini, Ifa harus di hadapkan lagi berjuang di dalam ruang persalinan. Ada Harfa di sana yang menemani Ifa.
Ifa tak menyangka jika baby nya akan secepat ini lahir. Padahal, dari hpl nya tidak sesuai dengan prediksi nya.
Itulah kuasa Allah. Mungkin, baby itu sudah tak sadar bertemu ibunya yang kuat. Ingin melihat dan menatap wanita kuat yang selama ini menjaganya.
"Ayo, kak. Aku yakin, kakak bisa. Kakak kuat."
Bisik Harfa menyemangati sang kakak.
Ifa sendari tadi menggeram sakit yang luar biasa. Perutnya terasa di lilit. Bergerak tak karuan dengan nafas tersendat-sendat.
Wajah Ifa memerah, kontras dengan wajahnya yang putih. Terlihat urat-urat menonjol akibat menahan rasa sakit.
Harfa memegang lengan Ifa kuat. Menyemangati Ifa. Ketegangan menyelimuti ruang persalinan.
Kini, Harfa tahu satu hal. Kakanya selalu terlihat kuat selama ini. Tapi, ketika di hadapi dengan melahirkan. Ifa terlihat cengeng dengan segala rengekannya.
Ternyata, sekuat-kuatnya nya wanita. Tetap saja tak bisa menyembunyikan kelemahannya saat melahirkan. Sakitnya yang luar biasa tak bisa di bandingkan apapun.
"Akhh!!"
Ifa menggeram sakit, merasakan ada sebuah dorongan kuat dalam perutnya. Nafas Ifa tersengal, namun tetap harus menuruti Instruksi dokter.
Oek ... Oek ..
Suara tangisan baby menjadi titik perjuangan Ifa. Tubuh Ifa terlihat lemah dengan wajah pucatnya.
Tangis haru, tak bisa Ifa bendung lagi. Mendengar suara tangis anaknya menjadi obat tersendiri di kala lelah Ifa.
Tangan Harfa gemetar menyaksikan semuanya. Harfa tak pernah menyangka jika dirinya akan menyaksikan proses melahirkan. Rasanya sungguh luar biasa. Sulit bagi Harfa menjabarkannya.
Akan kah Harfa merasa takut melahirkan melihat perjuangan Ifa. Entahlah, antara ngeri dan juga lega melihat perjuangan sang Kaka. Di tambah lagi melihat baby mungil begitu menggemaskan.
Bibirnya gemetar, dengan tangis yang masih terdengar. Apalagi saat di bersihkan, baby itu bergetar. Merasakan dinginnya air dunia.
Baru, ketika di letakan di dada Ifa baby itu berhenti menangis seolah tahu. Jika kehangatan itu ia dapatkan dari ibunya.
Perasaan yang tak bisa Ifa jabarkan dengan kata. Sungguh luar biasa.
Setelah selesai semuanya. Ifa baru di pindahkan ke ruang yang jauh lebih bersih.
Abi Farel langsung masuk, hal pertama yang Abi Farel lakukan adalah mengadzani baby itu.
"Selamat sayang, kamu hebat."
Ucap ummah Sinta terharu dan juga bangga akan perjuangan putrinya.
Ifa masih terlihat lemas dan belum bisa bergerak banyak. Apalagi bicara. Ifa masih benar-benar lemas atau merasa shok akan apa yang terjadi.
Perjalanan ini terasa begitu cepat. Kini, Ifa melahirkan baby laki-laki.
"Muhamad Zain Al-fahrezi."
Ucap Abi Farel membuat semua orang menoleh. Ifa tersenyum mendengar sebuah nama yang di ucapkan Abi Farel padas putrinya.
Nama yang sangat bagus, Ifa sangat menyukainya.
"Terimakasih Abi, sudah memberi nama putra Kakak. Nama yang bagus."
Ucap tulus Ifa merasa senang akan nama yang di berikan Abi Farel.
Abi Farel tidak menanggapi ucapan tulus Ifa. Abi Farel menatap lekat baby itu. Lalu meletakan kembali di samping Ifa.
Ada sesuatu yang tak bisa di jabarkan oleh kata.
"Aku pamit keluar sebentar."
Pamit Harfa tiba-tiba. Dengan sedikit tergesa Ifa menjauh dari ruangan Ifa. Terlihat, nampak Harfa mengeluarkan ponsel. Entah apa yang Harfa lakukan. Gelagatnya nampak tak biasa. Sudah selesai Harfa kembali sambil membawa beberapa makanan yang di belinya.
Harfa tahu, kedua orang tuanya pasti belum makan. Ifa pun pasti butuh makan untuk memulihkan tenaganya.
"Ummah sama Abi makan dulu. Aku sudah beli makan kesukaan Abi, ummah."
Ucap Harfa sambil meletakan makanan di atas meja. Lalu, Harfa mendekat dan duduk di samping Ifa.
"Kakak mau makan apa?"
"Gak dek."
"Minum."
"Boleh."
Dengan cekatan Harfa membuka tutup botol air mineral dan membantu Ifa minum. Setelah melahirkan Ifa malah kehausan. Mungkin, karena cape sudah berjuang.
Ifa masih harus di rawat di rumah sakit untuk beberapa hari ke depan.
Harfa dengan setia menemani Kaka Ifa tatkala ummah Sinta dan Abi Farel harus pulang dulu.
Mengabaikan pesan dari seseorang sejak tadi. Harfa ingin fokus dulu pada sang kakak dan keponakannya.
Entah kenapa kini, Harfa sangat menyayanginya. Padahal dulu Harfa ingin baby itu lenyap. Tapi, kini Harfa sangat menyayanginya. Perasaannya mengalir begitu saja. Harfa berjanji akan melindungi dan menjaga keponakannya.
Menjelang malam, baby Zain menangis. Ifa berusaha memberikan asi. Namun, ASI-nya tidak keluar banyak. Asi baru keluar sedikit dan seperti nya baby Zain masih kehausan.
Harfa mengambil alih menggendong keponakannya. Berharap keponakannya berhenti menangis agar tak membangunkan siapapun.
Di saat Harfa mencoba menenangkan baby Zain. Ifa juga berusaha melakukan agar ASI-nya keluar banyak.
Seperti nya Ifa harus banyak makan-makan yang bisa menyuburkan asi.
Ifa berharap ASI-nya keluar banyak agar putranya tidak nangis terus.
"Dek bawa sini, semoga saja kaki ini ASI-nya keluar."
Harfa mendekat memberikan baby Zain pada Ifa. Dengan lembut Ifa menggendongnya memberikan asi kembali. Ifa berharap Allah memberikan keajaiban.
Baby Zain terlihat mencari sumber kehidupannya. Menyedot cukup kuat membuat Ifa meringis kesakitan. Tapi, Ifa tetap menahannya. Semakin lama semakin sakit namun seperti nya asinya tidak cukup keluar banyak.
Harfa ikut meringis melihat wajah berkerut Ifa yang menahan sakit setiap kali baby Zain menyedotnya.
"Alhamdulillah."
Lilih Ifa lemah. Bersyukur akhirnya asinya mulai keluar cukup banyak. Ada sedikit darah di sana namun tak apa. Lama kelamaan kembali normal.
Baby laki-laki memang cukup kuat jika sedang menyusu berbeda dengan baby perempuan. Bahkan tergolong lebih lama.
Baby Zain mulai anteng kembali. Bahkan matanya mulai menutup kembali. Rasa kenyang membuat baby Zain kembali tidur.
Ifa merasa ngilu tatkala kembali menutup sumber kehidupan baby Zain.
Segala ekspresi yang Ifa perlihatkan tak luput dari pandangan Harfa. Harfa merekam dengan jelas bagaimana kesakitan, ringisan yang di rasakan sang kakak.
Entah apa yang Harfa pikirkan. Yang jelas Harfa merasa bangga pada kakaknya. Sejauh ini, dia begitu kuat dan hebat.
Bersambung ....
Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🙏🥰🥰
Datang untuk nya...