NovelToon NovelToon
Seharusnya

Seharusnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lu'lu Il Azizi

Tentang sebuah perasaan dan liarnya hati ketika sudah tertuju pada seseorang.
Rasa kecewa yang selalu menjadi awal dari sebuah penutup, sebelum nantinya berimbas pada hati yang kembali merasa tersakiti.
Semua bermula dari diri kita sendiri, selalu menuntut untuk diperlakukan menurut ego, merasa mendapatkan feedback yang tidak sebanding dengan effort yang telah kita berikan, juga ekspektasi tinggi dengan tidak disertai kesiapan hati pada kenyataan yang memiliki begitu banyak kemungkinan.
Jengah pada semua plot yang selalu berakhir serupa, mendorongku untuk membuat satu janji pada diri sendiri.
”tak akan lagi mencintai siapapun, hingga sebuah cincin melekat pada jari manis yang disertai dengan sebuah akad.”
Namun, hati memanglah satu-satunya organ tubuh yang begitu menyebalkan. Untuk mengendalikannya, tidaklah cukup jika hanya bermodalkan sabar semata, satu moment dan sedikit dorongan, sudah cukup untuk mengubah ritme hari-hari berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lu'lu Il Azizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Nyatakan semuanya atau menghilang sepenuhnya.

“kenapa pasang wajah seperti itu, mas.”suara Laras mengagetkanku, dia sedang mengaduk kopi hitam pesanannya.

”ehh, masih heran saja, Ass. Dengan selera ngopi mu.”jawabku juga melakukan hal yang sama dengannya. Dia Cuma nyengir, bersiap mengangkat cangkir itu menggunakan tangan kanannya.

”makan kuenya dulu...”seruku menghentikan aksi Laras dengan menahan keningnya menggunakan sedotan yang ada di atas meja.

”kenapa..?”Laras menatapku, penasaran.

”kau pernah bercerita jika lambungmu tak sehat. Sebelum menikmati kopi, minimal isi dulu perutmu dengan kue.”posisi kami belum berubah, mata kami saling bertemu. Wajah penasarannya perlahan berganti menjadi ekspresi tak setuju.

“sumpah...! kalimat sama yang sering ibuku gunakan, Cuma beda intonasi saja.”protesnya, melepas cangkir yang sedari tadi sudah dia pegang.

”karena kami tau, sehat itu penting.”tanpa beban aku mengucapkan itu, dengan sebuah tawa.

Laras berdecak.”hucff.. dapat wejangan tentang kesehatan dari orang yang bahkan tak mampu menahan diri untuk tidak merokok selama satu jam!”nada bicara Laras menghardik seraya memasukan kue yang baru saja dia potong dengan ukuran kecil ke dalam mulut, ke dua bola matanya menghadap langit-langit.

Aku terdiam tak mampu menjawab, memandang wajah Laras dengan ekspresi menyebalkan namun cukup lucu.”ayolah ass..! Biarkan kata-kataku terlihat keren sedikit lebih lama, jawabanmu itu... Ahh ini namanya pembunuhan karakter!”keluhku sembari memakan kue dengan potongan yang lebih besar.

Mendengar protesku Laras menahan tawa, dengan kue yang belum sepenuhnya tertelan. Dia segera membuka segel botol air mineral berukuran sedang yang tadi juga kami pesan.”untung aku gak tersedak, mas.”ucapnya setelah meminum beberapa teguk.

”lagian, salah sendiri bicara sok keren.”lanjutnya terkekeh.

Lagu pop era 2000an dengan aransemen akustik mengiringi seisi ruang cafe. Hidung Laras terlebih dulu mencium asap tipis yang keluar dari cangkir, sebelum bibirnya menyentuh ujung cangkir itu, sebuah tanda jika dia memang seorang pecinta kopi.

”sejak kapan Ass, kau mulai suka minum kopi?”tanyaku, mengamati geraknya yang luwes.

”mungkin... sejak sadar, jika di kejar tugas itu pusing.”jawabnya santai, meletakkan kembai cangkir pada tempat sebelumnya.

”mass. adikku nitip salam, dia juga minta maaf atas ucapannya kemarin.”Laras menyampaikan pesan dari adiknya dengan sedikit ragu.

Deg deg deg…

Ekspresiku mungkin menunjukan gelagat yang berbeda, aku diam sejenak. Bukan karena marah dengan adik Laras, tapi lebih ke teringat dengan buruknya komunikasi kami.”gak ada yang salah dengan ucapan adikmu Ass, santai.”jawabku.

“kalian masih berantem? Ucapan adikku hanya spontan, tolong jangan di anggap serius mas.”Laras memasang wajah tak enak hati.

”hehe, lagian jika ucapan adikmu benar juga tak ada masalah kok, Ass.”pasrahku kembali memegang gagang cangkir.”aku dan Ain memang belum memiliki suatu hubungan yang mengikat.”lanjutku bicara sebelum beberapa teguk kopi mengalir melewati tenggorokan.

“tapi, raut wajahmu menggambarkan sebaliknya mas!”tegas Laras menyanggah ucapanku.

”memang seperti itu kenyataannya, Ass.”aku tak berani memandang ke arahnya.

”mungkin ini cuma akibat dari terlalu seringnya aku membuat kesimpulan sepihak.”

Laras melepas nafas panjang hingga menimbulkan suara.”kau masih mencintainya?!”

Dia memaksaku untuk menatapnya, hanya sesaat aku berani menatap sorot mata itu. Setelahnya aku hanya terdiam tanpa sepatah katapun. Laras Pun juga terdiam, dia hanya memotong kecil kue yang tersisa lalu memainkannya menggunakan garpu. Entah apa yang sedang dia pikirkan.

Petikan gitar akustik semakin nyaring terdengar karena diam kami.

“jika tak ingin menyerah. Seharusnya ungkapkan saja semua keinginanmu itu! Bukan malah menghindar tanpa mencari tau kebenarannya!”Laras tiba-tiba kembali menatapku, tajam.

”kenapa milih jalan menyiksa diri, jika kemungkinan dia sedang menunggumu itu ada?”lanjutnya bicara semakin tegas.

”kau laki-laki, dan menunggu adalah tugas wanita!”tutupnya dengan dengusan panjang di susul dengan beberapa potong kue yang iya makan sekaligus.

Selain dari ucapan Laras yang terasa menampar, ini adalah kali pertama aku melihat raut wajahnya yang seperti itu, sangat menekan.

“Ass...”

Aku mengusap wajahku beberapa kali.”maaf… dan terima kasih. Tamparan darimu begitu keras.”ku beranikan diri menatapnya, dia belum selesai menelan kue yang ada di mulutnya. Belum sempat aku meneruskan perkataanku, tiba-tiba telapak tangan kiri Laras mendarat lembut pada pipiku. Dengan tatapan kami yang masih beradu.

”jika seperti ini. Seharusnya terasa lembut, mas.”ucapnya dengan nada yang kembali seperti biasanya. Dia segera bangkit, mengabaikan ku yang masih terpaku karena tingkah anehnya begitu mendadak.

”mass. ayo pulang.”ajaknya, dia sudah berdiri dengan sempurna.

”dan maaf jika ucapanku tadi sedikit kasar.”tutupnya sambil menepuk pundakku, kemudian berjalan menuju kasir.

***

Suara narator yang sedang meringkas sebuah film masih terdengar dari youtube yang sedang ku putar. Hanya saja, malam ini aku tidak bisa login pada alur cerita yang dia ringkas dengan nada bicara khas itu. Ucapan Laras masih mengganggu pikiranku. Apa benar, aku terlihat seperti melarikan diri? Arrhh kemana perginya dirimu yang dulu. El!

Beberapa kali aku mengutuk diri sendiri, urusan hati benar-benar membuatku menjadi plin-plan dan kehilangan tegas. Nafas panjang aku buang paksa.

”nyatakan semuanya atau menghilang sepenuhnya. Mari kita selesaikan apa yang sudah kita mulai!”gumanku seorang diri, memejamkan mata sambil terus merenung tentang pilihan apa yang akan ku buat.

Hati! Kau memang selalu menyebalkan.

***

“kenapa pasang wajah kusut, El.”celetuk Vika sambil menyalakan mesin printer. Aku masih menikmati kopi yang tadi aku bawa dari belakang.

”semalam gak bisa tidur.”jawabku mengamati Vika, dia mulai memainkan kursor.

”masih lama Vik?”tanyaku setelah menengok jam yang ku pakai pada lengan kiri. Pukul 09.12.

”sabar El. Banyak harga yang perlu di UP. Siap-siap saja dengan banyaknya komplain yang akan kita terima dari pelanggan.”keluhnya. lembar demi lembar kertas HVS mulai keluar dari mesin print, setelah lembar terakhir selesai, Vika segera merapikan dan memberikannya padaku setelah dia masukannya pada plastik berwarna putih.

Ku mulai tugasku hari, memberikan setiap lembaran itu pada semua toko juga sekalian mengambil uang pendapatan. Aku melaju santai pada rute yang sudah sangat ku hafal. Tentang Ain masih menjadi tema utama dalam pikiranku, sepanjang jalan aku terus meyakinkan diri pada keputusan yang sudah ku buat.

Baru saja aku mematikan mesin motor tepat di depan toko cabang, terdengar dari sini suara pelanggan, atau lebih tepatnya ibu-ibu. Dia terlihat sedang komplain sesuatu dengan nada bicara cukup keras. Aku segera mempercepat langkah, untuk mencari tau apa yang sedang terjadi.

”aku sudah lama menjadi pelanggan disini, mbak!”ucap ibu itu bernada menekan.

”beberapa minggu terakhir, kenapa kualitas softenernya semakin buruk.”lanjutnya bicara sambil menuangkan botol ukuran 1 liter berisi softener yang sudah tidak terisi penuh pada sebuah cup kecil.

”lihat! Biasanya tak seperti ini. Aromanya pun juga tidak selemah ini!”

“permisi buk, boleh saya lihat cup itu.”pintaku, menyela ucapan ibuk itu. Karyawan yang sedang berdiri di depannya terlihat menghela nafas panjang. Mungkin kedatangan ku terasa seperti penyelamat baginya, dia segera bergeser dari posisi dan memberiku ruang untuk mengambil alih. Ibuk itu mengeluarkan sebuah decakan saat aku mengambil cup kecil dari tangannya.

”benarkan mas? Ganti bahan yang lebih murah kah?!”gerutunya dengan wajah kesal, meskipun nada bicaranya sudah tidak meledak-ledak seperti sebelumnya.

1
Riyana Dhani@89
/Good//Heart//Heart//Heart/
mr sabife
wahh alur ceritanya
mr sabife
luar biasa ceritnya
mr sabife
bagus dan menarik
mr sabife
bgusssss bnget
mr sabife
Luar biasa
queen.chaa
semangat terus othorr 🙌🏻
Charles Burns
menisan 45menit biar setengah babak
Dale Jackson
muach♥️♥️
Dale Jackson
sedang nganggur le
Mary Pollard
kelihatannya
Wayne Jefferson
gilani mas
Wayne Jefferson
siap ndoro
Alexander Foster
mubadzir woii
Alexander Foster
mas koprohh ihhh
Jonathan Barnes
kepo kek dora
Andrew Martinez
emoh itu apa?
Andrew Martinez
aku gpp kok kak
Andrew Martinez
kroco noob
Jonathon Delgado
hemmbbbb
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!