NovelToon NovelToon
Tarian-tarian Wanita

Tarian-tarian Wanita

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Slice of Life
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Pada akhirnya dia terlihat menari dalam hidup ini. dia juga seperti kupu-kupu yang terbang mengepakkan sayapnya yang indah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15.2

Ketika ayahnya mengetahuinya, dia banyak bicara dan mulai membenci sari. Aku berusaha menghiburnya.

“Dia sudah besar, tapi masih juga bersikap seperti anak kecil. Kau lihat, dia bahkan berbohong kepada kita. Aku sudah Pergi mencarinya, dia katanya pergi meninggalkan rumah. Ibu tidak tahu ke mana dia pergi sekarang. Benar-benar anak tidak tahu diri.”

“kau tidak boleh memakinya, dia masih kecil.”

“Kumala, dia sudah besar! Ingat itu! Dia bahkan tidak melihat ibunya yang sakit. Kita harus mendidiknya lebih baik lagi. Beginilah jadinya jika membiarkannya begitu saja.”

“Tenangkan dirimu.”

Dia kemudian pergi meninggalkanku sendiri. Aku kemudian tidur dan lagi-lagi Putri muncul dalam mimpiku.

********

“Aku harus pergi ke sana,” kataku ke-esokan harinya.

“kau masih sakit.”

“Aku masih kuat.”

Aku tidak tahan lagi, putri selalu membayang-bayangiku. Dia selalu datang dan pergi tanpa bisa di prediksi. Aku semakin gila karenanya. Aku bangkit dan ketika itu kepalaku terasa pusing, semuanya terlihat buram. Aku merasa tiba-tiba kehilangan semua tenagaku. Kembali duduk, aku menyentuh dahi.

Suamiku membantuku. “Kumala, kau lihat, kau masih sakit. Aku tidak memperbolehkanmu pergi.”

Dia kemudian pergi dan tidak datang lagi. Aku bertanya-tanya kapan aku bisa pergi ke rumahnya untuk mengucapkan belasungkawa dan membuat hantu itu pergi dalam hidupku.

Aku tidak tidur, meraih Handphone kemudian memanggil Ayu. Ayu pun menjawab dengan nada cerianya dari sisi sana. Aku menjadi terhibur karenanya. Kami berbasa-basi sebentar, aku pun ingin mengutarakan keinginanku, namun aku teringat itu adalah rahasiaku dan tidak boleh sembarang orang yang mengetahuinya. Maka dari itu, aku menyuruhnya untuk membujuk Sari pulang.

“Serahkan saja sari kepadaku. Aku pasti akan membuatnya pulang.”

Aku gembira mendengarnya. “Terima kasih.”

“Mbok sudah lebih baik?”

“Membaik.”

“Mbok, kapan ada waktu untuk bertemu?”

“kau bisa berbicara sekarang.”

“Tidak bisa, ini penting, menyangkut keamanan Dunia!”

“Ayu apa yang kau katakan.”

Ayu tertawa. “Maaf, aku serius, kapan bisa bertemu?”

“Di mana kita akan bertemu?”

“di restoran atau tempat-tempat indah lainnya.”

“Baiklah. Aku mengabarkannya nanti.”

“Ok. Jangan lupa beristirahat, ingat minum obat. Kesehatan Mbok sangat penting.”

“Ayu, terima kasih.”

Aku menutup pembicaraan. Rasanya lebih baik berbagi masalah dengan orang lain. Aku lalu merebahkan diri dan tertidur.

******

Lima hari selanjutnya, aku pergi ke restoran terdekat. Restoran ini tidak terlalu mahal. Suamiku yang khawatir terus melarangku pergi. Aku sudah mengatakan baik-baik saja dan tidak perlu di permasalahkan.

“Kumala, kau tidak mengerti bagaimana perasaan orang lain.”

Karena kata-kata itu, aku mengajaknya pergi ke restoran ini. Dia tahu Ayu akan segera datang dan akan pergi setelah beberapa saat. Dia akan menunggu di tempat parkir. Namun dia juga belum pergi dari hadapanku.

“Kenapa kau belum Pergi?”

“Aku akan pergi sekarang.”

Dia beranjak dan pergi tanpa mengatakan apa pun. Aku memandang punggungnya, punggung yang tua dan mulai lemah hingga tidak terlihat.

Lampu-lampu di pasang beriringan di atap-atap restoran. Cahayanya sedikit redup, tapi terlihat indah dengan nuansa Restoran yang tenang. Senja itu, pengunjung tidak terlalu banyak. Pegawai di bar sibuk membersihkan gelas-gelas kotor dan beberapa pelayan wanita lalu lalang membawa makanan. Cara mereka membawa sangat tegap dan elegan. Aku bertanya-tanya berapa tahun para pelayan itu mengasah kemampuannya hingga ahli seperti itu.

Aku memperhatikan pelayan wanita yang berpakaian hitam putih, melintas membawa minuman. Itu barangkali wine, minuman yang mahal. Gelasnya besar dan mewah. Namun kaca yang di pakainya terlalu tipis. Jika itu berbenturan, risiko hancurnya akan sangat tinggi.

Pelayan itu kemudian membungkuk, mengambil minuman itu dengan lihai. Caranya mengambil juga memerlukan kemampuan yang tinggi. Tersenyum memandang para pengunjung kemudian meletakkannya.

Dengan senyuman yang indah dan menawan, orang-orang akan sangat senang di layani olehnya. Pelayan itu kemudian bercakap-cakap dengan empat pengunjung di sana. Mereka semua laki-laki tua. Mungkin saja para laki-laki tua itu suka pada pelayan cantik itu.

Aku kemudian memandang ke luar.

Restoran ini di lapisi kaca-kaca transparan yang elegan, menampilkan pemandangan persawahan yang luas. Karena malam itu hujan dan musik piano yang dimainkan tenang membuat suasananya sedikit dingin. Aku seharusnya membiarkannya di sini agar aku tidak kesepian.

Kemudian pelayan laki-laki datang ke hadapanku, tersenyum ramah dan menaruh jus strawberry. Aku mengucapkan terima kasih. Dia tersenyum dan menawarkan bantuan. Aku menolaknya ramah.

Aku meminum jusnya. Tidak terlalu masam, aku menyukainya. Kemudian memandang keluar. Hujan akhirnya turun. Butiran-butiran yang kecil menelusuri lapisan kaca. Udara pun semakin dingin.

Aku meminumnya lagi.

Tidak lama kemudian Ayu datang, tersenyum ceria lalu berlari menghampiriku, kemudian dia duduk.

“maaf, aku terlambat. Hujan turun tidak pada waktunya. Mataku terasa sakit ketika berkendara. Apa mbok sudah lama di sini?”

“Tidak.”

Pelayan kemudian datang menyerahkan daftar menu lalu pergi. Ayu dengan serius membacanya. Dia menunduk, menyebabkan poni lebatnya jatuh. Dia membiarkannya. Mungkin terlalu asyik membaca. Aku memperhatikan dahinya yang lebar walaupun kehitaman. Bagiku dahinya indah dan lembut. Dia lalu merapikan poninya dan memandangku. “Mbok ingin makan apa?”

“Aku tidak boleh makan makanan seperti itu.”

“Kalau minuman bagaimana?”

“Tidak boleh juga kecuali jus.”

“Baiklah, aku juga akan memesan jus.”

Ayu lalu memanggil pelayan dan memesan jus. Kemudian bertanya, “Mbok punya rahasia bukan?”

Aku merasa keheranan menatapnya. Apa yang membuatnya bertanya seperti itu? Apa karena pertemuan waktu itu?

Kemudian Ayu tertawa. “Tidak perlu se-serius itu, aku tidak akan berusaha mengetahuinya. Mbok melarang Sari menari karena ada alasan yang kuat bukan? Aku ingin mengetahuinya. Jika Mbok tidak mengatakannya, maka aku tidak akan bisa membantu. Sari punya hak untuk hidupnya. Jika karena perbedaan pandangan, rasanya Mbok tidak akan melarangnya. Mbok juga suka menari ketika kecil dan akan tidak senang jika ada orang yang melarangnya.”

“Itu ketika aku masih kecil, sekarang aku sudah besar. Aku mengetahui mana yang baik.”

“Mbok masih belum mengatakan mengapa Mbok tidak menari lagi.”

“Sudah aku katakan aku sudah tua dan tidak kuat lagi.”

“Bohong!”

Aku terkejut dan memandangnya. Ayu juga terus memandang. Kami saling pandang beberapa saat.

“Mbok, katakan.”

Aku menghela nafas. “Ayu, asalkan kau dapat membantuku, aku akan mengatakannya.”

“Mbok tenang saja, aku bisa merahasiakannya.”

Aku pun mengatakan semuanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!