Anak Tengah

"tara, sudah papah bilang jauhi wanita itu! Dia gak pantas untuk kamu. Kamu gak sadar hanya sebagai mesin uang baginya." Suara lantang seorang ayah yang mengkhawatirkan anak bujangnya salah memilih wanita sebagai calon istrinya. Sementara gantara bersikeras bahwa papahnya terlanjur tidak menyukai pilihannya jadi tidak pernah melihat kebaikan darinya yang seringkali berusaha baik pada keluarganya.

"Pah, sudah tahan emosimu gak baik buat kesehatan. Biarkan saja gantara menjalani semuanya sampai mata dia terbuka sebenarnya."

"Tidak mah, Papah sudah menyelidiki wanita itu! Papah tidak akan pernah merestui pilihanmu!"

"Pah, Mah! Lihat usaha dia bagaimana mendekati keluarga ini, apakah sedikit saja kalian tidak mau membuka hati untuknya? Sampai kapan pun gantara akan terus bersamanya dan menikah dengannya."

"Sekali kamu berani sampai menikah dengan wanita biadab itu, pergi kamu dari rumah ini! Papah gak ingin punya menantu seperti itu! Keluar kamu!"

"Pah istigfar, begitu juga gantara tetap anak kita!" seorang wanita bersimpuh di kaki suaminya memohon agar tidak mengusir anak semata wayang mereka.

"Baiklah tidak masalah saya keluar darisini, terlebih bebas memilih wanita pilihanku tidak dengan perjodohan gila dengan wanita yang sama sekali belum ku kenal." ucap gantara yang pergi ke kamarnya dan mulai mengemas barang-barangnya.

"Tinggalkan semua fasilitas yang kami beri, hiduplah sesukamu di luar sana! Sebelum kamu terbuka matanya atas pilihanmu jangan kembali pulang!"

"Tunggu sebentar, harus kamu ingat tara bahwa wanita pilihan papah adalah yang terbaik. Seharusnya kamu lebih pintar untuk mencari tahu siapa wanita pilihan papah sebelum bersikeras memilih wanita biadab itu!"

"Taraaaaaa ...." Mamah menahan gantara untuk tidak pergi dan sebaiknya menuruti keinginan orangtuanya.

"Sudah mah, keputusanku sudah bulat! mamah jaga diri, jangan telat makan. Tara pamit dulu. assalamualaikum." Gantara pamit sambil mencium tangan mamahnya dan berpelukan sebagai perpisahan. Papahnya yang melihat adegan itu memilih langsung berbalik badan menuju kamarnya yang tak lama disusul istrinya.

Sementara di lain tempat,

"Anak papah yang cantik, sedang apa yah?" ketukan pintu kamar klara dengan suara yang selalu ditunggu klara.

"Papaaahhhhh... sudah pulang? Ini klara lagi bikin tugas sekolah pah. Apakah ada yang mau papah bicarakan? tumben sampai masuk kamar klara." Tanya klara

Papah yang ditanya begitu sedikit melamun karena ia ragu atas pertanyaan yang akan diajukan pada anak tengahnya. Papah merasa ini terlalu dini untuk anak seusianya, sedangkan ia sudah memiliki rencana dengan rekan bisnisnya untuk menjodohkan dengan anaknya yang memiliki usia lebih jauh dari klara.

"Hallo pah, malah melamun." klara melambaikan tangan di depan papahnya.

"Eh, maaf sayang. Gak ada, papah cuma kangen aja makannya ke sini." Papah mengurungkan niatnya untuk bertanya

"Yakin? ara siap kok dengar apa kata papah." Klara sambil menyelipkan helai rambut ke belakang telinganya menunjukkan bahwa ia siap mendengarkan wejangan papahnya.

"Ya yakin, lain hari saja. Sekarang kamu kerjakan dulu tugasnya lalu cepat istirahat sudah malam."

"Siap bos!"

Perjodohan ini memang sengaja membantu rekan kerjanya yang meminta tolong agar anak semata wayangnya tidak memilih wanita yang salah. Bermula dari obrolan keresahan seorang ayah pada anak-anaknya, yang satu takut salah memilih dan satunya lagi takut dengan pergaulan anak zaman sekarang. Akhirnya mereka bersepakat melakukan perjodohan antara kedua anak mereka, yang nantinya keputusan akhir tetap dari pilihan kedua anaknya apakah ingin berlanjut atau tidak. Sayangnya untuk gantara dia tetap bersikeras dengan pilihannya sedangkan untuk klara, orangtuanya membiarkan agar klara tidak tahu perjodohan ini sampai di hari nya agara puterinya tetap fokus pada pendidikan.

Beberapa tahun terlewati, ternyata gantara menyesal setelah dia memergoki wanitanya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Rasa sesak tidak terbendung yang membuat gantara lepas kendali memukul sahabatnya serta mencaci maki wanitanya. Setelah di rasa puas ia keluar dari hotel tersebut, sambil menertawai kisahnya sendiri.

"Ba**s*t! B*d*h sekali aku terlalu percaya dengan wanita si*lan, lucunya lagi papahku benar." gantara mengikik tertawa atas kejadian hari ini. Dia kecewa karena rela keluar rumah untuk wanita pujaannya dan melawan orangtua sehingga kini ia merintis hidupnya dari nol.

"Dia kukira sahabat ternyata bersekongkol dengan cindy untuk memanfaatkan kekayaanku dan keluargaku. Seharusnya aku menyelidiki dulu dia siapa, kalau sudah begini pulang pun malu. Lebih baik sambil merintis kembali pekerjaanku, aku pun mencari tahu siapa wanita pilihan papah itu." gumam gantara sambil berjalan pulang menuju apartemennya.

Setelah berhari-hari menyelidiki, akhirnya ia mengetahui siapa wanita misterius itu. Kagetnya pilihan papahnya jauh dari usianya sekarang. Setiap hari ketika waktu istirahat kerjanya, gantara memilih tetap mengintai klara dari kejauhan sehingga gerak -geriknya mulai dicurigai oleh satpam sekolah yang membuat dia menghentikan sikapnya.

"Ternyata kamu semanis itu anak kecil, baiklah tunggu saat waktunya tiba aku akan mendapatkanmu kembali." Gantara tersenyum melihat keceriaan klara bersama teman wanita dan pria yang selalu ada di dekatnya.

"Pria itu pasti akan menjadi sainganku, apa yang menjadi bagianku akan aku ambil kembali." gumam gantara sambil berjalan meninggalkan sekolah klara.

Hari-harinya gantara lalui dengan menjadi lebih baik, agar orangtuanya tetap bangga bahwa tanpa fasilitas mereka anak semata wayangnya bisa tetap hidup bahagia. Ia bekerja keras untuk menyiapkan segalanya agar pantas disandingkan dengan klara yang usianya jauh lebih muda. Kalau masalah usia dia kalah dengan saingannya, tetapi ia mengejar di hal lain agar lebih pantas menjadi suami idaman.