Istri Kontrak Tuan Impoten

Diva menekuk wajahnya, sejak tadi Dika menceramahinya tanpa henti. Dia bahkan melarang dengan keras Diva keluar rumah walau sekedar buang sampah didepan gerbang. Keterlaluan bukan?

Hari sial tidak ada yang tau, meski Diva berhati hati kalau sudah takdirnya apes pasti akan apes. Contohnya kemarin, tiba tiba terserempet sepeda motor hingga lecet dan terkilir.

"Maaf, lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi,"

"Kamu harus bisa menepati janjimu,"

"Iya, aku akan berusaha untuk menepatinya. Tapi berhentilah mengomel, telingaku sakit!"

Dika memeluk Diva, berapa khawatirnya dia. Andai terjadi sesuatu yang buruk pada Diva dan anaknya, Dika tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Diva jauh lebih muda darinya, wajar saja jika Diva sulit untuk mematuhi perintahnya dan sedikit manja. Dika harus lebih bersabar terhadap Diva, dia yakin istrinya akan cepat belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan.

"Dapat apa saja jalan jalan hari ini?" Tanya Dika. Diva berdiri, dia mengibas ngibaskan rambut barunya ke kanan dan ke kiri.

"Wah... Model baru rupanya. Pantas seperti ada yang beda tadi, tapi apa ya..."

"Cocok tidak denganku?" Diva mengedip ngedipkan matanya.

"Sangat cocok untukmu, m jadi kelihatan seperti remaja SMA. Jadi makin cinta deh kalau begini," ucap Dika. Diva merobohkan tubuhnya kedalam pelukan sang suami, hatinya senang mendengar pujian dari pria itu. Untuk pertama kalinya dalam hidup dia dipuji oleh laki laki, dan laki kali itu adalah Dika.

🍁🍁🍁

Diva benar benar diperlakukan seperti seorang tuan putri oleh Dika. Karena tangannya yang sakit, segala hal keperluan Diva dilayani oleh Dika. Bahkan Dika sampai libur kerja hanya untuk menemani dan melayani istrinya seharian dirumah.

Mulai dari mandi, makan, ganti pakaian, semua dibantu oleh Dika. Padahal masih bisa melakukannya sendiri. Diva terharu bisa memiliki suami seperti Dika, dalam hatinya Diva berjanji akan selalu setia dan mengabdikan dirinya sebagai istri dari seorang Dika.

"Mas, tadi aku bertemu dengan Zoya di toko pakaian,"

"Apa dia mengganggumu?"

"Tidak, mungkin aku lah yang sudah mengganggunya. Aku memarahinya dan setengah memanas manasinya. Habis aku kesal, dia masih saja tidak mau menerima kenyataan kalau kita sudah menikah,"

"Lain kali langsung pergi saja kalau bertemu Zoya, jangan mau diajak bicara apa lagi ribut. Aku takut dia khilaf lalu berbuat sesuatu yang buruk padamu,"

"Aku bisa jaga diri,"

"Jangan keras kepala kalau dibilangin!"

"Oke, lain kali aku akan menghindar saja kalau bertemu dengan mantan kekasihmu itu."

Dika menyuruh Diva untuk istirahat lebih awal malam ini, sementara dia pergi keruang pribadinya untuk mengerjakan pekerjaan kantor. Disana Dika terus berpikir tentang kejadian naas yang menimpa Diva dan pertemuannya dengan Zoya. Apakah dua hal itu ada kaitannya? Zoya wanita jahat dan licik, bagaimana kalau ternyata kecelakaan itu sengaja dibuat oleh Zoya?

Pikiran buruk mulai menghampiri Dika, rasa cemas yang berlebih membuat Dika sedikit stres dan tertekan.

Tok... Tok... Tok...

Seseorang mengetuk pintu, tak lama pintu terbuka dan Leon muncul dari balik pintu itu. Dia membawa sebuah nampan berisi satu gelas minuman hangat dan satu toples penuh camilan. Leon memang asisten paling perhatian, wajar jika dia menjadi kesayangan Dika.

"Ada apa Tuan? Kenapa wajah anda terlihat cemas?" Tanya Leon.

"Aku sedang khawatir pada Diva, akhir akhir ini Zoya sering menemuinya dan mengajaknya bertengkar. Sampai detik ini Zoya masih belum mau menerima kalau aku sudah menikah dengan Diva,"

"Apa Tuan perlu mencari pengawal pribadi untuk Nona?"

"Sepertinya tidak perlu. Jika ada hal mendesak dan perlu keluar rumah, kamu bisa mengawalnya untukku,"

"Tentu saja Tuan, apapun perintah Tuan akan saya laksanakan."

🍁🍁🍁

Leon baru saja selesai bekerja, dia hendak merebahkan diri diatas kasur tapi tiba tiba ponselnya bergetar. Ada pesan masuk entah dari siapa.

Leon membuka pesan itu, ternyata dari Tasya teman Nona mudanya. Wanita ceria, penuh percaya diri dan sedikit cerewet yang pernah mengajaknya berkenalan tempo hari.

"Hallo, aku Tasya teman Diva. Kamu sedang apa?" Tulis Tasya. Leon bingung mau membalas apa, dia sama sekali belum pernah basa-basi dengan wanita lewat pesan singkat.

"Mau pergi tidur." Balas Leon. Sangat pelit kata, seolah ingin menyelesaikan sesuatu yang bahkan Tasya belum memulainya.

"Sudah makan?" Balas Tasya. Dia sama sekali tidak menyerah untuk terus memancing Leon membalas pesannya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Sebaiknya aku abaikan saja," gumam Leon.

Di kamarnya...

Tasya sedang duduk manis diatas sofa menanti balasan pesan dari Leon. Tapi ternyata Leon mengabaikan pesannya, entah sengaja atau dia benar benar pergi tidur. Tasya merasa berkecil hati, baru kali ini ada pria yang menolak didekati olehnya. Padahal biasanya para pria lah yang berlomba lomba untuk mendekati Tasya.

"Dia benar benar keterlaluan, beraninya dia mengabaikan aku." Dengus Tasya kesal.

Bersambung...