Hingga Akhir Waktu

Mereka yang dulunya langsung kembali ke penginapan setelah makan malam selesai, kini sekarang memiliki kesibukan masing-masing seperti mengunjungi perpustakaan, berkumpul untuk membahas sesuatu, bahkan ada yang sampai melakukan latihan tambahan.

Dan saat ini, Putri Kamiai bersama yang lainnya sedang bermain kartu.

‘’Aku selesai,’’ kata sang putri berdiri.

‘’Kau mau ke mana?’’ tanya Satan.

‘’Kembali ke penginapan. Seharian ini kau mengajakku keliling, jadi aku lelah dan ingin tidur lebih awal,’’ jawab Putri Kamiai.

‘’Tapi kau masih ada satu ronde lagi,’’ kata Pangeran Ozora.

‘’Tunjuk siapa saja untuk menggantikanku,’’ kata Putri Kamiai.

Pangeran Ozora memasang wajah bodoh. ‘’Memangnya harus menunjuk siapa lagi sedangkan semua orang di sini bermain?’’

‘’Terserah, kalian bisa memanggil kelompok lain untuk bergabung,’’ jawab Putri Kamiai berjalan pergi sambil melambaikan tangan dengan posisi membelakangi.

Tidak lama setelah itu, Pangeran Ozora dan yang lainnya mengikuti sang putri yang memang benar kembali ke penginapan untuk istirahat.

Melihat hal itu mereka saling mengacungkan jempol. ‘’Ayo selesaikan pekerjaan yang tersisa.’’

......................

Hingga malam pun semakin larut, Satan menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam. ‘’Sekarang waktunya.’’

Mereka pun mendekati kasur Putri Kamiai dan melihat sang putri terlelap.

‘’Dia terlihat lebih pendiam ketika tidur dibandingkan saat bangun,’’ tatap Pangeran Ozora.

‘’Semua makhluk juga akan diam ketika sedang tidur,’’ kata Satan.

Pangeran Ozora menyuruhnya diam lalu mengetuk pelan wajah sang putri menggunakan kipas bulunya. ‘’Hei bangunlah. Kamiai? Oee?’’

‘’Bahkan orang tuli pun tidak akan dengar jika kau memanggilnya dengan cara berbisik? Lakukan seperti ini,’’ kata Satan.

Untuk sesaat ia menarik nafas sebelum akhirnya berteriak, ‘’Kebakaran!!’’

Saat itu juga Putri Kamiai terlonjak ke depan. ‘’Hhah?!’’

‘’Oee! Kau berteriak tepat di samping telingaku!’’ kesal Pangeran Ozora.

‘’Hihi, siapa suruh membangunkan orang seperti maling yang ingin mencuri,’’ kikik Satan.

‘’Sekarang apa hubungannya dengan maling?’’ tanya Pangeran Ozora.

‘’Bukankah mereka berbisik-bisik untuk bicara agar tidak ketahuan? Seperti caramu tadi,’’ kata Satan.

Putri Kamiai mengerutkan dahi karena tidurnya terganggu. ‘’Ada apa ini?’’

‘’Ayo ikut kami,’’ kata Riruru dan yang lainnya menarik sang putri.

......................

Danau di Halaman Belakang Akademi

Putri Kamiai terdiam dengan wajah bodoh. ‘’Aku yang belum bangun atau kalian yang masih tidur? Memangnya siapa yang mau memancing di tengah malam begini?’’

‘’Hei, apa kau tidak ingat sama sekali ini hari apa?’’ tanya Satan.

‘’Tentu saja aku ingat, sekarang hari sabtu,’’ jawab Putri Kamiai.

Satan dan yang lainnya memasang wajah bodoh setelah mendengar perkataanya.

‘’Jawabanku salah? Memangnya ada apa dengan hari ini?’’ tanya Putri Kamiai.

‘’Sekarang tanggal 12 Agustus, itu berarti….’’

Tiba-tiba lampu menyala bersamaan terompet lidah dan petasan pesta dibunyikan.

Saat itu juga mata Putri Kamiai membulat besar. Dilihatnya ribuan lampu dari bola api tergantung di pohon-pohon, halaman rumput dipenuhi ratusan jenis hamparan bunga, puluhan patung air mancur melayang di udara, serta jembatan berkubah dari tanah yang dipenuhi lilin dibangun ke tengah danau.

‘’Kamiai Hime-sama, otanjoubi omedetou gozaimasu(Selamat ulang tahun Putri Kamiai)!’’

Putri Kamiai tersenyum dengan mata berkaca-kaca. ‘’Kirei na(Sangat indah)….’’

Pangeran Ozora dan yang lainnya pun menuntunnya ke tengah danau dimana semua orang sudah berkumpul. Sesampainya di sana, Putri Kamiai melihat kue ulang tahun yang tidak kalah indahnya.

Tanpa membuang waktu, Rensuke memainkan jari tangan untuk menyalakan lilin. ‘’Sekarang buatlah permohonan Tuan Putri.’’

Putri Kamiai tersenyum lalu memejamkan mata untuk sesaat sebelum akhirnya meniup lilin diikuti tepuk tangan oleh semua orang.

‘’Semoga kau panjang umur.’’

‘’Aku berharap kebahagiaan selalu menyertaimu.’’

‘’Semoga kau diberkahi keberuntungan.’’

‘’Tuhan memberkatimu.’’

‘’Minna(Semuanya) … Arigatou(Terima kasih),’’ senang Putri Kamiai.

‘’Memang sudah sepantasnya kau berterima kasih. Aku dan yang lainnya berjuang sampai titik darah penghabisan demi menyiapkan semua ini untukmu,’’ kata Pangeran Ozora.

‘’Puff! Sampai titik darah penghabisan?’’ ejek Satan.

‘’Orang yang duduk santai dan tidak bekerja diam saja,’’ balas Pangeran Ozora.

‘’Jaga mulutmu. Jika bukan karena Yang Mulia ini membantumu mengulur waktu, memangnya semua ini akan selesai?’’ tanya Satan.

‘’Kalau kalian ingin berdebat, pergi saja ke ruang rapat,’’ kata Putri Kamiai.

‘’Tidak mau!’’ kata Satan dan Pangeran Ozora menoleh ke arahnya.

‘’Malah bersamaan menjawab,’’ kata Putri Kamiai dengan wajah bodoh.

Pangeran Midoriha mendekat. ‘’Ozora dan Satan memang tidak pernah cocok. Meski begitu, mereka berdua tetap selalu kompak.’’

Putri Kamiai langsung menoleh dengan wajah terkejut. ‘’Kau bisa bicara?’’

‘’Aku tidak bisu,’’ jawab Pangeran Midoriha dengan wajah bodoh.

‘’Bukan begitu, maksudku sejak kecil aku tidak pernah mendengarmu bicara melebihi tiga kata,’’ kata Putri Kamiai.

Pangeran Midoriha menghela nafas. ‘’Kau tahu sendiri kalau aku orangnya pemalu.’’

‘’Kalau begitu, sekarang kau sudah tidak tahu malu karena banyak bicara,’’ kata Putri Kamiai.

‘’Puff! Tidak tahu malu?’’ kikik Pangeran Ozora.

Pangeran Midoriha memicingkan mata sambil mengembungkan kedua pipi.

‘’Hihi, aku hanya bercanda,’’ senyum Putri Kamiai.

‘’Karena perayaan kali ini spesial, kami akan mengabulkan satu permintaanmu,’’ kata Pangeran Ozora.

‘’Hmmm … Aku belum terpikirkan sesuatu. Simpan saja untuk nanti. Selain itu, kenapa kalian membuatnya begitu mewah?’’ tanya Putri Kamiai.

‘’Tahun ini adalah yang terakhir kalinya kita semua berada di akademi. Jadi sebelum berpisah, kami ingin menyiapkan perayaan ulang tahun yang paling spesial untukmu,’’ kata Pangeran Ozora.

Perlahan senyuman Putri Kamiai menghilang setelah mendengarnya.

Benar juga. Masih ada empat bulan sebelum masa pendidikan kami selesai. Setelah itu, semuanya akan kembali ke negara masing-masing, sedihnya dalam hati.

‘’Si cengeng menangis lagi,’’ kata Ninshu.

‘’Siapa yang cengeng? Mataku hanya mengeluarkan air,’’ kata Putri Kamiai membuat semua orang terkekeh.

Setelah memberikan kejutan kepada sang putri dan bersenang-senang sebentar, semuanya kembali ke penginapan untuk beristirahat. Sebab, meskipun akademi memberi izin untuk merayakan pesta ulang tahun, waktu mereka tetap dibatasi oleh para guru.

......................

Begitu matahari terbit, para murid menjalani rutinitas seperti biasa. Dimulai dari sarapan, lalu memasuki kelas guru Yoi, kemudian membuat makan siang, hingga mereka memasuki waktu istirahat. Dan saat ini semuanya sedang memberikan kado kepada Putri Kamiai.

Ada begitu banyak tumpukan kado sampai-sampai sang putri bingung harus membuka yang mana dulu.

‘’Karena kau segitu bingungnya, mulai dari punya Yang Mulia ini saja,’’ kata Satan.

‘’Tidak! Pria tampan selalu nomor 1, jadi mulai dari punyaku dulu,’’ kata Pangeran Ozora.

Keduanya berdebat sambil menyodorkan kado satu sama lain, membuat orang-orang di sana memasang wajah bodoh.

‘’Sudah kubilang punya Yang Mulia ini dulu!’’

‘’Punyaku harus dibuka lebih dulu!’’

‘’Diam! Akan kubuka dua-duanya, jadi berhentilah berdebat,’’ kata Putri Kamiai meraih dua kado itu.

Saat sang putri hendak membukanya, salah satu hadiah melayang di udara hingga Banri menangkapnya.

‘’Oee, kembalikan punyaku!’’ seru Satan berdiri lalu menghampirinya.

Banri langsung melemparnya ke anak lain membuat mereka terus mengopernya satu sama lain.

‘’Anak pembawa sial ini ingin memberikan hadiah dengan membungkusnya kantong plastik?’’

‘’Heh, dia mana punya uang untuk membeli kado.’’

‘’Beraninya dia ingin memberikan sampah kepada Putri Negara Api.’’

‘’Benar-benar tidak tahu malu.’’

Satan tidak peduli dan terus mengejar kadonya hingga salah satu anak menghentakkan kaki menyebabkan tanah menjadi tidak rata membuatnya tersandung sampai-sampai kedua tangannya lecet karena jatuh terseret ke depan.

Tidak lama kemudian, anak yang satunya memainkan tangan untuk menarik air di sekitar dan menyiram Satan.

‘’Hentikan!’’

Semua serentak menoleh sebelum terbelalak melihat pemilik suara tadi.