Suamiku Adalah Musuhku

Summer bertekad untuk tidak mencoba meluruskan kesalahpahaman di antara dia dan Axel. Ia juga akan bersikap acuh tak acuh di rumah dan bertingkah sesuai dengan kontrak kerja sama yang telah mereka sepakati sebelumnya.

Malam itu hampir saja terjadi hal-hal yang sama sekali tidak pernah terbayangkan dalam benaknya. Karena Tidak mungkin mereka bercumbu karena masing-masing tidak memiliki perasaan satu sama lain.

" Toh hubungan kami hanya sebatas kontrak saja. Meskipun semakin diperhatikan semakin terlihat betapa sangat kharismatiknya Axel. tapi tak membuat ku menyukainya dengan mudah. Semakin hari dia semakin membuatku jengkel." Keluh Summer

Pagi kembali tiba dan Summer sudah waktunya kembali bekerja. Karena harus berangkat pagi-pagi sekali, ia melewatkan sarapan bersama dengan kedua mertuanya dan juga Axel. Summer sangat senang karena sudah kembali ke rutinitasnya sebelum ia menikahi Axel. yang membedakannya kali ini hanya tempat yang ia tuju sepulang kantor bukan lagi rumahnya melainkan rumah seorang pria asing yang kini menjadi suaminya.  

Summer sempat berpikir kapan kontrak di antara mereka selesai, bahkan dalam kontraknya tertulis bahwa perjanjian itu tidak terikat waktu dan akan berakhir atas dasar kesepakatan kedua belah pihak. Cukup sulit bagi Summer jika ia mengajukan untuk mengakhiri kontrak kerja sama mereka lebih dulu, karena pasal sebelumnya membuat mereka terikat satu sama lain. Jika melihat Axel, sepertinya Axel tidak ingin mengakhirinya dalam waktu dekat ini, sehingga Summer hanya bisa bersabar dan menjalani kehidupannya saat ini dengan baik.

Kehidupan pernikahan Summer sangat berbeda dari kehidupan pernikahan pada umumnya yang telah ia ketahui dari pengalaman orang-orang terdekatnya, tentu saja karena itu karena ia melakukannya di atas kontrak, bukan berdasarkan perasaan serta emosional yang mengikat di antara mereka berdua.

Summer tiba-tiba saja teringat akan Hakim. Semenjak hari pernikahan sampai saat ini ia belum juga mendapatkan kabar dari kakaknya. Ibunya berkata bahwa Hakim sudah jarang pulang ke rumah dan banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama dengan teman-temannya. 

Summer merasa bersalah terhadapnya karena memiliki sebuah rahasia yang tak mungkin ia ungkap kepadanya. Summer tidak bisa mengikuti keinginan Hakim saat itu. Bahkan sebelumnya Summer berpesan kepada temannya Hakim yaitu Varel untuk tidak memberitahukan tentang kejadian sebelumnya kepada Hakim. Karena semuanya pasti akan terbongkar jika Hakim mengetahuinya.

***

Varel masih berpikir tentang Summer serta pria yang menjemputnya pada malam saat Summer berada di apartemennya. Varel pun beberapa kali berpikir untuk menanyakannya kepada Hakim, akan tetapi Summer begitu memohon kepadanya untuk tidak mengatakan hal apapun kepada Hakim sehingga membuat dirinya dilema. Varel yang begitu peduli kepada Summer berada di posisi yang serba salah. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. 

Sebelumnya Varel sempat melihat cincin yang tersemat di jari Summer, dan tidak berbeda jauh dengan yang dikenakan oleh pria yang menjemput Summer pada malam itu. 

“ Apakah pria itu tunangannya? Tidak mungkin kan suaminya, bahkan aku tidak mendengar kabar tentang pernikahannya.“ Gumam Varel berbicara sendiri. 

Pada saat Varel sedang memikirkan hal tentang Summer, ia mendapatkan panggilan telepon dari Hakim.

“ Wah, bisa pas gini.“ ucap Varel sambil menatap layar ponselnya. Ia pun segera menjawab panggilan tersebut. 

“ Halo Kim, ada apa?" Jawab Varel.

“ Lo ada di rumah gak? Gue kesana ya, gue mau minta bantuan sama Lo nih.“ Kata Hakim terdengar serius.

“ Apa? Bantuan? Bantuan apaan?“ 

“ Kita omongin lagi pas ketemu. Oke?“ Kata Hakim lagi.

“ Oke, Gue tunggu.“ Varel lalu mengakhiri panggilan. 

Tak lama kemudian Hakim tiba di kediaman Varel. Hakim memiliki sebuah rencana dimana ia hendak meminta bantuan Varel untuk rencananya tersebut karena dia pikir Varel adalah satu-satunya orang yang bisa membantunya dalam menjalankan rencananya ini.

Rencana Hakim adalah untuk memisahkan Summer dengan Axel. Hakim masih belum bisa menerima hubungan mereka berdua. Hakim selalu teringat akan perkataan Axel yang selalu terbayang-bayang dalam benaknya. 

Hakim merasa bahwa Axel bukanlah pria terbaik untuk menjadi pendamping hidup adiknya. Bahkan Hakim seolah menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan hubungan mereka berdua. Hakim mengira bahwa Axel lah yang mencoba membuat adiknya tertekan meskipun Axel saat itu sempat menyombongkan dirinya bahwa adiknya begitu tergila-gila kepadanya. 

Hakim kemudian menjelaskan mengenai hubungan Summer dengan pria bernama Axel. Hakim meminta Varel untuk menggoda adiknya sampai adiknya meninggalkan pria yang saat ini bersamanya m. Varel sempat kebingungan serta ragu mendengar permintaan sahabatnya itu. Varel pikir ia tidak mungkin melakukan hal tercela seperti ini.

Varel masih tidak mengerti mengapa Hakim terlihat mencemaskan adiknya karena dia pikir Axel terlihat cukup bertanggung jawab dan juga berwibawa.

“ Emang gak terlalu keterlaluan ya Kim kalau Gue ngelakuin yang Lo minta barusan? Gue rasa adek Lo beneran cinta sama si Axel itu. Gue bakal di cap jahat nanti sama Summer." Varel menolak dengan halus dan penuh keraguan.

“ Lo gak tau aja dia cowok kaya gimana. Sombong abis bro. Malahan gue takut sikapnya itu bakal nyakitin si Summer. Gue tau dia berpendidikan, tapi gue juga liat dia terlalu mengintimidasi adek gue.“ Jelas Hakim. 

Varel kembali terdiam dan mencoba berpikir sejenak. Varel rasanya ingin menceritakan apa yang dia alami sebelumnya dengan Summer. Akan tetapi ia sudah berjanji kepada Summer untuk tidak memberitahukan apapun yang terjadi kepada Hakim. Setelah berpikir cukup keras, akhirnya Varel menyetujui untuk membantu Hakim namun dengan beberapa syarat dan ketentuan. 

“ Kim, kalau misalnya gue jatuh cinta beneran sama adek Lo gimana? Nanti Lo nyuruh orang lain lagi buat misahin Gue sama Adek Lo.“ Kata Varel sambil menyeringai. 

“ Selama Lo gak nyakitin Adik gue, bakal gue jamin kalau gue kasih restu buat hubungan kalian berdua.“ Hakim berkata sambil tersenyum. 

Varel mulai menyinggungkan senyum pada raut wajahnya. Varel merasa mendapatkan lampu hijau dari Hakim untuk mendekati Summer. 

Sebelumnya Hakim tidak memberitahu Varel bahwa Summer dan Axel telah menikah. Hakim  berkata bahwa Summer dan Axel hanya berpacaran saja sehingga tidak masalah untuk membuat dirinya menjadi orang ketiga di antara mereka berdua. Varel pun memiliki prinsip bahwa selama masih berpacaran maka ia bisa saja merebut siapapun dan kapanpun untuk menjadi kekasihnya. 

Hakim dan Varel telah mencapai kesepakatan dimana mereka akan berusaha mengganggu hubungan di antara Axel dan juga Summer. Tanpa banyak berpikir lagi, Hakim merasa untuk segera mengakhiri hubungan antara Summer dan Axel sebelum Summer mendapatkan penderitaan yang lebih dalam lagi dari Axel. Hakim dengan percaya diri berpikir bahwa cukup mudah bagi Varel untuk dapat meluluhkan perasaan adiknya.

Hakim merasa bahwa adiknya pasti menyukai pria yang tampan dan juga penyayang. Menurut Hakim, Varel adalah calon yang tepat. Dia sangat yakin Varel bisa meluluhkan hati adiknya dan berpaling dari Axel secepat mungkin. Hakim merasa ia harus menjadi kakak yang tega demi kebahagiaan adiknya dimasa mendatang. Ia tidak ingin adiknya kelak merasa menyesal atas keputusannya menikahi Axel hanya dalam hitungan hari saja.