Ayu Lestari, seorang wanita yang harus rela pergi dari rumahnya saat warga mengetahui kehamilannya. Menghabiskan satu Malam dengan pria yang tidak di kenalnya, membawa petaka dan kemalangan pada Ayu, seorang wanita yang harus rela masa depannya terenggut.
Akankah Ayu menemukan siapa ayah bayi yang di kandungnya? bagaimana reaksinya saat mengetahui bahwa pria yang menghamilinya adalah seorang pria yang di kenal culun?
Penasaran kan? yuk ikuti terus kisahnya sampai akhir ya, jangan lupa tambahkan subscribe, like, coment dan vote nya. 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berakting
Semua korban mengatakan yang sejujurnya kepada Gibran, mereka membeberkan apa yang di lakukan para seniornya di depan semua orang. Yang paling mengejutkan, pengakuan dari wanita cantik bertubuh tinggi mengatakan bahwa salah satu seniornya itu melakukan pelecehan padanya. Gibran semakin meradang mendengarnya, dia menghubungi polisi dan meminta para Bodyguard membawa para kepala Divisi dan juga yang lainnya keluar dari dalam ruangan. Para Korban akan di mintai keterangan oleh polisi, sementara Gibran akan mengumumkan pengganti di semua bagian dengan orang-orang pilihannya.
Kini ruangannya telah kosong, hanya ada dirinya dan juga Kamal yang berdiri di sampingnya. Gibran menghirup okesigen sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya dengan kasar.
"Kamal, apa aktingku sudah bagus?" Tanya Gibran pada Kamal.
"Sangat bagus Tuan, mereka seperti ketakutan melihat Tuan saat dalam keadaan marah. Saya pun terkejut bukan main tuan, kau sangat luar biasa." Puji Kamal dengan jujur, dia sudah lebih dulu tahu kalau Gibran sedang melakukan akting di hadapan para hama.
"Kau berlebihan, Kamal. Kakiku sampai gemetar saat marah, untuk pertama kalinya aku marah seperti orang gila di hadapan orang lain dan aku merasa bukan seperti diriku." Ucap Gibran dengan tangan bertumpu diatas meja.
"Tapi Tuan, kau puas bukan bisa menghempaskan mereka semua? Setidaknya kau marah akan kebenaran, bukan untuk membela kejahatan." Ucap Kamal.
"Tentu saja, aku senang karena para korban mau mengakui perlakuan buruk mereka. Fyuhhh, sebaiknya kita kembali bekerja, jangan lupa kalau kau harus menarik saham tuh nenek sihir. Bawa lagi berkas yang harus aku urus, Papa sudah tua dan dia sudah tidak terlalu fokus mengurus perushaan, yang di pikirannta sekarang hanya ingin banyak cucu dan berduaan seperti remaja bucin." Ucap Gibran dengan tangan mengambil berkas di hadapannya.
"Memangnya Tuan tahu apa itu bucin?" Tanya Kamal pada majikannya yang polos itu.
"Buta cinta, kau pikir aku ini bodoh apa. Aku baca semua artikel cinta di media sosial, ternyata rumit sekali." Jawab Gibran dengan keluhannya.
"Hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga." Ucap Kamal sok bijak.
"Kayak lagu?" Tanya Gibran dengan kening mengernyit.
"Emang iya, hahaha." Kamal tetawa menjawab kebingungan Gibran.
Gibran memutar bola matanya jengah, dia lebih memilih untuk mengerjakan semua tumpukan berkas yang harus di periksa dan di tandatangani.
*****
Siang hari. Raja mudah bersosialisasi dengan anak yang lainnya, pada hari pertama sekolah saja dia sudah memiliki banyak teman. Ayu tak heran dengan kecerewetan Raja mempu menarik perhatian teman sekelasnya, disaat Guru menjelaskan materi pelajaran pun Raja lebih banyak bertanya di bandingkan yang lainnya. Otaknya langsung menangkap semua pelajaran yang di sampaikan, Ayu sangat bangga pada Putra semata wayangnya.
Waktu pulang telah tiba, Raja membereskan semua buku mata pelajarannya karena ia ingin segera pulang dan menceritakan pengalaman pertamanya pada sang Ayah.
"Ibu!" Panggol Raja dengan riang.
Greppp..
Raja langsung masuk ke dalam pelukan Ibunya yang tenagh berjongkok merentangkan tangannya, mereka terlihat bahagia begitupun siswa lainnya.
"Bagaimana sekolahnya, hem?" Tanya Ayu seraya mengusap keringat di hidung Raja.
"Seruuu! Raja mau sekolah tiap hari, teman Raja baik semua, Bu." Jawab Raja dengan antusias.
"Oh ya? Bagus, Belajar yang rajin ya sayang biar pintar." Ucap Ayu.
"Bu, Ayah jadi jemput kan?" Tanya Raja.
"Ibu telpon dulu ya, takutnya Ayahnya lagi sibuk." Jawab Ayu.
Ayu mengeliarkan hpnya, dia mencari kontak Gibran yang katanya sudah menyimpannya di daftar kontak nama. Beberapa kali Ayu mengerjapkan matanya, dari sekian banyaknya kontak ada satu nama yang mampu menarik perhatiannya.
My husband 😎
"Apaan sih tuh orang, pede banget gila." Cicit Ayu.
"Kanapa Bu?" Tanya Raja.
"Enggak papa kok sayang." Jawab Ayu.
Ayu mengecek terlebih dahulu foto profil kontaknya, disana ada gambar Raja dan Gibran saat berada di taman. Ah, ternyat benar-benar kontak Gibran.
Ayu lantas menghubungi Ayahnya Raja, ketika sambungan terhubung dan terdengar suara yang begitu di kenalnya, Ayu memberikan ponselnya kepada Raja agar anaknya itu yang berbicara.
"Ayah, jadi jemput tidak?" Tanya Raja.
[........]
"Baiklah Ayah, aku dan Ibu kesana sekarang." Ucap Raja.
Raja mengembalikan ponsel ibunya, Ayu mematikan sambungan telponnya meskipun masih tersambung. Ayu mengikuti kemana Raja membawanya, pria kecil itu setengah berlari menuju gerbang sekolah yang ternyata sudah ada Gibran yang menunggu di samping mobilnya.
"Ayah." Panggil Raja.
Gibran menegakkan tubuhnya, dia merapikan dasinya yang sudah miring tak berbentuk demi menjaga image di hadapan istri dan anaknya.
"Wah, sepertinya anak Ayah terlihat senang sekali." Ucap Gibran tak lupa dengan senyum manisnya.
"Iya Ayah, Raja sangat senang sekali. Nanti kalau sudah sampai Raja ceritakan semuanya, sekarang Raja mau pulang soalnya lapar." Celoteh Raja.
"Lapar? Kasihan sekali anak Ayah, ayo! Kita makan di restoran saja, Kalian mau kan?" Tanya Gibran menatap Ayu dan Raja bergantian.
"Mauuu!!!" Raja mengangkat sebelah tangannya dengan jari terkepal, bocah itu langsung naik ke pangkuan Ayahnya kemudian masuk bersamaan ke dalam mobil. Sementara Ayu menyusul.
Ayu memberikan sebotol air putih kepada Gibran, tadinya ia membeli dua botol untuk dirinya dan juga Raja. Tetapi Raja masih memiliki sisa yang banyak di botol minum yang di bawa dari rumahnya, jadinya Ayu membawa satu botol air mineral utuh.
Ayu menatap kearah wajah Gibran yang terlihat kelelahan, tetapi masih mendengarkan celotehan Raja dan sesekali mereka berdua tertawa. Gibran menerima botol air minum yang di berikan oleh Ayu, dia langsung menenggaknya sampai tandas karena dirinya sama sekali belun minun maupun makan.
/Slight//Slight/