Caroline adalah seorang pegawai kantor biasa. Dia bekerja seperti orang biasa dan berpenampilan sangat biasa. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dia sebenarnya adalah boss mafia di dunia bawah.
Suatu hari saat Carolin pergi melakukan perjalanan bisnis, tanpa diduga dia diserang oleh salah satu musuhnya dan mati karena helikopter yang jatuh lalu meledak.
Saat Carolin terbangun, dia menemukan dirinya berada ditubuh orang lain. Melihat kecermin dan memegang wajahnya dengan bingung, “Siapa?”
Akankah Caroline mampu bertahan didunia yang tidak dia ketahui ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Strategi
Caroline sarapan dikamarnya dan memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
“Master … apa yang akan master lakukan hari ini?” tanya Demon penasaran.
“Entahlah aku masih memikirkannya,” jawab Caroline sambil mengambil makanannya.
“Kapan kita akan berburu monster lagi?” tanya Nix berbaring dengan tubuh kecilnya diatas meja makan Caroline.
“Pedangku masih ditahan oleh pihak mereka,” jawab Caroline sambil menyesap sop.
“Apakah kita curi pedang itu saja?” tanya Nix.
“Benar! Kita bisa mengambilnya diam – diam,” ucap Nix dengan semangat.
“Jangan mencari masalah,” ucap Caroline sambil mengelap mulutnya dengan sapu tangan.
“Ayo keluar.” Caroline berdiri dan pergi keluar dari tendanya.
“Ini pagi yang cerah,” ucapnya melihat matahari.
Caroline melihat para prajurit sudah sibuk berlatih untuk mempertahankan kekuatan mereka dan juga ada pelayan yang mondar - mandir sibuk dengan pekerjaan mereka masing - masing.
“Dimana tenda Duke?” Caroline melihat sekeliling camp.
“Aku melihatnya ada disana.” Nix menunjuk arah tenda yang tidak jauh dari tenda masternya.
Caroline melihat tenda yang ditunjuk oleh Nix dan berjalan menuju tenda Duke.
“Master apa yang akan master lakukan?” tanya Demon mengikuti Caroline dari samping.
“Apa master akan mengambil pedang itu sendiri?” tanya Nix penasaran.
“Diam dan lihat lah,” Caroline terus berjalan menuju tenda Duke dengan percaya diri.
“Duke … bagaimana kalau kita bebricara tentang strategi sekarang?”
Saat Caroline hampir tiba di tenda Duke. Caroline melihat Leticia berada disana.
Itu Leticia … apa yang dia lakukan disini?
“Hei lihat ada wanita jahat!” teriak Demon.
“Wanita yang tidak tahu terimakasih,” ucap Nix kesal.
“Kita akan membicarakannya nanti bersama David,” jawab Duke. Saat ini Duke sedang membersihkan pedangnya.
“Tch … apa kita harus melibatkannya?” ucap Leticia kesal.
“Duke Cedric,” panggil Caroline.
Mereka berdua melihat kearah sumber suara. “Tuan Putri?”
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Duke berdiri meletakkan pedangnya.
“Apa anda perlu sesuatu?” lanjutnya.
“Tawanan tidak seharusnya keluar dengan bebas,” ucap Leticia dengan arogan.
“Ya … aku ingin berbicara denganmu,” ucap Caroline mengabaikan Leticia yang berbicara denagnnya.
“denganku?" Duke sesikit bingung.
"Baiklah silahkan masuk terlebih dahulu,” ucap Duke dengan wajah seriusnya.
“Duke!! Apa kau serius memasukkannya ke tendamu?” tanya Leticia terkejut. Dia bahkan hanya berbicara dengan Duke diluar pintu tenda.
“Leticia kita akan membicarakan masalah tadi bersama david jadi kembali lah terlebih dahulu,” ucap Duke Cedric berjalan masuk ke tenda.
Caroline berjalan melewati Leticia dan tersenyum kepadanya.
“Kau!!” Leticia melihat mereka berdua masuk kedalam tenda. Wanita itu sangat menyebalkan!!
Leticia mengepalkan kedua tangannya dan pergi dari sana.
“Silahkan duduk,” ucap Duke mempersilahkan Caroline untuk duduk.
Caroline melihat Duke berbicara sopan kepadanya.
“Sudah kukatakan jangan begitu formal,” ucap Caroline menarik kursi yang sudah disediakan.
“Maaf aku tidak terbiasa,” jawab Duke.
“Tidak apa – apa kau akan terbiasa setelah perang ini selesai,” gumam Caroline.
“Apa?”
“Tidak ada,” jawab Caroline dengan senyuman.
“Jadi apa yang ingin kau katakan?” tanya Duke dengan serius.
Caroline diam memperhatikan ekspresi Duke. Lihat pria ini … wajahnya sangat serius.
“Aku ingin membicarakan tentang strategi perang,” ucap Caroline.
“Maksudmu?” tanya Duke Cedric.
“Aku akan mengatakan tentang strategi kerajaanku,” ucap Caroline sambil menatap Duke.
Duke Cedric mengerutkan kening mendengar ini. “Tuan Putri anda tidak boleh beranda tentang ini."
Caroline menatap mata Duke. “Apa menurutmu aku sedang bercanda?” tanya Caroline dengan serius.
“Apa tujuanmu sekarang?” tanya Duke.
“Yah … aku tahu kau akan memenangkan perang ini denan strategimu.” Tetapi itu membutuhkan waktu lama.
“Tapi aku bisa membocorkan strategi prajuritku,” ucap Caroline.
“Apa anda berkhianat?” tanya Duke Cedric.
“Berkhianat? Heh.” Caroline menyesap teh yang disiapkan Duke. Lihat siapa yang menghianatinya terlebih dahulu.
“Menurutmu mengapa aku ada dibarisan depan dimana tempat itu mudah ditemui?” tanya Caroline.
Duke mengingatnya saat dia pertama kali bertemu Caroline. Dia sadar kalau itu adalah tempat yang sangat dekat dengan camp mereka dan mudah untuk ditemukan.
Duke Cedric segera melihat Caroline dengan mata terbelalak. Apa mereka sengaja melakukan itu?!!
“Jangan menatapku seperti itu … aku tidak apa – apa.”
“Lagi pula mereka tidak tahu kalau aku akan menghianati mereka,” ucap Caroline.
“Yang kau lakukan hanya mengalahkan kerajaanku dan mendapatkan apa yang kalian mau.”
“Dan aku akan hidup dengan bebas,” ucap Caroline.
“Kau tahu kehidupanku di kerajaan sangat tidak menyenangkan,” ucap Caroline dengan senyum terpaksa diwajahnya.
Duke melihat Caroline. Dia sekarang merasa sedikit kasihan dengan putri Caroline. Mengapa Raja sangat membencinya?
“Baiklah … bicarakan apa yang ketahui,” ucap Duke Cedric dengan serius.
“Aku punya satu permintaan,” ucap Caroline.
“Apa itu?”
“Kau harus merahasiakan dari rekanmu kalau ini adalah strategiku,” ucap Caroline.
“Jika mereka tahu kalau aku yang membuatnya maka mereka tidak akan percaya dengan strategiku,” ucap Caroline.
“Baiklah … aku tidak akan mengatakannya kepada siapapun,” jawab Duke Cedric.
“Bagus.” Caroline mulai menjelaskan strateginya dan memberitahu titik mana saja pihak lawan akan menyerangnya dengan begitu Duke Cedric dengan mudah mengalahkan mereka.
Mendengar strategi Caroline, Duke Cedric sangat kagum karena dia memiliki strategi yang bagus dan terlihat seperti sudah biasa kalau dia menjadi pemimpin diantara kelompok prajurit.
Caroline terus menjelaskan idenya dengan detail. Seperti dikehidupan sebelumnya, dia terbiasa memberi perintah dan mencari solusi untuk suatu masalah. Ini adalah hal sepele baginya, seperti bermain game.
“Apa sampai sini kau paham?” tanya Caroline.
“Apa kau mempelajari tentang strategi dari seseorang?” tanya Duke Cedric. Membuat strategi tidak mudah, butuh perhitungan yang tepat dan akurat jika sedikit saja meleset maka rencana ini akan gagal dan butuh rencana B.
“Tidak …” jawab Caroline.
“Lalu bagaimana kau bisa memperkirakan ini semua?” tanya Duke. Dia sudah bertarung diperbatasan selama dua tahun dan ini masih bisa dilawan oleh pihak musuh.
“Aku rasa ini bakat alami …. Aku tahu ibuku seorang master pedang,” jawab Caroline.
Duke pikir juga begitu, tidak mungkin tuan Putri yang tidak disayangi mendapat pendidikan seperti ini.
“Lalu … apa kau memiliki rencana B … jika ini gagal-“
“Tidak akan gagal,” ucap Caroline.
“Apa?”
“Percaya padaku ini tidak akan gagal.”
“tetapi jika kau meragukannya kau bisa membuat rencana B dengan rekanmu,” lanjut Caroline.
“Baiklah aku percaya padamu,” ucap Duke Cedric.
“Lalu aku memiliki permintaan,” ucap Caroline.
“Apa itu?”
“Setelah kau menang dalam perang … buatlah aku seperti tahanan,” ucap Caroline . dia tidak ingin dicurigai berkhianat.
“Lalu …” Caroline menatap Duke.
“Kembalikan pedangku.”
“Pedang?! Aku rasa itu sedikit …” Duke tidak bisa memberikan pedang Caroline karena bisa saja Caroline memberontak.
“Apa kau masih tidak mempercayaiku?” tanya Caroline.
“Hei … aku tidak akan memberontak,” ucapnya.
“Tunggu sebentar.” Duke mengambil sesuatu dilaci mejanya.
Mengambil gelang dan memasangnya ditangan Caroline. Saat dipasang gelang itu bercahaya dan menghilang meninggalkan sebuah simbol dipergelangan tangan Caroline.
“Apa ini?” tanya Caroline mengerutkan kening.
“Ini hanya bertahan tiga hari … selama itu kau tidak bisa melawan kami,” ucap Duke.
“hah … kau masih tidak percaya padaku ternyata,” ucap Caroline menatap pergelangan tangannya.
“Baiklah terserah … berikan pedangku sekarang,” ucap Caroline.
“Tunggu sebentar.” Duke megambil pedang itu dari dalam lemari kayunya.
Selama ini dia menyimpannya didalam kamarnya? Pria ini sangat berhati – hati.
“Ini ambillah.” Duke menyerahkan pedang milik Caroline.
“Terimakasih … aku tidak akan berkhianat,” ucap Caroline.
Setelah berpamitan, Caroline pergi keluar dari tenda Duke dan melihat Leticia berdiri tidak jauh dari sana. Wanita ini … sepertinya sangat terobsesi dengan Duke.
“Hei … mengapa kau mengambil pedang itu?” tanya Leticia.
“Duke memberikannya kepadaku,” jawab Caroline.
“Aku tidak percaya! Pasti kau mencurinya,” teriak Leticia.
“Berikan padaku!” Leticia ingin mengambil pedang yang ada di tangan Caroline.
Caroline menghindar dan mengaitkan kakinya pada kaki Leticia.
“Auuu!!” Leticia terjatuh dengan pose yang sangat memalukan.
“Ups … kau harus berhati – hati lain kali,” ucap Caroline.
“Beraninya Kau!!”
“Aku akan pergi dulu … aku tidak memiliki waktu bermain denganmu.” Caroline segera meninggalkan Leticia yang masih berbaring ditanah.
“Heii … kau tunggu!!”
“Apa yang kau lakukan?” Duke keluar dari tendanya.
“D-duke?!” saat ini posisi Leticia sangat memalukan dan itu sangat canggung.
“Tidak apa -apa … aku pamit dulu.” Leticia berdiri dan pergi dengan air mata diwajahnya. Ini sangat memalukan, kenapa Duke harus melihatnya?!!!