Rani baru saja kehilangan kakaknya, Ratih, yang meninggal karena kecelakaan tepat di depan matanya sendiri. Karena trauma, Rani sampai mengalami amnesia atas kejadian itu. Beberapa bulan pasca tragedi tersebut, Juna, mantan kakak iparnya melamar Rani dengan alasan untuk menjaga Ruby, putri dari Juna dan Ratih. Tapi, pernikahan itu rupanya menjadi awal penderitaan bagi Rani. Karena di malam pertama pernikahan mereka, Juna menodongkan pistol ke dahi Rani dan menatapnya dengan benci sambil berkata "Aku akan memastikan kamu masuk penjara, Pembunuh!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. (REVISI) Kamu Yang Menggodaku!
Juna membuka matanya saat matahari sudah tinggi. Ia memegangi kepalanya yang terasa berat akibat efek alkoholnya semalam.
"Dimana ini?" keluhnya sembari melihat sekeliling. Matanya terbelalak saat melihat dirinya terbangun di ranjang kamarnya. Seharusnya hal yang biasa, tapi menjadi aneh karena Juna tidak pernah tidur di ranjang itu semenjak menikah dengan Rani.
"Apa yang terjadi semalam?" Juna memijit kepalanya yang terasa berdenyut. Ia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi. Seingatnya, semalam dia mabuk-mabukan, lalu pulang ke rumah diantar Andre. Setelah itu, ia tertidur, dan bermimpi bermesraan dengan Ratih.
"Tunggu," Juna menyentuh bibirnya yang terasa sakit, bekas gigitan Rani semalam. "Apa semalam itu bukan mimpi?"
Juna memperhatikan tubuhnya dan terperanjat melihat kemejanya sudah tidak ada di sana dan ritsleting celananya sudah terbuka.
"Tunggu, tunggu, tunggu," Juna menghela napas panjang. "Apa jangan-jangan semalam aku.."
"Tidak, tidak, tidak mungkin.." Juna menggelengkan kepalanya. "Biasanya meskipun mabuk, aku tidak pernah kehilangan kesadaran ku sama sekali. Jadi tidak mungkin aku melakukan hal-hal seperti itu. Semalam pasti hanya mimpi," Juna berusaha menenangkan diri sendiri.
Juna kemudian beranjak dari ranjang, tapi matanya tak sengaja melihat dua buah botol yang tergeletak di meja nakas.
"Obat kesuburan?" Juna mengernyitkan dahi membaca label yang ditempel pada botol. Ketika menyadari sesuatu, wajahnya langsung berubah merah padam. Tanpa memakai bajunya kembali, Juna bergegas pergi ke lantai bawah.
"Rani!" teriaknya memanggil sang istri. "RANI!"
"Ada apa sih Jun, pagi-pagi sudah teriak-teriak?" protes Lily yang sedang bermain ponsel di ruang tengah. "Kenapa pula kamu tidak pakai baju begitu? Tunggu, bau apa ini? Juna, kamu mabuk ya? Mami kan sudah bilang berulang kali, hentikan kebiasaan buruk mu itu! Kalau Ruby lihat, gimana coba?"
"Rani dimana Mi?" Juna mengabaikan omelan sang ibu yang membuat kepalanya semakin pusing. "RANI DIMANA?"
"Ih, apa sih kamu bentak-bentak Mami. Istrimu sedang di belakang, sedang nyuci!" jawab Lily kesal. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi pada maminya, Juna bergegas pergi ke belakang sesuai instruksi Lily.
Saat langkah Juna sudah sampai di halaman belakang, ia melihat Rani sedang sibuk menjemur pakaian. Tanpa berbasa-basi, Juna langsung merebut baju yang dipegang Rani dan melemparnya ke bawah begitu saja.
"Astaga!" Rani kaget bukan main. "Apa-apaan sih, Kak? Kamu tahu nggak betapa susahnya aku nyuci baju itu?"
"Itu nggak penting!" hardik Juna dengan nafas memburu menahan marah. "Seharusnya aku yang tanya. Apa yang sudah kamu lakukan padaku semalam?"
"Apa? Bisa-bisanya kamu tanya seperti itu? Apa kamu nggak berpikir apa yang sudah kamu lakukan padaku semalam, Kak? Kamu bahkan hampir memperkosa aku!" jawab Rani jengkel. Bagaimana dirinya tidak jengkel? Juna yang melakukan perbuatan tidak senonoh padanya, kenapa malah Rani yang dituduh?
"Oh ya? Bukannya itu memang yang kamu harapkan?" Juna mengangkat botol obat di tangannya. "Tadi malam kamu sengaja menggodaku kan?"
Rani terbelalak menyadari botol apa yang dibawa oleh Juna. "Aku berani bersumpah! Aku tidak menggoda mu! Kamu sendiri yang masuk ke kamar lalu memeluk aku tanpa permisi! Kamu bahkan sudah mencium aku! Kenapa kamu malah menyalahkan aku?"
"Aku melakukan itu karena kamu sudah mengatur semuanya! Kenapa kamu membiarkan pintu kamarmu tidak dikunci? Kamu pasti tahu aku mabuk dan sengaja memancingku masuk ke kamar. Lalu, kamu menggodaku dengan berpura-pura menjadi Ratih! Mana mungkin aku menyentuh kamu duluan? Kamu pasti sudah merencanakan semuanya, kan? Apa yang kamu inginkan? Keturunan dari ku? Cuih! Jangan harap!"
Rani mendengarkan ocehan Juna dengan kedua tangan terkepal. Bagaimana bisa Juna menuduhnya melakukan semua itu?
Juna melangkahkan kakinya mendekati Rani, kemudian ia menatap intens wanita itu dengan tatapan dingin.
"Jangan buang-buang tenaga mu untuk melakukan itu. Karena mau sekeras apapun kamu berusaha, selamanya aku tidak akan menyentuh kamu! Karena kamu itu seorang pelacur menjijikkan!"
PLAK!
Rani menampar laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu dengan perasaan marah. Napasnya turun naik mencoba menahan tangis yang akan keluar dari matanya.
"Kamu keterlaluan!" teriak Rani. Lalu dengan langkah tergesa, ia berlari pergi meninggalkan Juna.
kalau sudah jatuh baru mengharapkan bini yg sudah di sakiti!
kalau aku ma ya milih pergi!
ttep suka 🤗